-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Puasa Syawal Tidak Harus Setelah Hari Lebaran


    Puasa Syawal sering dibicarakan orang. Ustadz-ustadz dan para kiai juga menganjurkan. Karena pahalanya memang sangat besar dan menggiurkan. Tentu hal ini sangat mengembirakan untuk menambah pahala bulan Ramadan.

    Dalam sebuah hadis dijelaskan, puasa syawal itu pahalanya seperti puasa satu tahun. Rasulullah bersabda:

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

    Artinya: Barangsiapa yang berpuasa di Bulan Ramadan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di Bulan Syawal, maka seperti puasa satu tahun. (HR. Imam Muslim)


    Dalam hadis lain:
    صِيَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامِ سِتَّةِ أَيَّامٍ بِشَهْرَيْنِ فَذَلِكَ صِيَامُ السَّنَةِ


    Artinya: Puasa satu bulan di Bulan Ramadan sama dengan puasa sepuluh bulan, puasa enam hari sama dengan puasa dua bulan. Maka jumlahnya sama dengan puasa satu tahun. (HR. An-Nasa’i)

    Sama dengan Puasa Fardu bukan Sunah

    Dua hadis di atas menjelaskan keutamaan puasa syawal. Bahwa puasa enam (6) hari di Bulan Syawal itu sama dengan puasa satu tahun.

    Menurut para ulama, yang dimaksud sama dengan puasa satu tahun di sini adalah sama dengan puasa fardu.

    Maksudnya begini, orang yang berpuasa di Bulan Ramadan dan enam (6) hari bulan Syawal sama dengan puasa fardu selama satu tahun.

    Menurut para ulama, ini keistimewaannya puasa bulan Syawal. Pahalanya disamakan dengan puasa Fardu. Tentu, pahala puasa fardu dan pahala puasa sunah itu beda. Lebih banyak pahala puasa fardu.

    Cara Berpuasa Enam Hari Bulan Syawal

    Puasa enam hari bulan syawal atau yang biasa disebut dengan puasa syawal itu mudah dan tidak berat. Karena tidak harus langsung dilakukan setelah lebaran.

    Puasa syawal itu yang penting berpuasa enam hari di Bulan Syawal. Boleh langsung setelah lebaran, boleh juga tidak. Boleh berturut-turut selama enam hari, boleh juga dipisah-pisah.

    Yang penting puasanya di bulan Syawal… Ini garis bawahnya. Terserah, mau puasa tanggal empat kek, tanggal delapan kek, tanggal 25 kek. Pokoknya enam hari di Bulan Syawal.

    Namun, yang lebih utama adalah puasa enam hari di Bulan Syawal langsung setelah hari lebaran dan berturut-turut sampai enam hari. Itu yang lebih utama.

    Waktu Puasa Syawal 2021

    Lalu, kapan waktu puasa sunah Syawal tahun 2021? Bulan Syawal pada tahun 2021 bertepatan dengan tanggal 13 Mei dan berakhir pada tanggal 11 Juni.

    Dengan demikian, waktu puasa Syawal dimulai dari tanggal 14 Mei sampai 11 Juni. Karena tanggal 13 Mei-nya hari lebaran. Di hari lebaran kita diharamkan berpuasa.

    Kalau tidak puasa di Bulan Ramadan karena sakit, apa bisa puasa bulan syawal?

    Nah, pertanyaan bagus. Jawabannya bisa. Tapi, bayar dulu hutang puasanya di Bulan Ramadan. Setelah selesai, baru puasa Syawal.

    Kalau misalnya tidak puasa Ramadan satu bulan penuh atau setengah bulan, apa masih sunah puasa syawal?

    Masih sunah. Nanti puasa syawalnya bisa di Bulan Dzul Qa’dah (setelah Bulan Syawal).

    Misalnya begini, ada seseorang tidak puasa sama sekali di Bulan Ramadan karena sakit, maka dia mengganti puasa Ramadan itu di Bulan Syawal.

    Baca juga:


    Setelah selesai, dia puasa enam hari Bulan Syawal di Bulan Dzul Qa’dah. Menurut ulama fikih, hal sedemikian boleh dan tetap mendapat pahala.

    Keterangan tambahan:

          1.      Mengganti puasa Ramadan yang ditinggalkannya itu sunah disegerakan, jika meninggalkan puasa Ramdan karena uzur. Misalnya sakit, haid, dan lain-lain.

          2.      Mengganti puasa Ramadan yang ditinggalkan itu wajib disegerakan, jika dia meninggalkan puasa tanpa ada uzur.

          3.     Melakukan puasa sunah tapi dia masih memiliki hutang puasa Ramadan, hukumnya makruh. Maka sebaiknya mengganti puasa Ramadan terlebih dahulu baru berpuasa sunah.

    Wallahu A’lamu Bis-Showab…

    Baca juga:

    Referensi:
           1.      Asna al-Mathalib, karya Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari
           2.      Hasyiyah al-Jamal, karya Syaikh Sulaiman al-Jamal


    Posting Komentar

    Posting Komentar