-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Ternyata ada Rasul yang Pernah Sesat ?


    Mungkin sering kita mendengar bahwa salah satu utusan Allah ada yang pernah tersesat. Utusan itu bernama Ibrahim. Dalam cerita tersebut dijelaskan Ibrahim pernah berada di titik tergelap dalam hidupnya. Dia tidak tahu di mana Tuhan dan siapa Tuhan, sehingga mencari-Nya.

    Pada giliriannya, ketika malam tiba dan Ibrahim melihat bintang-gemintang, Ibrahim mengatakan bintanglah Tuhannya. Ketika bintang menghilang, Ibrahim tidak jadi mengakui bintang sebagai Tuhan. Ketika melihat rembulan, Ibrahim mengkuinya Tuhan. Juga ketika melihat matahari, dia mengakuinya sebagai Tuhan. Namun, ketika benda-benda itu terbenam, Ibrahim tidak jadi mengakuinya Tuhan.


    Cerita di atas pasti berdasarkan ayat Al-Quran surat Al-An’am ayat 76 sampai 78. Berikut penulis tulis ayat dan artinya:

    فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79
    (
    76. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
    77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
    78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

    Namun, pertanyaannya benarkah ayat tersebut menjelaskan Nabi Ibrahim pernah tersesat ? Benarkah ayat tersebut menjelaskan Nabi Ibrahim pernah mencari Tuhan ? Jika benar, berarti ada seorang rasul yang pernah tersesat. Padahal dalam penjelasan yang lain, para utusan Allah maksum (terjaga) sejak kecil dari dosa-dosa. Apa lagi dari kekufuran kepada sang Pencipta.

    Lalu bagaimanakah seharusnya kita memaknai ayat di atas ? Setidaknya ada dua pendapata mengenai ayat di atas. Pertama, Nabi Ibrahim mengatakan “Ini (bintang, rembulan, dan matahari” saat Nabi Ibrahim masih kecil. Masih belum baligh. Dan dalam rangka nadzar (berfikir rasional mengenai Tuhan). Sehingga, perkataan nabi Ibrahim ini tidak memiliki konsekoensi apa-apa. Apa lagi sampai pada batas kekufuran. Dengan demikian, menurut pendapat ini Nabi Ibrahim memang mencari Tuhan Yang Maha Esa[1].

    Namun demikian, Ibrahim tidak pernah meyakini bahwa bintang, rembulan, dan matahari adalah Tuhannya. Nabi Ibrahim berkata seperti itu hanya sebagai ungkapan dari proses berfikirnya. Sebab, meyakini benda-benda itu sebagai Tuhan, berarti Ibrahim kecil terjerumus dalam kekufuran. Padahal, para nabi tidak boleh terjebak dalam kekufuran sepanjang hayat. Dari sejak kecil sampai ke liang lahad[2].

    Kedua, Nabi Ibrahim mengatakan bahwa bintang, rembulan, dan matahari adalah Tuhannya dalam rangka berdebat dengan kaumnya. Hal ini terjadi ketika Nabi Ibrahim sudah dewasa dan mulai berdakwah[3].

    Memang pada waktu itu, diantara yang disembah oleh kaum Nabi Ibrahim adalah bintang, rembulan dan matahari. Sehingga, saat mengajak mereka untuk menyembah Allah, Ibrahim mengajak mereka berfikir bahwa benda-benda itu tidak pantas di tuhankan. Sebab, mereka bisa sirna.

    Pendapat ini adalah pendapat jumhur mufassirin (mayoritas ulama tafsir). Bahkan, Ibnu Katisr mengatakan, pendapat yang kedua inilah yang haq (benar). Pendapat ini berlandasan pada penggalan ayat Al-An’am: 78. Ayat tersebut berbunyi, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.[4]” Dari ayat ini bisa diketahui, bahwa cerita Nabi Ibrahim di atas terjadi saat berdakwah pada kaumnya. Bukan ketika belum dewasa.

    Alakullihal, ulama tafsir berbeda pendapat menafsiri perkataan Nabi Ibrahim “Ini Tuhanku”. Pendapat pertama mengatakan, perkataan ini terjadi ketika Nabi Ibrahim masih kecil, dalam proses berfikir mengenai Tuhan, dan tidak sampai mengakui dan meyakini bahwa bintang, rembulan, dan matahari adalah Tuhannya. Sehingga, kita tidak bisa mengatakan Nabi Ibrahim pernah menuhankan benda atau pernah kufur. Pendapat yang kedua mengatakan, bahwa perkataan Nabi Ibrahim “Ini Tuhanku” terjadi setelah diutus menjadi rasul untuk mendebat kaumnya. Dan jelas bukan dalam rangka mencari Tuhan.

    Foto: http://www.recommend.com/destinations/asia-south-pacific/mongolia-three-ways/




    [1] Al-Baghawi, Abu Muhammad Husain bin Masud, Ma’alim at-Tanzil, juz: 3, hal: 161, Dar Thibah Li an-Nasyr Wa at-Tauzi’.
     [2]at-Tsaalabi, Abu Zaid Abdurrahman, Jawâhir al-Hisân Fi Tafsiril al-Quran, hal: 535, juz: 1, Mu’assasah al-A’lami Li al-Mathbu’at, Beirut.
    [3] Ibid
    [4] Ibnu Katsir, Abul Fida Ismail bin Umar, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, juz: 3, hal: 292, Dar Thibah Li an-Nasyr Wa Tauzi’.
    Posting Komentar

    Posting Komentar