-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Kisah Perjuangan Istikamah Salat

    Suatu ketika, saya menanyai anak didik saya tentang salat lima waktu. Alhamdulillah, mereka mulai salat meski tidak lengkap. Ada yang tidak salat subuh karena kesiangan. Setelah bangun langsung berkangkat ke sekolah. Ada yang tidak salat dzuhur karena malas. Ada yang tidak salat Ashar karena juga malas.
    Namun, di antara mereka ada yang salat wajib dengan sempurna. Tidak ada yang bolong. Saya tanya kepada dia apakah dia istikamah salat lima waktu sejak kecil? Ternyata tidak. Dia tidak istikamah salat lima waktu dari kecil. Bahkan, katanya, saat kecil dia tidak pernah salat. Dia benci sekali pada salat. Kalau ada pelaran agama di sekolah, pasti dia tidak masuk. Dia tidak suka pelajaran agama. Entahlah, mungkin karena dia tinggal di desa dan tidak ada motivasi dari orang sekitarnya.
    Lama kelamaan, dia diadopsi oleh seseorang yang tinggal di Surabaya. Kebetulan dia memang anak yatim. Ternyata, berada di lingkungan baru, turut merubah segalanya. Yang awalnya dia benci pada pelajran agam, menjadi senang. Bahkan, dia termasuk anak yang aktif mengikuti pendidikan agama di Mushollah sekitar rumahnya.
    Agar memotivasi yang hadir, saya bertanya kira-kira apa yang memotivasi untuk terus salat? Dia tidak menjawab dengan jelas. Tapi, sefahama saya, dia semangat melakukan salat karena dua faktor. Pertama, karena ada dorongan dan motivasi dari ibu angkatnya. Kedua, karena dekat musholla. Kedua faktor itu memiliki peran signifikan dalam keistikamahannya melakukan salat maktubah. Sehingga, dia memiliki keinginan besar untuk terus melakukan salat.
    Sayapun berpikir, anak yang asalnya sama sekali tidak salat, lalu menjelma menjadi orang yang rajin salat, tentu prosesnya berat. Sayapun bertanya kepada dia bagaimana awalnya dia mulai istikamah salat. Dia menjawab berat. “Awalnya berat sekali. Tapi saya paksa.” Tuturnya, sambil mengkerutkan wajah seakan-akan melawan orang yang menariknya. Menurut saya, itu sebagai gambaran reaksi penolakan terhadap malas yang memaksanya tidak salat.
    Setelah selesai, sayapun bilang pada teman-teman yang lain. Begitulah, setiap kebaikan awalnya pasti sulit. Pasti berat. Tapi, kalau kita berusaha pasti bisa. Salat lima waktu adalah kewajiban. Nanti di akhirat akan dimintai pertanggung jawaban. Kalau tidak dimulai sekrang, kapan? Kalau tidak mencoba sekarang, kapan?

    Masjid Unsuri, Senin, 02, Mei, 2016 M
    Posting Komentar

    Posting Komentar