-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Saya Pernah Di-PHP Layaknya Pak Mahfud MD




    Ada yang mempertanyakan kemaduraan Pak Mahfud MD. Pasalnya beliau tidak seperti orang Madura pada umumnya. Beliau punya sifat pemaaf, legowo, lembut, dan tidak kecewaan. Walau pun di-PHP-in oleh Pak Jokowi.

    Orang Madura biasanya memiliki prinsip, “Angok pote tolang deri pada pote matah”. Adgium ini menggambarkan orang Madura sangat menjunjung harga diri. Sehingga jika harga diri seseorang direndahkan, maka dia akan melawan. Meski nyawa taruhannya. Artinya lebih baik mati dari pada menanggung malu.


    Tapi, hal demikian tidak ada dalam diri Pak Mahfud. Beliau tidak dendam pada Pak Jokowi. Ada yang berceletuk, orang Madura yang berperinsip “lebih baik mati dari pada malu” itu kalau tidak berpendidikan. Kalau berpendidikan maka berubah menjadi lembut dan pemaaf. Seperti Pak Mahfud MD.

    Nyatanya, Pak Mahfud tidak seperti yang dituduhkan orang-orang; kemaduraannya luntur. Pak Mahfud masih orang Madura dan berprinsip “Lebih baik mati dari pada menanggung malu”. Tapi, caranya berbeda. Bukan dengan Carok seperti lumrahnya. Beliau melawan dengan Blak-Balakan di ILC. Membeberkan kornologis tersingkirnya beliau dari Cawapres.

    Lalu, apakah yang disampaikan oleh Pak Mahfud boleh kita percayai seratus persen ? Terserah ! Tapi saran saya, ‘dikunyah’ dulu baru ditelan. Saya masih percaya, KH. Makruf orang baik.

    Oea, saya pernah loh memiliki nasib seperti Pak Mahfud. Di-PHP-in. Di-PHP-in itu sakit kawan. Sesakit sakit gigi waktu nyut-nyutan.

    Waktu itu, ada teman bilang ke saya, kamu masuk dalam organisasi saya ya. Saya sebagai sekretaris dan butuh anggota. Saya langsug mengiakan. Karena organisasi ini termasuk orgnaisasi yang saya suka.

    Saya menunggu undangan. Siap menjadi anggota sekaligus menempa diri di organisasi itu. Namun, undangan itu tak kunjung datang. Saya sabar menunggu. Lama-kelamaan, saya mendengar bahwa pelantikan sudah selesai. Walah, saya gak jadi dimasukkan dalam organisasi neh.

    Saya kecewa berat. Saya merasa ditipu. Hati saya menggerutu. Gimana teman saya ini? Kok, saya di-PHP. Bisa jadi teman saya itu seperti Pak Jokowi. Tidak punya kekuatan mempertahankan pilihannya. Karena teman saya itu bukan ketua.

    Tapi saya tegar. Bahkan, saya semakin semangat belajar. Mungkin benar kata Pak Roky Gerung, bahwa secara psikologis, orang yang jiwanya tergores maka dia akan semakin kuat dan tangguh. Seperti saya kala itu dan Pak Mahfud baru-baru ini.

    Ah, dalam hidup ini memang kita tidak boleh menggantungkan harapan kita pada orang lain. Tidak boleh menggantungkan masa depan kita kepada siapa pun. Kita harus bergantung kepada diri sendiri dengan dasar tawakkal dan ikhtiar kepada Allah. Bismillah !

    Posting Komentar

    Posting Komentar