-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Ibu … Kidungmu Merdu


    Ibu…
    Kau matahari terindahku
    Kau rembulan tercantikku
    Andai ada yang bertanya siapa ibuku,
    aku tanpa ragu akan menjawab dirimulah ibuku.

    Ibu…
    Saat kau melahirkanku,
    kau meminta ayah untuk bernyanyi
    di telingaku yang kanan lalu yang kiri
    Nyanyian itu indah dan merdu
    Karena membawa desiran angin dan cahaya
    yang merasuk di dadaku


    Ibu…
    Saat sinar mentari timur mulai menerpa wajahku,
    aku tersadar, nyanyian ayah itu terdengar setiap hari:
    Waktu Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’.

    Ibu, apakah engkau Ibu Indonesia ?
    Kenapa kau ajari aku nyanyian itu ?
    Ah ibu, aku mencintaimu.

    Ibu…
    Kau tiada lelah menggendongku
    Sambil berkidung-kidung lirih
    Aku nyaman mendengarnya
    Sampai aku berlayar di alam mimpiku

    Ibu…
    Setelah aku mampu menangis tanpa suara,
    aku tahu, suara itu selalu menggema
    di setiap malam jumat di masjid desa
    Ya, kata ‘Kiai Hasyim Asyari’, pendiri NU itu
    Kidung itu bernama sholawatan.
    Ah Ibu, kidungmu seindah tangismu.

    Ibu…
    Benarkah kau Ibu Indoensia ?
    Atau Sukma yang menebar fitnah durjana ?
    Ah ibu, kidung-nyanyianmu begitu merdu.

    _____________________________________
    Semoga, puisi ini dibaca Ibu Sukmawati Soekarnoputri
    Bahwa, beliau salah mengeja Indonesia
    Beliau kekurangan aksar merajut kata Indonesia
    Beliau begitu dangkal menyelami laut Indonesia
    Bahkan, mungkin beliau tak pernah merasakan belaian angin Indoneisa
    yang lahir dari nafas-nafas adzan setiap subuh memanja


    Surabaya, 03, 04, 2018
    Posting Komentar

    Posting Komentar