-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Cerita KKN | Tahu Bahasa Orang itu Penting



    Rasanya Kemaren OSPEK, Sekarang Sudah KKN

    Yah begitu yang saya rasakan. Waktu rasanya sangat singkat. Baru kemaren daftar kuliah, sekarang sudah detik-detik terakhir ada di bangku kuliah. KKN, PPL, lalu skripsi, sudah. Saya akan diwisuda. Kurang lebih tinggal 1 tahun lagi semuanya akan selesai. Asal tidak santai-santai.

    Hidup ini kalau sudah dilewati memang terasa singkat. Apa lagi melewati yang bahagia-bahagia. Singkat sekali rasanya. Kalau waktu menjalaninya, wuih, lama sekali. Apa lagi tidak kerasan di tempat tinggal yang baru. Atau lagi susah.


    Gimana yah rasanya nanti di neraka ? Pasti terasa lama sekali. Kalau masih berpeluang masuk surga masih mending, lah yang masuk neraka selamanya ? Seperti orang-orang yang mati tidak membawa Islam-Iman ?

    Allahumma-kh tim lana bi husni-l khatimah. Semoga kita mati dalam keadaan khusunul khatimah.

    Semoga saja saya kerasan di sini, di tempat KKN ini. Semoga waktu sebulan tidak terasa setahun. Biarlah sebulan terasa sebulan. Bahkan mungkin kurang. Tapi, yang lebih penting, saya berada di sini bisa bermenfaat untuk warga, untuk masyarakat. Biar kuliah ada gunanya. Ilmu yang saya dapatkan bisa dimenfaatkan oleh masyarakat.


    Buatlah Kegitan yang Gak Mahal

    Saya KKN di Sidoarjo. Tepatnya di Kecamatan Prambon. Desanya Pejangkungan. Saya kira di desa ini sudah maju. Pemerintahan desanya sudah keren. Ada ini, ada itu. Masyarakatnya nggak repot cari kerja, meskipun hanya lulusan SMA. Karena di sini banyak pabrik. Setelah lulus SMA atau sederajat, langsung aja ngelamar.

    Hal ini yang membuat masyarakat kurang minat ke pendidikan. Nggak kuliah bisa dapat kerja, ngapain masih mau kuliah ? Gitu kata Pak Carik waktu menceritakan ke kita. Logis juga sih. Kita kuliah untuk cari kerja kan ? Ah gak usah ngeles. Pasti gitu. Kalau pun ada yang murni mencari ilmu, itu paling seribu satu.

    Padahal, niat yang baik dalam aktivitas kita itu penting. Karena niat itu dasar. Jika niatnya baik, bisa dapat pahala. Juga bisa tercapainya cita-cita.

    Saya dan teman-teman termasuk yang beruntung KKN di sini. Tempat tinggal gratis. Cuma bayar listrik saja, 300.000. Pak Lurah juga gak minta yang neko-neko. Gak minta yang bisa mengeluarkan banyak biaya. Sederhana tapi meriah. Itu sudah cukup.

    “Saya ikut kalian. Saya tidak narget kalian harus buat ini, buat itu. Nanti berat untuk kalian. Pokoknya sekiranya ketika kalian pulang, di sini masih ada kenangan kalian. Buat aja kegiatan yang sederhana. Gak usah yang banyak biaya. Soalnya kan tidak semua dari kalian ini anaknya orang mampu,”

    “Saya juga punya anak kuliah kok. Saya juga tidak mau nanti anak saya mengeluarkan uang banyak ketika KKN. Nanti di sini juga banyak kegiatan. Kalian membaurlah dengan masyarakat. Kalau ingin mengadakan acara, silahkan komunikasi dengan Pak Lurah. Pak Lurah terbuka,”

    Begitu kurang lebih kata Pak Lurah. Menurut cerita Pak Lurah, beliau sudah lama ngabdi di pemerintah desa. Kira-kira 20 tahunan. Beliau masuk di perangkat desa saat berumur 21 tahun. Sekarang sudah berumur 51 tahun. Lalu, karir beliau naik sampai menjadi Lurah.

    Selain ngantor di kantor kelurahan sebagai Pak Lurah, beliau juga mengisi waktu di sawah. Beliau bertani tebu. Menjadi lurah itu murni pengabdian ke masyarakat. Bukan untuk mencari uang. Sebab, beliau punya penghasilan sendiri dari bertani.

    Kata beliau, jadi lurah itu gak enak. Jadi lurah itu gak ada liburnya. Satu hari full, satu minggu full. Di tengah malam ada anak masyarakat kecelakaan, ya harus bangun. Bantu mereka. Di tengah malam ada orang meninggal, ya harus banging. Bantu mereka.

    Terlebih, semua kegiatan Pak Lurah akan dilihat masyarakat. Setiap waktu begitu. Kalau ada salah, langsung kelihatan dan selalu diingat-ingat. Kalau kebaikannya cepat dilupakan. Hiks, hiks, hiks, sedih. Masih ingin jadi Pak Lurah ?

    Tahu Bahasa Orang itu Penting

    Kita bangsa Indonesia memang disatukan oleh Bahasa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke bisa berbahasa Indonesia. Kita tidak usah hawatir tidak bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia. Karena kita punya bahasa pemersatu.

    Akan tetapi, tahu bahasa daerah itu penting. Bahkan sangat penting. Orang luar Jawa tahu bahasa Jawa ketika tinggal di Jawa itu penting. Karena bahasa yang sama dapat mencairkan suasana. Kita melebur dengan masyarakat tanpa sekat.

    Orang akan cepat akrab kalau banyak kesamaan. Apa lagi kesamaan dalam bahasa. Media utama dalam menjalin komunikasi antar sesama.

    Nah, kemaren, tak beberapa lama setelah kita sampai di Basecamp KKN, orang yang punya rumah datang. Tampak islami sekali. Bahasanya memakai bahasa Jawa halus. Saya faham sedikit-sedikit, tapi kalau disuruh bicara jadi bahasa campuran. Bahasa Jawa halus, Jawa kasar, dan Bahasa Indonesia. hehehehe.

    Untungnya, diantara kita ada yang bisa bahasa jawa halus juga. Namanya Mbak Fita. Langsung nyambung deh dengan ibu yang punya rumah. Langsung akarb. Ditambah Mbak Fita tahu sosial masyarakat Jawa. Dia seperti tertata berkata dan bertingkah di depan ibu itu.

    Maklum sih dia begitu. Dia kan orang Sidoarjo juga. Hehehe.

    “Matur suwun, ngapunten, “ kata-kata itu diucapkan Mbak Fita dan masih saya ingat.

    Mbak Fita sih kelebihannya dalam berbicara. Anggaplah dia orang supel. Cepet akrab. Nggak males nanya ke orang. Nggak males nyapa ke orang yang baru dikenal. Yah, menurut saya itu kelebihan. Bisa membuatnya banyak teman.

    “Barangsiapa yang mengetahui bahasa suaut kaum, maka dia akan selamat dari tipu dayanya,”  Kalau gak salah, kata-kata ini adalah adagium Arab.

    Posting Komentar

    Posting Komentar