-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Optimis! Masa Depan Manis


    https://www.flickr.com/photos/hackneycouncil/45092175071/in/photolist-a9tvbr-euMc3z-c6dmAh-ouPYg1-2bGDbEk-VWhrKE-FGFQzY-osyVQH-qrQ2Cj-EqhBM8-jyF8th-bsnkTh-osqei8-ekijwW-291LdKy-Suo43X-ohLBfr-dYy7cw-esUv4e-nn5PkC-mMjsXB-62xCY8-73nooK-91oQ7p-bhYj1T-4nkE2x-8uVyeZ-bn5BBM-7zdY2c-9anirV-bmvznV-gjUZKk-ADvv1j-jbUFgc-dxYZ3Z-qqWkf7-e37xgT-dHtZwd-2auvR43-jfqXeM-23zvY7d-mVZjP4-sa2113-Q5qqpM-7Sttu7-mfLwNW-T9tGuT-5V3Yf
    Sumber Foto:  https://www.flickr.com

    Hal yang sangat penting bagi anak muda adalah optimis. Ya, optimis. Belajar penuh optimis. Berorganisasi penuh optimis. Semuanya dijalani dengan optimis. Karena optimis itulah yang akan membawa pada sesuatu yang manis.

    Dalam hal belajar, kita bisa melihat Abdullah bin ‘Abbas. Beliau adalah sahabat junior yang sangat alim. Bahkan, beliau termasuk salah satu kunci sanad keilmuan Islam. Beliau memiliki peran yang sangat besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan.


    Semua itu beliau dapatkan karena optimis. Sekali lagi karena optimis. Ceritanya begini:

    Setelah Rasulullah wafat, ‘Abdullah bin ‘Abbas mengajak temannya untuk semangat belajar. Mumpung sahabat senior Rasulullah masih banyak. Orang alim masih tidak terhitung. Tinggal belajar pada mereka.

    Tapi, jawaban teman itu sungguh menghilangkan semangat. Bahasa zaman sekarang menggembosi. Bikin down.

     Baca juga : Suka Mager? 6 Kutipan Hadis Ini Akan Membuatmu Berhenti

    “Ngapain Ibnu ‘Abbas! Apakah kamu mengira masyarakat akan membutuhkanmu? Sekarang masih banyak orang yang alim loh!” kata temannya itu.

    Coba deh, andaikan kita dikata-katain seperti itu, kira-kira down apa enggak? Beda dengan ‘Abdullah bin ‘Abbas. Beliau tinggalkan temannya itu. Beliau tetap semangat belajar dan optimis, semua apa yang beliau pelajari tidak akan sia-sia.

    Saking semangatnya, Abdullah bin ‘Abbas rela mendatangi setiap orang yang pernah mendengar hadis dari Rasulullah. Jika orang itu sedang istirahat, beliau akan menunggunya sampai selesai dari istirahatnya.

    Beberapa tahun kemudian, ‘Abdullah bin ‘Abbas bertemu lagi dengan temannya itu. Ibnu ‘Abbas sudah mulai mengajar dan banyak jamaah yang mengikuti pengajiannya. Syahdan, temannya itu bilang:

    “Wah, ternyata pemuda ini (Ibnu ‘Abbas) lebih cerdas dariku.”

    Begitulah perbedaannya orang optimis dan pesimis. ‘Abdullah bin ‘Abbas gambaran orang optimis, temannya gambaran orang pesimis. Ibnu ‘Abbas belajar penuh harap, temannya tidak mau belajar karena merasa tidak akan dibutuhkan orang.


    Jika ketika masih muda saja tidak optimis, apa lagi sudah tua. Masa muda itu masa emas. Masa asyik-asyiknya sekaligus masa yang sangat menentukan masa depan.

    Imam Syafi’i pernah menulis sebuah puisi untuk pemuda yang tidak mau belajar. Kata beliau dalam Kitab Dîwân-nya, “Barangsiapa yang tidak belajar pada waktu mudanya, maka takbirlah empat kali untuk kematiannya.”

    Pemdua yang tidak mau belajar, Imam Syafi’i menganggapnya sudah mati.

    Lebih lanjut Imam Syafii mengatakan, “Diri anak muda menjadi mulia-Demi Allah- dengan ilmu dan takwa, tanpa keduanya tiada apa-apanya.”

    Nabi dulu juga selalu menanamkan sikap opimtimis kepada para sahabat-sahabatnya. Contoh, suatu ketika beliau pernah mengatakan, “Sungguh, akan terbebaslah Kostantinovel. Sungguh paling baiknya pemimpin adalah pemimpinnya. Paling baiknya tentara adalah tentaranya.” (HR. Imam Ahmad)

    Baca juga: Petuah Nikah dari Sesepuh

    Sabda nabi ini terus memtoivasi para pemimpin Islam untuk membebaskan Konsntantinovel. Puncaknya ketika Muhammad Al-Fatih berhasil memenangkan peperangan. Lalu menjadikannya bagian dari negeri Islam.

     Ya begitulah. Yang jelas, apa yang kita tanam, itulah yang kita panen. Apa yang kita kejar, itulah yang kita dapat. Gak percaya? Masak ketika aku ngejar kamu, aku dapat dia? Hehehe. Tapi bisa jadi ya. Semoga!

    0

    Posting Komentar