-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Boleh Berkuban Ayam, Ini Dalilnya

    Bolehkah berkurban ayam? Sebagaimana yang kita tahu, tidak semua orang memiliki ekonomi yang mapan. Tidak semua orang bisa berkurban sapi atau kambing. Kebutuhan hidup saja kadang masih kurang.

    Di sisi lain, berkurban adalah ibadah yang memiliki keutamaan menggiurkan. Lalu, bagaiamana orang-orang tak mampu bisa mendapatkan keutamaan itu? Caranya dengan berkurban ayam. Memang boleh berkurban ayam?

    Berkurban dengan ayam hukumnya boleh | weedemandreap

    Lanjut bacanya agar nggak salah faham… hehe

    Keutamaan Berkurban

    Sebelum penulis membahas bolehkah berkurban dengan ayam, penulis ingin mengulas keutamaan berkurban.

    Keutamaan berkurban itu menggiurkan sekali. Ada banyak hadis yang menjelaskan keutamaan berkurban tersebut. Misalnya Rasulullah bersabda,

    ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها وأن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فيطيبوا بها نفسا

    “Tidak ada amal anak Adam di hari Nahar (Lebaran Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah dari pada mengalirkan darah (berkurban). Sesungguhnya kelak di hari kiamat akan datang disertai tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya, darahnya mendapat keridaan Allah di tempat qabul (diterima) sebelum jatuh di bumi, maka senangkanlah diri kalian (untuk berkurban).” (HR. Imam Turmudzi)

    Al-Mubarakfuri dalam Tuhfah al-Ahwadzi mengutip pendapat Imam Zain al-Arab ketika menjelaskan hadis ini. Menurut beliau, hadis ini menunjukkan bahwa ibadah paling utama di hari Idul Adha adalah megalirkan darah (berkurban). Kelak di hari kiamat, hewan kurban itu datang pada pemiliknya dengan anggota tubuhnya yang utuh. Hewan kurban itu juga akan menjadi kendaraannya di jembatan shirath.

    Hal ini senada dengan sabda Rasulullah,

    استفرهوا ضحاياكم فإنها مطاياكم على الصراط

    “Perbaguslah hewan kurban kalian karena ia akan menjadi tunggangan kalian di atas shirath.” (HR. Imam Suyuthi)

    Rasulullah juga bersabda dalam sebuah penggalan hadis,

    بكل شعرة حسنة قالوا فالصوف يا رسول الله قال بكل شعرة من الصوف حسنة

    “Setiap bulu (hewan kurban) itu terdapat kebaikan.” Lalu para sahabat bertanya, bagaimana dengan shuf (bulu doma) wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Setiap bulu domba (yang dijadikan kurban) ada kebaikan.”  (HR. Imam al-Hakim)

    Ciri-ciri Hewan yang Boleh Dikurbankan

    Lalu, bolehkah berkurban dengan ayam? Dalam kitab-kitab fikih dijelaskan, tidak semua hewan bisa dikurbankan. Hewan yang bisa dijadikan kurban hanya jenis “an-Na’am”, yaitu unta, sapi, dan kambing. Itu pun harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

    Adapun syarat-syarat atau ciri-ciri hewan yang boleh dikurbankan sebagaimana berikut:

    1.     Unta, harus sudah berumur lima tahun (atau lebih). Umur dihitung dengan hitungan tahun hijriyah (Kalender Islam). Juga, untanya tidak cacat dan tidak sakit.

    2.     Sapi, sudah berusia dua tahun. Secara fisik tidak cacat dan tidak sakit. Hitungan usi dihitung menggunakan tahun hijriyah.

    3.     Kambing, sudah berusia minimal enam bulan atau giginya sudah lepas (apongkak: Madura). Ketentuan ini untuk kambing domba. Adapun untu kambing kacang, maka sudah berumur dua tahun atau sudah lepas giginya.

    Adapun cacat yang menyebabkan hewan tidak bisa dijadikan kurban adalah cacat yang mengurangi daging kurban, misalnya kupingnya hilang satu. Lebih jelasnya, bisa lihat di sini.

    Hukum Berkurban dengan Ayam Boleh, Ini Dalilnya

    Jika kita melihat ciri-ciri hewan yang disebutkan di atas, tentu ayam tidak boleh dijadikan hewan kurban. Sebab, yang boleh dijadikan hewan kurban hanyalah unta, sapi, dan kambing.

    Namun, ada sebagian ulama dari madzhab Syafi’i yang memperbolehkan berkurban ayam. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh al-Imam al-Maidani. Pendapat ini dari sahabat Ibnu ‘Abbas.

    Dalam kitab Bughyah al-Musytarsyidin disebutkan,

    عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ يَكْفِى فِى الأُضْحِيَةِ إِرَاقَةُ الدَمِ وَلَو مِنْ دَجَاجَةٍ وَأَوْزٍ كَمَا قَالَهُ المَيْدَنِى وَكَانَ شَيْخُنَا يَأَمُرُ الفَقِيْرَ بِتَقْلِيْدِهِ

    “Dari sahabat Ibnu ‘Abbas, bahwa cukup dalam berkurban itu mengalirkan darah walaupun dari ayam atau angsa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh al-Maidani. Guru kami memberi arahan kepada masyarakat yang fakir untuk mengikuti pendapat ini.”

    Dalam penjelasan ini, yang terpenting adalah mengalirkan darah. Entah itu dari sapi, kambing, bahkan ayam. Hal ini dianggap cukup dalam berkurban. Apa lagi bagi orang yang tidak mampu.

    Apakah ada dalil dari Sayidina Ibnu Abbas yang berpendapat boleh berkurban dengan ayam? Ternyata ada. Sayid Ahmad bin Muhammad as-Syathiri dalam kitabnya, “Syarh al-Yaqut an-Nafis” menjelaskan dalil pendapat ini.

    Sayidina Ibnu ‘Abbas memperbolehkan kurban ayam berdasarkan hadis berikut,

    من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح في الساعة الأولى فكأنما قرب بدنة ومن راح في الساعة الثانية فكأنما قرب بقرة ومن راح في الساعة الثالثة فكأنما قرب كبشا أقرن ومن راح في الساعة الرابعة فكأنما قرب دجاجة

    “Barangsiapa yang mandi di hari jumat seperti saat mandi junub (hadas besar), kemudian berangkat di waktu yang pertama (berangkat pagi ke masjid), maka seperti berkurban unta. Barangsiapa yang berangkat di waktu yang kedua, maka seakan-akan berkurban sapi. Baransapa yang berangkat di waktu yang ketiga, maka seperti berkurban kambing. Barangsiapa yang berangkat di waktu yang keempat, maka seperti berkurban ayam.... “ (HR. Muttafaq Alaih)

    Baca juga:

    Alakullihal, ibadah paling utama di hari raya Idul Adha adalah mengalirkan darah atau berkurban. Kurban itu kelak akan datang dengan utuh sebagai bentuk pahala. Ia akan menjadi tunggangan menuju surga. Ada sebagian pendapat memperbolehkan berkurban ayam. Sebagian ulama mengarahkan orang-orang yang tidak mampu membeli kambing atau sapi, mengikuti pendapat ini. Ya, agar bisa berkurban juga.

    Eh, kalau kita berkurban dengan ayam, besok di akhirat gimana ya? Apa kita nunggangi ayam juga? Hehehe. Wallahu A’lam. Semoga bermanafaat. 

    Posting Komentar

    Posting Komentar