-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Ini Dia Mak Comblang Pernikahan Sayidah Khadijah dan Rasulullah


    Khadijah:

    Ya, Khadijah. Perempuan mulia yang menjadi rebutan para lelaki negerinya. Putri Khuwailid itu memiliki banyak kelebihan; paras yang jelita, gelimang harta, dan nasab mulia.

    Ia juga iffah. Menjaga diri dari perbuatan tercela. Karenanya, para tetangga dan masyarakat menjulukinya at-Thahirah. Perempuan suci. Ya, perempuan suci.


    Maka tak heran jika banyak laki-laki yang meminangnya. Bukan laki-laki biasa, tapi mereka yang memiliki kehormatan dalam sosialnya. Khadijah tidak menerimanya. Dia tolak semua lamaran itu.


    Muhammad:

    Anak muda yang sangat harum namanya. Semua orang sepakat, dia pemuda baik. Keperibadiannya begitu elok. Jujur dan sangat dipercaya. Kemudian, orang seantero Makkah menjulukinya al-Amin.

    Muhammad terlahir yatim. Ayahnya meninngal sejak ia dalam kandungan. Ia dirawat oleh kakek, lalu oleh paman tercintanya, Abu Thalib.

    Sejak kecil sudah terbiasa susah. Sudah terbiasa mencari rezeki. Mulai dari mengembala kambing sampai berdagang.

    Nasab pemuda itu juga tak diragukan kemuliaannya. Dari ayah-ibu sampai ke atas. Semuanya orang mulia, terhormat dan dihormati kaumnya.

    Nafisah putri Munyah, Dialah Mak Comblangnya:

    Perempuan ini sahabat Khadijah. Sahabat sejati yang tidak pamrih. Dia juga yang menjadi Mak Comblang antara Khadijah dan Muhammad muda.

    Ceritanya, Khadijah terikat kerjasama bisnis dengan Muhammad. Muhammad memperdagangkan harta Khadijah dengan gaji berlipat. Muhammad ditemani pembantu laki-laki Khadijah, namanya Maysaroh.

    Sepulang Muhammad dari tempat berdagang nan jauh, Khadijah untung besar. Ditambah cerita Maysaroh tentang Muhammad.

    Mulai dari akhlak dan keperibadian Muahmmad, tegur-sapanya dengan seorang pendeta, sampai naungan yang menyertai Muhammad saat mentari sedang panas-panasnya.

    Khadijah kagum. Ada rasa bergejolak dalam hatinya. Isi hati itu Khadijah ceritakan kepada sahabatnya, Nafisah. Lalu Nafisah dikirimkannya untuk mencari tahu perasaan Muhammad.

    Nafisah berangkat. Semangatnya sungguh dahsyat. Untuk sahabatnya yang lagi kasmaran berat.

    “Muhammad… Kamu kok belum nikah?” pertanyaan pertama Nafisah setelah bertemu dengan Muhammad.

    “Aku belum ada biaya,” jawab anak muda itu.

    “Kalau misalnya, ada perempuan cantik jelita, mulai, memiliki banyak harta, dan cocok dengan kamu, kamu mau? Tentunya juga tidak usah memikirkan biaya nikah.”

    “Ah, memang siapa?” tanya Muhammad.

    “Khadijah,” Nafisah menyebut nama terkenal itu.

    “Loh, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa melangkah sejauh itu?”

    “Serahkan semuanya padaku!” Nafisah bertanggung jawab.

    Nafisah pulang dan mendatangi Khadijah. Ia ceritakan semua pembicaraannya dengan Muhammad. Khadijah menentukan tanggal lamaran. Ia kirim pada keluarga Muhammad. Ia juga mengirim kabar pada pamannya untuk menikahkannya dengan kekasih tercinta.

     Cinta dan Pengorbanan:

    Sayidah Khadijah tidak hanya mencinta, tapi juga berkorban. Dia bukan hanya istri, tapi the best partner dakwah.

    Baca juga:


    Setelah Nabi Muhammad SAW. diutus menjadi Rasulu, Sayidah Khadijah penolong sejati beliau. Saydiah Khadijah korbankan jiwa, harta, dan umurnya untuk dakwah Rasulullah.

    Saat Rasulullah susah, Sayidah Khadijah yang menghiburnya. Saat orang Quraisy ingin menyakiti beliau, Sayidah Khadijah yang melindunginya. Saat Rasulullah rapuh, Sayidah Khadijah yang menyemangatinya.

    Maka, cinta yang mekar dalam hati Rasulullah, menancap dan mendarah daging. Tak ada satu pun wanita yang bisa menggantikan Sayidah Kahdijah di hati Rasulullah. Meski Sayidah Khadijah sudah terdekap tanah.

    Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah memberikan hadiah kepada teman-teman Sayidah Khadijah. Misalnya beliau menyembelih kambing, maka sebagian dagingnya beliau kirim untuk sahabat Sayidah Khadijah.

    Suaut ketika Sayidah ‘Aisyah protes. Khadijah lagi Khadijah lagi, katanya. Rasulullah marah. Maka beliau ungkapkan rasa cintanya, “Sungguh, aku mencintainya (Sayidah Khadijah)!”

    Baca juga:


    Pada kesempatan yang lain, Rasululullan terang-terangan mengatakan, tidak mungkin ada perempuan lain yang bisa menggantikan Sayidah Khadijah.

    Kata beliau:

    “Tidak! Demi Allah, Allah tidak pernah menggantinya dengan perempuan lain yang lebih baik darinya.

    Dia mengimaniku saat orang-orang mengkufuriku. Dia mempercayaiku saat orang-orang mendustakanku.

    Dia korbankan hartanya untukku saat orang-orang tidak mau membantuku.

    Allah merezkikan putra-putri untukku darinya saat wanita-wanita tidak bisa memberikanku keturunan.”

    Nafisah…. 

    Sungguh kau telah menyatukan dua insan yang luar biasa. Dua insan yang menjadi teladan dalam membina keluarga dan rumah tangga.

    Dalam catatan sejarah dijelaskan, Nafisah beriman dan masuk Islam pada tahun Fathu Makkah. Ia masuk Islam bersama saudara laki-laki dan ayahnya.

    Nafisah adalah putri dari Umayyah bin Abi Ubaid. Ibunya bernama Mun’yah. Saudara laki-lakinya bernama Ya’la. Ya’la  ikut serta dalam perang bersama Rasulullah dalam perang Thaif, Hunain dan Tabuk. Salam!

    Hai… apakah aku harus mengirim kupu-kupu untuk menanyakan perasaanmu? (^_^)

    Referensi:
        ·       Thabaqat al-Kubrah, karya Ibnu Sa’ad.
        ·       Ar-Rahiq al-Mahtum, karya Al-Mubrakfuri
        ·       Al-Ishabah fi Tamyiz as-Shahabah, karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani
        ·       Shohih Muslim
        ·       Mu’jam Kabir Li Thabrani


    Posting Komentar

    Posting Komentar