-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Apakah Cahaya Rasulullah Seperti Cahaya Lampu?


    Tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah saw. adalah makhluk yang sempurna. Baik secara fisik atau akhlak. Secara fisik beliau adalah ciptaan Allah yang memiliki ketampanan luar biasa.

    Tidak seorangpun yang mampu menandingi ketampanan beliau. Sahabat Barra’ mengakatan, “beliau adalah manusia yang wajahnya paling tampan, ciptaannya paling sempurna….” (HR. Muslim)


    Lalu, kenapa tidak satu wanitapun yang terlena oleh ketampanan Rasulullah? Padahal dalam al-Quran disebutkan banyak wanita yang terlena oleh ketampanan Nabi Yusuf As., sehingga tanpa terasa, mereka melukai jari-jari mereka.


    Saking takjubnya pada ketampanan Nabi Yusuf, mereka mengatakan, "……Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." (QS. Yusuf: 31)

    Apakah memang benar Nabi Yusuf lebih tampan dari Rasulullah saw..?

    Jawabannya, makhluk paling tampan di dunia adalah Rasulullah saw.. Dalam kitabnya, Muhammad Al-Insan Al-Kamil, Sayyid Muhammad al-Maliki mengatakan bahwa Allah swt. memberikan seluruh ketampanan kepada Rasulullah saw.. Sedangkan Nabi Yusuf hanya separuh ketampanan saja.

    Lantas, kenapa ketampanan Rasulullah saw. tidak membuat para wanita melukai jari?

    Setidaknya ada dua penyebab kenapa ketampanan Rasulullah saw. tidak menjerat para wanita. 

    Pertama, wibawa keagungan. Rasulullah saw. memiliki kewibawaan yang begitu agung, sehingga ketampanan beliau tertutupi oleh kewibawaan itu. Begitu banyak hadis yang menjelaskan hal ini.

    Sayyidina Ali mengatakan, “Barangsiapa yang melihat Rasulullah secara sepontan, dia merasakan takut.” (HR. At-Turmudzi)

    Abi Mas’ud Al-Badri juga menceritakan, bahwa suatu ketika dia memukul budaknya. Syahdan, dia mendengar suara dari belakang. “Ketahuilah wahai Abu Mas’ud!” begitulah suara itu berbunyi. Namun, Abu Mas’ud tidak menoleh. Rasa marah benar-benar merasuki akal jernihnya. Orang yang di belakang itupun datang.

    Ternyata, dia adalah Rasulullah saw.. Ketika Abu Mas’ud melihat Rasulullah saw., pecut yang ada di tangannya terjatuh karena haibah Rasulullah saw.. “Demi Allah, Allah lebih kuasa terhadapmu dari pada kamu pada budakmu ini,” kata Rasulullah saw.. “Dami Allah Ya Rasulullah, saya tidak akan memukul budak lagi selamanya.”

    Senada juga pernah dialami oleh sahabat Qoylah binti Makhramah. Suatu ketika dia melihat Rasulullah saw. sedang duduk dengan khusyuk. Rasulullah duduk dengan bertinggung.

    Seketika, dia dibuat gemetar karena takut. Lalu seorang laki-laki bilang kepada Rasulullah bahwa Qoylah gemetar. “Wahai miskinah, tenanglah!” kata Rasulullah tanpa melihat pada Qoylah. Setelah itu, Qoylah tidak merasa takut lagi.

    Ibnu Abi Halah juga mengatakan, “jika Rasulullah bicara maka sahabat-sahabat diam seakan di kepala mereka ada burung.”

    Begitulah haibah Rasulullah saw.. Orang yang bertemu Rasulullah akan merasakan sungkan, sehingga dia tidak berani melihat wajah beliau lekat-lekat. Sahabat Amer bin Ash mengatakan, “Andai saya diminta untuk menyifati Rasulullah saw., saya tidak akan bisa. Sebab, saya tidak pernah melihat beliau lekat-lekat.”

    Oleh karena itu, Rasulullah bersikap lembut pada sahabat-sahabat, mencandai mereka, dan menenangkan mereka, agar ketakutan dan gemetar di hati mereka menghilang.

    Kedua, cahaya yang bersinar. Ketampanan Rasulullah saw. tidak membuat wanita-wanita terjerat karena tertutupi oleh cahaya. Hal ini berdasarkan nas al-Qur’an dan Hadis.

    Dalam al-Quran Allah berfirman,

    Ù‚َدْ جَاءَÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†َ اللَّÙ‡ِ Ù†ُورٌ ÙˆَÙƒِتَابٌ Ù…ُبِينٌ

    Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (QS. Al-Ma’idah [05]: 15).

    Para mufassir menafsiri lafal Nûr (cahaya) dengan Nabi Muhammad saw.

    Selain itu, Imam Ali Zainal Abidin juga meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Aku adalah cahaya di hadapan tuhanku.” Pun pula Imam Thobroni meriwayatkan, “kita melihat seakan-akan cahaya keluar dari mulut Rasulullah saw..”

    Lantas, apa yang dimaksud dengan Nabi Muhammad adalah Nur (cahaya)? Apakah badan beliau bersinar seperti lampu?

    Tidak. Nabi Muhammad lebih mulia dan lebih agung untuk disamakan dengan lampu. Lalu, seperti apa? Wallahu ‘Alam. Allah yang Maha Tahu.

    Meski demikian, pada waktu tertentu, boleh jadi badan Rasulullah bersinar seperti lampu sebagai bentuk mukjizat. Hal demikian juga pernah dialami oleh seorang yang derajatnya di bawah Rasulullah, yaitu sahabat Thufail bin Amer.

    Suatu ketika, sahabat Thufail datang kepada Rasulullah sebagai utusan. Ketika ingin pulang, dia berkata kepada Rasulullah, “Jadikanlah tanda untukku!” Nabi pun berdo’a, “Ya Allah, berilah dia cahaya!” Maka, bercahayalah diantara kedua mata Thufail.

    Mendapati hal itu, sahabat Tufail berdoa, “Ya Allah, saya takut mereka mengatakan bahwa ini hukuman.” Cahaya itu pun pindah pada ujung pecutnya. Ujung pecut itu bercahaya pada waktu malam.

    Jadi, Nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling tampan. Hanya saja ketampanan beliau tertutupi oleh cahaya dan kewibawaan.

    Imam Qurthubi mengatakan, “ketampanan Rasulullah saw. tidak tampak pada kita dengan sempurna. Sebab, andai ketampanan Rasulullah saw. ditampakkan dengan sempurna, mata kita tidak akan mampu melihat beliau.”

    Bahkan, sebagian ulama mengatakan, andai saja wanita yang melihat Nabi Yusuf itu melihat Nabi Muhammad saw., mereka tidak akan melukai jari, tapi merobek hati.

    Wallahu A’lamu Bi As-Showab…

    Posting Komentar

    Posting Komentar