-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tak Pernah Iri, Saad bin Abi Waqqas Masuk Surga


    Suatu ketika, para sahabat duduk-duduk bersama Rasulullah saw.. Mereka ingin menimba ilmu lebih banyak lagi. Dari kejauhan tampak sekali mereka begitu hidmat. Kepala mereka menunuduk. Akhlak mereka begitu sempurna kepada baginda nabi. Hati mereka pun bahagia. Rindu yang kadang menggelora bisa terobati denga pertemuan itu. Wajah Rasulullah juga tampak berseri-seri.


    Sikap Rasulullah pada sahabat-sahabatnya tak kalah menyejukkan dari sikap mereka pada beliau. Berkumpul dengan Rasulullah seakan diam di tempat hembusan angin semilir yang tiada lelah membelai-belai tubuh yang sedang linglung.

    Di tengah asyik-asyiknya, Rasulullah bersabda, “Sebentar lagi akan datang seseorang penduduk surga.” Para sahabat pun penasaran. Hati mereka juga getar-getir. Pasalnya, mereka ingin orang yang datang adalah keluarganya. Para sahabata yang hadir menunggu. Hati mereka deg-degan. Siapa gerangan yang akan datang. Keluarga mereka atau sahabat yang lain.

    Tak lama kemudian, munculah sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas. Sahabat yang hadir pun tahu, Sa’ad mendapat kebahagiaan dunia akhirat. Mereka tidak berkomintar apa-apa. Mereka hanya ingin kelak mereka juga masuk surga bersama-sama.

    Besoknya, para sahabat hadir lagi di majlis yang sama. Mereka tidak lelah untuk selalu menimba ilmu dari baginda nabi Muhmmad saw.. Kemudian, terdengar suara Rasulullah mengatakan hal yang sama dengan kemaren, “Sebentar lagi akan datang seseorang ahli surga.”

    Para sahabat sedikit terkejut mendengar sabda nabi itu. Hati mereka berdetak penasaran siapakah dia. Siapakah orang yang telah mendapat jaminan surga dari Rasulullah. Dalam pojok hati mereka ada harapan mudah-mudahan orang yang akan datang adalah keluarga mereka. Lalu muncullah Sa’ad bin Waqqas. Sa’ad lagi.

    Waktupun berlalu. Mentari kembali keperaduannya. Siang pergi dan malam datang menghampiri. Malam dan siang seakan dua saudara yang saling mengerti. Untuk hadir di jagad ini mereka selalu bergantian dan tak pernah berebutan. Sungguh keharmunisan yang tak dapat dibayangkan. 

    Ketika siang datang lagi, seperti biasa, para sahabat duduk manis di dekat Rasulullah saw.. Mereka obati rindu yang kadang menyengat karena tidak memandang wajah baginda nabi. Perkataan nabi pun tidak lepas dari rekaman ingatan mereka.

    Tak disangka, Rasulullah mengatakan seperti yang kermaren, “Akan datang pada kalian seorang penduduk surga.” Para sahabat yang hadir berdebar-berdebar. Hati mereka berharap semuga orang yang datang termasuk keluarga mereka. Mereka pandangi arah jalan.

    Kemudian tampaklah seorang laki-laki. Ternyata Sa’ad bin Abi Waqqas lagi. Terbesit di hati sahabat rasa penasaran. Sebenarnya apa yang dikerjakan Sa’ad, kok sampai mendapat tabsyir bil Jannah sampai tiga kali.

    Ketika Rasulullah beranjak pergi,  Abdullah bin Amer yang diselimuti penasaran bangkit dan menghampiri Sa’ad bin Waqqas. Ia ingin tahu sebenarnya amal apa yang dikerjakan Sa’ad sampai mendapatkan kebahagiaan itu. Abdullah ingin mengerjakan amal yang diamalkan Sa’ad sehingga ia juga akan mendapat tabsyir biljannah.

    Kemudian Abdullah bin Amer mencari-cari alasan supaya bisa menginap di rumah Sa’ad. “Maaf wahai Sa’ad. Saya ada masalah dengan ayah. Saya juga bersumpah tidak akan pulang sampai tiga malam. Jika kau berkenan untuk menampungku di rumahmu sampai masa sumpahku habis, saya bahagia sekali.” Kata sahabat Abdullah sedikit mengiba.

    Lalu Sa’ad bin Waqqas mengiakan. Abdullahpun kemudian menginap di rumah Sa’ad bin Abi Waqqas. Pada malam pertama, Abdullah tidak mendpati Sa’ad bin Abi Waqqas beribadah semalam suntuk. Ibadah Sa’ad biasa-biasa saja. Abdullah hanya melihat ketika Sa’ad berbalik, lidahnya menyebut nama Allah dan bertakbir.

    Hal yang sedemikan berlanjut sampai fajar. Abdullah sama sekali tidak melihat Sa’ad bin Waqqas berdiri panjang dalam salat malam. Ketika azan subuh berkumandang, Sa’ad mengambil wudu dan menyempurnakannya. Sa’ad melakukan segala sunah wudu. Kemudian salat subuh. Dan sa’ad tidak berpuasa.

    Melihat semua itu, Abdullah bin Amer tambah penasaran. Mungkin ada amal yang tidak ditampakkan oleh sahabat Sa’ad. Abdullah pun menginap di rumah Sa’ad sampai tga hari tiga malam. Akantetapi, Abdullah tidak menemukan ibadah Sa’ad yang wah. Menurut Abdullah, amaliyah Sa’ad biasa-biasa saja dan tidak ada yang sangat istimewa. Mungkin para sahabat yang lain juga melakuakan hal yang sama.

    Pada hari ketiga, terbesit dalam hati Abdullah bin Amer  perasaan meremehkan. Sebab, ia tidak pernah melihat pekerjaan Sa’ad yang wah. Kemudian, Abdullah bin Amer berterus terang pada sahabat Sa’ad. Sebenarnya, antara dia dan ayahnya tidak terjadi apa-apa. Ia melakukan semua ini karena penasaran amal apa yang dilakukan sahabat Sa’ad sehingga mendapatkan janji surga sampai tiga kali.

    Sahabat Abdullah juga mengabarkan tentang pengamatannya selama ini. Ternyata ia tidak mendapati Amal Sa’ad yang wah. Semuanya biasa-biasa saja. Padahal tujuan Abdullah, untuk mengikuti amal Sa’ad. Mungkin dengan mengikuti amal Sa’ad akan mendapat janji surga dari Rasulullah saw..

    Mendengar penuturan sahabat Abdullah, Sa’ad terdiam. Ada haru dalam hatinya. “Memang tidak ada yang wah. Amalku seperti apa yang kamu saksikan.” Tiba-tiba sura Sa’ad memecah keheningan. Sahabat Abdullah pun kecewa. Ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Lalu ia pun ingin berlalu meninggalkan Sa’ad bin Abi Waqqas.

    Ketika Abdullah bin Umar berbalik badan ingin pergi, suara Sa’ad menghentikan langkahnya. “Memang pekerjaanku seperti yang kamu lihat. Namun ada satu hal yang tidak kamu ketahui. Aku tidak pernah sakit hati pada orang islam. Jika mereka mendapat ni’mat, aku tidak iri apa lagi dengki.” Kata Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas.

    “Inilah yang membuat dirimu beruntung. Dan aku tidak mungkin bisa menirunya.” Sahut sahabat Abdullah bin Amer.

    Sumber foto: http://olhares.sapo.pt/camelos-nas-piramides-do-egipto-foto99833.html
    Referensi:
    تاريخ دمشق - (ج 20 / ص 326))


    Posting Komentar

    Posting Komentar