-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Merinding! Inilah 4 Kisah Durhaka kepada Orang Tua dan Akibatnya

     Kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya sangat banyak kita temukan. Baik di dalam kitab-kitab ulama salaf atau di dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering menemukan, anak yang durhaka kepada orang tuanya tidak merasakan kebahagiaan hidup di dunia.

    Benarlah, Rasulullah saw. memang pernah menegaskan, “Rida Allah ada pada rida kedua orang tua dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua.” Oleh karenanya, ketika seseorang menyakiti kedua orang tuanya, maka Allah murka kepadanya. Ketika Allah murka, maka Allah akan menyiksanya.

    Kisah durhaka kepada orang tuda dan akibatnya/freepik

    Oleh karenanya, penulis ingin menceritakan kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya. Kisah-kisah ini penulis sarikan dari sebuah kitab yang berjudul, “Risalah Mathla’ al-Badrain Fi Huquq al-Walidain”. Kitab ini ditulis oleh al-Habib Ahmad bin Hadi al-Hamid.

          1.      Kaki mayit yang ditolak bumi

    Kisah ini tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Dia tidak hanya menyakiti hati, tapi juga berani menyakiti fisik sang ibu.

    Dahulu kala, di samping kuburan Syaikh Yusuf Nabhani ada kuburan kecil. Anehnya, dari dalam kuburan itu menjulurlah dua kaki. Ternyata, kaki mayit itu ditolak oleh bumi. Bumi tidak mau menutupinya.

    Ketika ada sekelompok orang yang ingin berziarah ke makam Syaikh Yusuf, mereka terkejut. Ternyata ada kaki dari dalam kuburan yang menjulur ke luar. Mereka pun mengambil tanah sebanyak-banyaknya. Lalu ditimbunkan ke kaki itu.

    Beberapa hari kemudian, mereka berziyarah lagi ke makam Syaikh Yusuf Nabhani. Mereka terkejut lagi. Dua kaki yang pernah mereka tutup dengan tanah, kini berada di luar lagi. Bumi menolak kaki mayit itu.

    Lalu mereka berdoa dan memohon kepada Allah agar kedua kaki itu bisa terpendam. Doa itu dikabulkan. Kaki itu bisa dipendam ke dalam tanah dan tidak keluar lagi setelah itu.

    Usut punya usut, ternyata mayit itu pernah menendang ibunya dengan kakinya. Lalu sang Ibu berdoa kepada Allah. Setelah anaknya meninggal, kakinya tidak bisa dipendam. Begitulah kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya.

           2.      Kepalanya jadi hewan, tubuhnya tetap manusia

    Cerita ini tentang kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya langsung dirasakan di dunia. Dia anak yang durhaka kepada ibu dan menyakiti hati sang ibu.

    Kisahnya begini, di suatu tempat, terdapatlah sebuah kuburan. Suatu ketika, setelah waktu Ashar tiba, kuburan itu terbelah. Keluarlah dari kuburan itu seorang laki-laki. Kepalanya berbentuk keledai, dan tubuhnya berbentuk manusia.

    Lalu, mayit itu meringkik tiga kali. Kemudian dia masuk ke dalam kubur dan kuburannya tertutup lagi.

    Tidak jauh dari kuburan itu, tampaklah seorang perempuan sedang memintal bulu. Perempuan itu sudah tampak keriput karena sudah berumur senja. Ternyata, ibu tua itu adalah ibu si mayit tadi.

    Konon, si mayit adalah anak yang suka meminum minuman keras. Suatu hari, ibunya menasehatinya agar berhenti. Tapi, anak itu malah mengatakan, “Ah Ibu ini meringkik terus seperti keledai.”

    Nahas, anak itu tidak berumur panjang. Dia meninggal setelah waktu Ashar tiba. Maka, setiap hari setelah waktu Ashar tiba, mayit itu keluar dari kuburannya dan meringkik tiga kali.

    Begitulah kisah durhaka kepada ibu dan akibatnya. Dia meninggal lalu menjadi hewan setengah manusia. Naudzubillah..

           3.      Istir disayang, ibu ditendang

    Nah, kisah yang ketiga ini kisah durhaka kepada ibu disebabkan omelan istri. Tentu, anak itu mendapatkan ganjaran yang setimpal. Berikut kisahnya:

    Terdapatlah seorang laki-laki tajir di zaman Sayidina Umar. Dia bekerja sebagai pebisnis yang sukses. Suatu hari, ibunya datang menemuinya. Sang ibu meminta sedikit rezeki untuk kebutuhan hidup.

    Samar-samar sang ibu mendengar percakapan menantu dan anaknya. Menantunya bilang, “Ibumu setiap hari ke sini minta jatah rezeki. Kalau gini terus, kita akan jatuh miskin.”

    Tiba-tiba air mata ibu itu jatuh. Terasa ada ada benda tajam yang berkarat menusuk-nusuk hatinya. Ibu itu pun pergi. Dia tidak lagi berharap pemberian dari anaknya itu.

    Sang anak terus menjalankan bisnisnya. Suatu ketika, dia pergi membawa barang dagangannya. Namun nahas, di tengah jalan dia dicegat oleh perampok. Lalu ditangkap dan hartanya dirampas.

    Tidak hanya itu, tangan anak durhaka kepada ibunya itu juga ditebas. Lalu digantungkan ke lehernya. Dia ditinggal begitu saja dengan darah yang bersimbah.

    Tak lama kemudian, ada rombongan lewat. Rombongan itu mengenali laki-laki yang telah dirampok. Dibawanya laki-laki itu ke rumahnya. Para kerabat datang menjenguknya. Laki-laki itu mengatakan, “Ini balasannya karena aku durhaka kepada ibu. Andaikan aku memberikan sedikit harta kepada ibuku dengan tanganku ini, tanganku tidak akan ditebas dan hartaku tidak akan dirampas.”

    Tak lama kemudian, sang ibu juga datang menjenguknya. Sesakit hatinya seorang ibu, pasti tetap mencintai anaknya. Sang ibu berkata, “Anakku, begitu malang nasibmu sampai mengalami seperti ini.”

    Anak itu menjawab, “Ibu… ini semua karena dosaku kepadamu. Akau mohon maaf dan mohon rida.”

    Sang ibu menjawab, “Aku telah memaafkanmu dan rida kepadamu.”

    Ketika waktu malam tiba, tangan anak itu kembali. Lukanya juga sembuh. Alhamdulillah dengan izin Allah.

    Begitulah kisah durhaka kepada ibu dan akibatnya. Dia seorang anak yang tidak mau membantu ibunya dikarenakan menuruti kemauan istirnya.

          4.      Seorang ulama yang tega meninggalkan ibunya demi Umrah

    Kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya yang nomer empat adalah kisah seorang ulama. Namun nahas, beliau merasakan akibat durhaka kepada ibunya.

    Kisahnya begini: ada seorang ulama yang terkenal dengan kebaikan dan keutamaannya. Lalu suatu hari, ulama ini ingin pergi ke Makkah. Beliau ingin Umrah. Hanya saja ibu beliau tidak mengizinkan. Meski demikian, ulama itu tetap pergi ke Makkah.

    Sang ibu mengejarnya dari belakang. Ulama itu tetap melanjutkan perjalanan. Sang ibu tak mampu lagi mengejarnya. Dia pun berdoa, “Ya Allah, anakku membakarku dengan api perpisahan, maka berilah dia siksaan!”

    Di tengah perjalanan, ulama itu berhenti di sebuah kota. Beliau masuk masjid dan beribadah di dalam masjid itu.

    Di tempat tidak terlalu jauh dari masjid, ada maling masuk ke rumah salah satu penduduk. Namun, maling itu kepergok oleh pemilik rumah. Maling itu kabur terbirit-birit. Para penduduk mengejarnya. Pengejaran itu hingga sampai di masjid dan di sanalah maling menghilang.

    Para penduduk mencari-cari, ternyata di dalam masjid ada seseorang. Maka para penduduk mengira, orang yang ada di malam masjid itulah malingnya. Padahal, dia adalah ulama yang sedang beribadah.

    Para penduduk menangkapnya dan diserahkan ke penguasa setempat. Penguasa itu memerintah agar ulama yang dituduh maling itu dipotong tangan dan kakinya, serta matanya dicongkel. Perintah itu pun dilaksanakan. Lalu para eksekutor memberi pengumuman, “Inilah hukuman untuk maling!”

    Tiba-tiba, ulama itu menyahut, “Jangan bilang begitu. Tapi, katakanlah, “Inilah hukuman orang yang pergi ke Makkah tanpa izin dari ibunya.”

    Para eksekutor dan masyarakat melihat wajah ulama. Ternyata benar, beliau tidak mungkin menjadi maling. Beliau adalah ulama. Ketika masyarakat mengetahui fakta sebenarnya, ulama itu dikembalikan ke negaranya dan diletakkan di depan pintu langgar sang ibu.

    “Wahai Tuhanku, jika anakku engkau beri bala’ (musibah), kembalikan dia kepadaku,” ulama itu mendengar sayup-sayup doa ibunya di dalam langgar.

    “Aku seorang musafir yang lapar, berilah aku makan!” Ulama itu memanggil ibunya.

    “Mendekatlah ke pintu!” Kata sang ibu.

    “Aku tidak punya kaki”

    “Ambillah dengan tanganmu!”

    “Aku tidak punya tangan”

    “Jika aku sendiri yang memberimu makan, itu tidak mungkin. Karena nanti terjadi sesuatu yang diharamkan,” kata sang ibu menjelaskan.

    “Jangan takut, aku tidak punya mata!” Kata sang ulama.

    Baca juga:

    Sang ibu pun menghampiri pintu. Dia membawa roti dan air yang diwadahi sebuah kendi. Ketika sang Ulama merasa ibunya sudah di depannya, beliau langsung meletakkan wajah beliau ke kaki ibunya.

    “Aku anakmu yang durhaka,” ujarnya pada sang ibu.

    Ketika sang ibu mengetahui bahwa orang yang di depannya adalah anaknya sendiri, dia bermunajat kepada Allah agar dia dan anaknya segera meninggal. Allah mengabulkan doa itu. Mereka wafat seketika.

    Baca juga:

    Itulah empat kisah durhaka kepada orang tua dan akibatnya. Durhaka kepada orang tua, terlebih ibu adalah perbuatan dosa. Namun bukan dosa biasa. Sebab, siksaannya akan diturunkan oleh Allah di dunia.

    0

    Posting Komentar