-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Penuh Inspirasi! 3 Fakta Sejarah Berdirinya Nurul Hayat

     

    Beberapa waktu lalu, Alhamdulillah saya berkesempatan bertemu Bapak Molik, pendiri Nurul Hayat. Keperluan saya, untuk wawancara. Kebetulan, tugas akhir saya di S2 tentang toleransi di Pesantren Tahfidz Khairunnas Surabaya.

    Tentu sangat dibutuhkan sejarah Nurul Hayat, mulai dari awal berdiri sampai sukses seperti sekarang.

    Dalam wawancara itu, saya tidak hanya mendapatkan data yang saya perlukan. Tapi, saya juga mendapatkan suntikan-suntikan motivasi dan inspirasi. Ada banyak pelajaran hidup dalam kisah Bapak H. Molik mendirikan Nurul Hayat.

    Oleh karenanya, kisah-kisah yang saya dapatkan, saya tulis semua. Sebagai kenang-kenangan dan sebagai bahan renungan. Data-data yang diperlukan, saya masukkan dalam penelitian saya.

    Nah berikut sejarah berdirinya Nurul Hayat yang penuh inspirasi!

    Bersama Ayah Molik, Pendiri Nurul Hayat


    Ingin Berbagi

    Sejarah berdirinya Nurul Hayat bermula dari keinginan H. Muhammad Molik untuk membantu orang tak mampu dan anak-anak yatim. Kala itu, di Indonesia terjadi krisis moniter. Kemiskinan melanda masyarakat. Banyak dari anak-anak kurang mampu dan anak yatim yang tidak sekolah.

    Melihat hal itu, H. Muhammad Molik (Ayah Molik, panggilan akrab beliau) bertekad untuk menyisihkan sebagian reziknya untuk anak yatim dan orang-orang tak mampu.

    Pada tahun itu, yakni 1998 M, Ayah Molik memiliki bisnis jamu tradisional madura. Ayah Molik bertekad jika jamu itu laku, maka setiap bungkusnya akan disisihkan untuk disedekahkan pada duafa dan masakin.

    “Saya dan keluarga berkomitmen, jika laku terjual akan menyisihkan 200 perak setiap bungkusnya,” cerita ayah Molik[1].

    Ayah Molik berasumsi yang terjual mungkin sampai 5000 bungkus. 200 perak dikali 5000 akan terkumpul sebanyak 1000.000. Tapi ternyata Allah berkehendak lain.

    Di awal bulan September, penjualan sudah mencapai 20.000 bungkus. Secara otomatis, uang yang disisihkan berlipat menjadi 4000.000. Jumlah yang lumayan banyak di kala itu.

    Bisnis jamu tradisional ayah Molik terus mingkat. Alokasi dana untuk duafa dan anak yatim juga semakin banyak.

    Hingga pada tahun 2000 M, duafa dan anak yatim yang mendapatkan kemanfaatan program ayah Molik sudah mencapai 700 anak.

    Oleh karena itu, Ayah Molik mengajak keluarga yang tegabung dalam Bani Kayat (Bani Hayat) untuk mendirikan sebuah yayasan. Karena santri sebanyak 700 itu sudah lumayan banyak.

    Ayah Molik berharap, dengan adanya Yayasan, pemberdayaan semakin meningkat. Barangkali juga ada santri yang muqim di Yayasan.

    Akhirnya, pada tahun 2001 M, berdirilah sebuah Yayasan dengan nama Yayasan Panti Asuhan Nurul Hayat. Nama Nurul Hayat merupakan usulan dari sesepuh Bani Hayat.

    Panti Asuhan Nurul Hayat merupakan panti asuhan keluarga. Pembaiayaan dikeluarkan dari pribadi, yaitu hasil dari jual jamu tradisional madura. Setelah berdirinya panti asuhan yang terletak di Rungkut Asri Timur Gg. 4, ada sekitar 20 santri yang mukim di yayasan.

    Pada tahun 2003, Ayah Molik ditegur seorang teman. Isi teguran itu, jikalau ingin masuk surga, janganlah ingin masuk surga sendirian. Ngajak orang lain juga. Ayah Molik masih kurang memahami apa maksud dari teguran itu.

    Seorang teman itu melanjutkan penjelasan, bahwa Ayah Molik selama ini mengurusi anak yatim sendirian. Dari dana peribadi pula. Ini namanya ingin masuk surga sendirian. Bukalah untuk masyarakat umum agar bisa berdonasi.

    “2003 itu saya ditegur, “jangan ngapling surga sendiri. Jangan masuk surga sendirian. Ngajak-ngajak yang lain juga.” Lalu saya tanya, “Maksudnya gimana?” Dia bilang, “Kamu ini loh panti diurus sendirian. Coba beri kesempatan yang lain untuk membantu,”,” kisah Ayah Molik dengan wajah bahagia mengenang.

    Setelah itu, tepatnya pada tahun 2004, Yayasan Panti Asuhan Nurul Hayat dibubarkan dan berdirilah Yayasan Nurul Hayat.

    Dengan ini, Yayasan Nurul Hayat tak lagi milik keluarga, tapi diwakafkan dan menjadi milik umat. Sehingga masyarakat luas dapat membantu dan berdonasi di Yayasan Nurul Hayat.

    Yayasan Nurul Hayat juga tidak hanya memiliki program dalam pendidikan, tapi juga program-program sosial, dakwah dan bisnis.

    Sejak awal berdirinya, Nurul Hayat dicita-citakan menjadi lembaga umat yang mandiri. Yakni, semua biaya operasionalnya, termasuk gaji untuk karyawan bisa dipenuhi dengan mandiri dari hasil usaha yayasan.

    Sehingga donasi umat, zakat, dan infaq bisa tersalurkan pada mustahiq secara keseluruhan. Oleh karenanya, Yayasan juga membuka bisnis dan usaha, seperti Aqiqah dan Travel Umrah dan Haji.

    Yayasan Nurul Hayat didirikan bukan oleh tokoh agama atau kiai yang memiliki magnet untuk berkumpulnya umat.

    Oleh karenanya, Ayah Molik mendesain Yayasan Nurul Hayat menjadi lembaga yang pofesional dan mempunyai sistem yang bagus.

    Yayasan akan terus berjalan dan eksis, baik Ayah Molik ada atau sudah tidak ada. Nurul Hayat juga mengedepankan tranparasi dan akuntabilitas pengelolaan dana-dana umat. Sehingga Nurul Hayat bisa dipercaya oleh umat.

     

    Sejuk untuk Semua

    Nurul Hayat memiliki motto “Sejuk untuk Semua”. Setidaknya ada dua hal yang ingin ditegaskan dari motto ini.

    Pertama, Nurul Hayat tidak berafiliasi pada organisasi manapun. Nurul Hayat milik umat dan untuk umat. Kedua, diharapkan Nurul Hayat dapat diterima di manapun dan oleh siapapun, serta Nurul Hayat dapat memberi manfaat di manapun dan kepada siapapun. “Sejuk untuk semua” merupakan tekad Nurul Hayat untuk memberi kesejukan pada lingkungan sekitarnya.

    Motto “Sejuk untuk semua” ini merupakan pengejawantahan dari nama “Nurul Hayat” yang memiliki arti cahaya kehidupan.

    Cahaya kehidupan berarti memberi cahaya untuk kehidupan lingkungan dan alam semesta. Tidak memandang ormasnya apa, bahkan fahamnya apa. Filosofi ini terinpirasi dari kehidupan Rasulullah saw. yang merupakan rahmatan lil alamin.

    Rasulullah saw. adalah rahmat bagi alam semesta, bagi umat manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda, yang muslim ataupun non muslim. Rasulullah bahkan menjadi rahmat bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan.

    “Nurul Hayat ini kan caha kehidupan. Oleh karenanya, bagaimana cahaya kehidupan ini tidak hanya bagi segelintir orang, tapi menjadi cahaya kehidupan umat. Kita ini kalau ingin meneladani Rasulullah, maka cahaya itu untuk seluruh umat manusia. Rahmatan lil alamin. Nah, rahmatan lilalamin itu kalau dibungkus dengan bahasa marketing,  maka jadilah “Sejuk untuk semua”. Kita tidak membeda-bedakan”, jelas Ayah Molik.

    Oleh karenanya, masyarakat Nurul Hayat terdiri dari individu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari karyawan, masyarakat yang mendapatkan bantuan, sampai donatur. Keberagaman karyawan bisa dilihat dari cara ibadah.

    Misalnya saat tahyat ada yang menggerak-gerakkan telunjuk, ada juga yang mendiamkan telunjuk. Donatur juga beragam, dari ormas Islam bermcam-macam. Bahkan ada juga yang dari non muslim.

    Masyarakat yang dibantu oleh Nurul Hayat juga bermacam-macam, mulai dari muslim sampai non muslim. Tentunya dengan tetap mengikuti rambu-rambu hukum Islam.

    “Karyawan di Nurul Hayat ini sangat beragam. Coba lihat, misalnya ketika tahyat. Ada yang menggerak-gerakkan telunjuk, ada yang tidak. Kita tidak mempermasalahkan itu. Yang penting tidak menyalahkan amaliyah yang lain. Kita lebih menekankan pada kejujuran, amanah, dan profesional dalam bekerja. Kalau tidak amanah, baru kita permasahlahkan. Donatur kita juga ada yang non muslim. Adapun penyaluran dana, tetap kita mengikuti rambu-rambu fikih. Misalnya, harta zakat, ya kita salurkan kepada muslim,” jelas Ayah Molik.

     

    Karena Kebutuhan, Berdirilah Pesantren

    Dengan berkembangnya Yayasan Nurul Hayat, secara alamiah program dan pemberdayaan juga semakin meningkat.

    Banyak program-program baru yang bermunculan. Dari berbagai program itu, ada masukan untuk dibenahi, diperbaiki, dan diadakan program baru. Diantara masukan itu adalah para penghafal al-Quran mengusulkan untuk diadakan semacam pelatihan untuk pengembangan diri.

    Lalu diadakanlah program pelatihan dengan nama KepQ, yaitu Kampus Entrepreuner Penghafal al-Quran.

    Awalnya program ini hanya  berupa pelatihan dalam waktu satu minggu. Dirasa kuraang efektif, maka diprogramkanlah seperti perguruan tinggi yang memiliki jurusan-jursan dengan kurun waktu yang lebih panjang. Di samping juga ada jenjang pendidikan TK Khairunnas, SMP Khairunnas, SMA Khairunnas, dan seterusnya.

    Awalnya, secara struktural, pendidikan Khairunnas berada di bawah kepengurusan dan dikelolah langsung oleh Nurul Hayat.

    Akan tetapi, pada tahun 2018, pendidikan Khairunnas dibuatkan wadah tersendiri dengan nama Yayasan Pendidikan Khairunnas yang fokus untuk menangani pendidikan. Nurul Hayat yang membantu di bidang pendanaan dan manajemen.

    Filosofi Nama Pesantren Khairunnas

    Nama Pesantren Khairunnas di ambil dari sebuah penggalan hadis yang berbunyi, “Khairu al-Nas, Anfa’uhum Li al-Nas,”.

    Hadis ini memiliki arti, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang lebih bermanfaat untuk umat manusia”.

    Dalam hadis ini sangat jelas, bahwa orang yang terbaik adalah yang paling bermanfaat untuk manusia.

    Manusia di sini tidak ada batasan harus muslim, tidak ada batasan harus berafiliasi pada suatu golongan, serta tidak ada batasan harus seakidah. Yang penting manusia, maka berhak mendapat kemanfaatan.

    Hadis tersebut merupakan motto hidup dari pendiri dan ketua Yayasan Pendidikan Khairunnas. Nama Pesantren “Khairunnas” menegaskan bahwa cita-cita dari para pendiri pesantren Khairunnas adalah mencetak santri yang bermanfaat untuk umat manusia, apapun organisasinya dan apapun golongannya. Sebagaimana bunyi hadis di atas.

    “Cita-cita kami ingin anak-anak nanti menjadi orang yang bermanfaat. Beramanfaat untuk dirinya, untuk keluarganya, dan untuk lingkungannya. Tanpa memandang golongan,” jelas Ayah Molik.

    Oleh karenanya, para santri Khairunnas yang notabena adalah para penghafal al-Quran akan dibekali banyak skill, dengan harapan bisa bermanfaat untuk banyak orang.

    Sebab, jika para penghafal al-Quran itu tidak memiliki skill dan kelebihan lain, maka dia hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri dan hafalannya untuk dirinya sendiri.

    Namun, jika para penghafal al-Quran dibekali dengan skill, misalnya public speaking, maka mereka juga bisa menyamapaikan isi al-Quran dengan baik, sehingga dia bisa bermanfaat untuk banyak orang.

    “Menjadi orang bermanfaat itu kan bisa dengan tiga hal. Bisa dengan harta, tenaga, dan ilmu,” jelas Ayah Molik.

     Baca juga:

    Keren! 3 Prinsip Kesuksesan Pendiri Nurul Hayat



    [1] Wawancara dengan Ayah Molik, 21 Desember, 2022.

     

    0

    Posting Komentar