-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Ngaji Syama’il Muhammadiyah agar Hidup tak Resah

    Selesai ngaji berpose dulu
    Beberapa hari yang lalu, saya ikut acara ijazah sebuah kitab. Nama kitabnya “Syamail Muhammadiyah”, karya Imam Turmudzi. Dari namanya saja kita pasti tahu apa isinya. Yaitu tentang Nabi Muhammad saw., mulai postur tubuh sampai aktivitas beliau sehari-hari.

    Yang mengijazahi saya salah satu ulama dari Cairo Mesir. Nama beliau Syaikh Zakariya Muhammad Marzuq. Sepertinya beliau termasuk dzurriyah Rasulullah. Di belakang beliau adan embel-embel al-Hasani. Pertanda keturunan Sayyidina Hasan, cucu Rasulullah. Tapi pastinya saya tidak tahu. Saya ijazahnya di Bangil Pasuruan. Di salah satu pesantren.


    Kata salah satu ustad, kita memang harus membaca sejarah Syamailnya Nabi Muhammad. Agar kita bijak dan arif menjalani hidup. Sebab, dalam kitab Syamail itulah kehidupan sehari-hari Rasulullah terekam, sehingga bisa kita buat pegangan. Kita pun tak gampang resah dan susah menjalani hidup.

    Agar ijazah tidak sia-sia, saya dan dua teman saya yang ikut ijazah berinisiatif mengkajinya. Kita cari waktu. Kebetulan hari Selasa jam pertama, kuliah free. Kita buat kajian Syamail saja. Teman-teman setuju. Anggota kajian kita ngajak teman akrab yang lain. Teman-teman bangku. Maksudnya ? Iya, saat di dalam kelas kita duduk berdekatan gitu.

    Itulah gunanya teman, menurut saya. Teman itu orang yang dekat dengan kita. Orang yang memiliki hubungan emosional dengan kita. Maklumlah jika mereka tak segan-segan membantu saat kita membutuhkan. Iya kan? Maka perbanyak ya temanmu !

    Alhamdulillah, ngaji Syamail ini sudah berjalan tiga kali. Sudah mendapat –kalau nggak salah- enam hadis. Hadis-hadis ini menjelaskan postur tubuh Rasulullah. Diceritakan, Rasulullah tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek. Warna kulit beliau putih kemerah-merahan, dada beliau bidang, jari-jari beliau tebal tapi halus dan lembut, tulang-tulang beliau juga besar (kuat). Jika berjalan, beliau tegap, kaki terangkat jelas, seperti seseorang yang berjalan di turunan.

    Dijelaskan juga, rambut beliau panjang sampai bahu. Tidak terlalu lurus dan tidak keriting. Pokoknya beliau itu sempurna. Saya jadi teringat salah satu syair yang dikutip Sayyid Muhammad al-Maliki dalam Kitabnya, Al-Insan Al-Kamil. Artinya kurang lebih begini, “Andai wanita-wanita yang mengiris tangan saat melihat Nabi Yusuf itu melihat Nabi Muhammad, maka mereka tidak akan hanya mengiris jari, tapi akan menusuk hati.”

    Selama kajian, kita membaca teks hadis terlebih dahulu. Membacanya gentian. Lalu kita artikan dengan melihat Kamus Munawwir, juga Kamus Maani di Google. Kita juga mengintip Syarahnya Sunan Turmudzi, Tuhfah al-Ahwadzi, lewat maktabah Syamilah. Kitab Tuhfah al-Ahwadzi ini karangan Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri.

    Maklumlah, hadis layaknya al-Quran. Tidak boleh kita artikan sembarangan. Kita harus melihat karya para ulama agar pengertian kita sesuai dengan pemahaman ulama salaf. Mudah-mudahan tabungan kita cepet banyak ya, biar bisa membeli syarahnya kitab Syamail Muhammadiyah itu. Amin.

    Oea, belum kenalan ya. Saya dan teman-teman kuliah di UNSURI. Jurusan PAI. Tahu UNSURI ? Ya ampun, hari gini gak tahu UNSURI. Gak keren men !. Gak apa-apa deh, walau kamu nggak tahu UNSURI. Saya maklumi. Bukan hanya kamu aja kok yang nggak tahu. Temen-temen yang lain saat saya iktu kajian di organisasi luar kampus juga gak tahu. UNSURI itu singkatan apa, tempatnya dimana, nggak tahu.

    Malah ada yang lucu. Kadang, saat saya menjawab UNSURI setelah mereka menanyakan kampus saya, mereka malah balik bilang, “Oh UNSRI”. Dikira Universitas Sriwijaya. Hehehehe. Gak apa-apa dah, kamu nggak kenal UNSURI. Yang penting saya bisa sukses. Amin. Kesuksesan bukan dari kampus, tapi dari kita sendiri. Percaya? Harus dong !

    Saya kasih tahu ya, UNSURI itu kampus tua. Bahkan kampus tertua yang berfaham ASWAJA di Jawa Timur. Tempatnya sekarang di dekat Bungurasih. Di sebelah mana ? Pokonya dekat sana. Kamu datang ke Bungurasih, nanti saya jemput. Wkwkwkw.

    Sudahlah bercandanya. Mari kita berdao saja, semoga kita, juga yang baca sama-sama sukses. Bisa istikamah dalam kebaikan. Amin…


    Oea lupa. Kalau kamu mau ikut, juga boleh ya. Tempat ngajinya di Masjid UNSURI. Waktunya hari selasa jam 7.30. Kita datang ke masjid, shalat Duha lalu mulai kajiannya. Oke !
    Posting Komentar

    Posting Komentar