-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Pesan Sayidah Aisyah setelah Perang Jamal: Kita Jangan Saling Mencela

    Setelah perang Jamal usai, bagaimaan sikap dan hubungan antara Sayidina Ali dan Sayidah ‘Aisyah sebagai pembesar dari kedua kubu?

    Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa Sayidah Aisyah tidak ingin berperang. Sayidah Aisyah pergi ke Bashrah karena ingin memperbaiki keadaan. 

    Sayidah Aisyah berharap, dengan kehadirannya, situasi bisa stabil di bawah kepemimpinan Sayidina Ali. 

    Sayidina Ali juga tidak ingin berperang. Bahkan sudah terjadi kesepakatan antara kubu Sayidina Ali dan kubu Sayidah Aisyah untuk bersatu. 

    Namun, kelompok Abdullah bin Saba’ mengadu domba keduanya.



    Hingga terjadilah perang Jamal. Perang Jamal berakhir dengan robohnya unta yang membawa tandu Sayidah Aisyah. 

    Unta itu dirobohkan atas inisiatif dari Sayidina Ali, agar Sayidah Aisyah tidak terluka. Sebab selama unta itu berdiri, maka Sayidah Aisyah akan menjadi sasaran tembak.

    Setelah unta Sayidah Aisyah terjatuh, orang-orang di sekitarnya lari. Salah seorang dari pasukan Sayidina Ali mengumandangkan agar orang yang lari tidak dikejar, orang yang terluka tidak dibunuh, dan tidak boleh masuk rumah.

    Adapun Sayidina Ali memerintah pada sekelompok orang agar tandu Sayidah Aisyah dibawa dari mayat-mayat yang bergelimpangan. 

    Sayidina Ali juga memerintah Muhammad bin Abi Bakar, saudara Sayidah Aisyah dan sahabat Ammar agar mendirikan kemah untuk Sayidah Aisyah. 

    Lalu Muhammad bin Abu Bakar mendatangi Sayidah Aisyah dan bertanya, apakah Sayidah Aisyah terluka atau tidak. Sayidah Aisyah menjawab tidak.

    Sayidina Ali juga mendatangi Sayidah Aisyah sambil mengucapkan salam. Lalu Sayidina Ali bertanya tentang keadaan Sayidah Aisyah. 

    Sayidah Aisyah menjawab, “Alhamdulillah baik, semoga Allah mengampunimu.”

    Di malam harinya, Sayidah Aisyah pergi ke Bashrah dan tinggal di rumah ‘Abdullah bin Khalaf al-Khuzai, rumah terbesar di Bashrah.

    Sayidina Ali berkeliling di tengah-tengah pasukan yang sudah meninggal. Ketika melihat mayat seseorang yang dikenal oleh Sayidina Ali, Sayidina Ali mendoakan rahmat untuknya. 

    Sayidina Ali juga menjadi Imam untuk mensalati pasukan yang gugur dari kedua belah pihak.

    Pasukan yang gugur dalam perang jamal sebanyak 10.000 pasukan. 5000 dari pasukan Sayidina Ali dan 5000 dari pasukan Sayidah Aisyah.

    Seusainya perang Jamal itu, ada salah satu pasukan Sayidina Ali yang meminta agar harta pasukan Sayidina Talhah, Sayidina Zubar, dan Sayidah Aisyah dibagi-bagi.

     Sebagaimana ketika berperang melawan musuh Islam yang menyerang umat Islam. Akan tetapi, Sayidina Ali tidak mau.

    Mengetahui sikap Sayidina Ali itu, kelompok Saba’iya atau kelompok Abdullah bin Saba’ mencela Sayidina Ali. 

    Mereka berkata, “Bagaimana bisa kita boleh membunuh mereka, tapi kita tidak boleh mengambil harta mereka?” 

    Ucapan tak bermoral itu didengar oleh Sayidina Ali. Sayidina Ali pun angkat bicara, “Siapa di antara kalian yang ingin, Istri Rasulullah menjadi jatahnya?” Kelompok itu pun terdiam.

    Begitu juga, ketika ada orang yang melapor kepada Sayidina Ali bahwa di depan pintu ada dua orang yang mencela Sayidah ‘Aisyah. 

    Sayidina Ali langsung memerintah Qa’qa’ bin Amer untuk memukul keduanya. Setiap orang dipukul 100 kali.

    Sayidah Aisyah bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, tentang orang-orang yang terbunuh baik dari pasukan Sayidina Ali atau Sayidah Aisyah. 

    Ketika Sayidah Aisyah mendengar seseorang disebutkan, Sayidah Aisyah mendoakan rahmat untuknya.

    Ketika Sayidah Aisyah ingin pulang dari Bashrah, Sayidina Ali menyiapkan tunggangan, bekal, barang-barang, dan hal lain yang dibutuhkan. 

    Sayidina Ali juga memilih 40 perempuan terbaik dari penduduk Bashrah untuk menemani perjalanan Sayidah Aisyah. Muhammad bin Abu Bakar, saudara Sayidah Aisyah juga akan ikut menyertai.

    Di hari Sayidah Aisyah akan pergi dari Bashrah, Sayidina Ali datang dan berdiri di dekat pintu. 

    Orang-orang juga datang menghadiri perpisahan dengan Sayidah Aisyah. Sayidah Aisyah keluar dari pintu seraya berpamitan dan berdoa untuk orang-orang. 

    Lalu Sayidah Aisyah berpesan, “Janganlah kita saling mencela antara satu dengan yang lain. Demi Allah, tidak ada antara aku dan Ali di masa lalu kecuali hubungan seorang permpuan dan iparnya. Sungguh, Ali termasuk orang-orang pilihan."

    Mendengar ucapan itu, Sayidina Ali menjawab, “Benarlah Aisyah. Sungguh, antara aku dan dia tidak ada apa-apa kecuali seperti hubungan seorang perempuan dan iparnya. Sungguh, dia adalah istri nabi kalian di dunia dan akhirat.”

    Kisah ini diriwayatikan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah. Kami tulis secara ringkas dan singkat. 

    Dari kisah ini bisa kita fahami, bahwa hubungan antara Sayidina Ali dan Sayidah Aisyah setelah perang jamal sungguh baik-baik saja. 

    Karena memang perang Jamal terjadi bukan karena keinginan, tapi karena adu domba. 

    Sayidah Aisyah mengakui bahwa Sayidina Ali adalah orang pilihan. Sayidina Ali juga mengakui bahwa Sayidah Aisyah adalah istri Rasulullah saw. sampai akhirat.

    Bahkan, ketika ada orang yang mencela Sayidah Aisyah, Sayidina Ali yang membela. Sayidina Ali memerintah agar orang yang mencela Sayidah Aisyah dijilid 100 kali.

    Sayangnya, ada orang-orang yang mencela dan mencaci Sayidah Aisyah dengan alasan mencintai Sayidina Ali. 

    Andaikan Sayidina Ali ada di antara mereka, tentu Sayidina Ali akan memukul mereka berjilid-jilid. 

    Begitu juga sebaliknya, ada orang yang merendahkan Sayidina Ali dengan alasan mencintai atau membela Sayidah Aisyah dan sahabat-sahabat lainnya.

    Naudzubillah…

    Baca juga:

    Sayidina Ali adalah sahabat dan menantu Rasulullah saw. Sayidah Aisyah adalah istri dan keluarga Rasulullah saw.. Mencela salah satunya, akan menyakiti Rasulullah saw.. 

    Maka, jika mencintai Sayidina Ali, muliakanlah Sayidah Aisyah sebagaimana Sayidina Ali memulikan dan menghormatinya. 

    Jika mencintai Sayidah Aisyah, muliakanlah Sayidina Ali sebagaimana Sayidah Aisyah menghormati dan memuliakannya.

    Posting Komentar

    Posting Komentar