-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tidur tapi Meraih Lailatul Qadar

     Keutamaan Lailatul Qadar begitu agung. al-Quran mengatakan Lailatul Qadar lebih mulia dari 1000 bulan.

    Menurut sebagian ulama, maksud kalimat ini adalah bahwa beribadah di malam Lailatul Qadar lebih mulia dari pada beribadah selama 1000 bulan di lain Lailatul Qadar.

    Imam Ibnu Bathal menegaskan dalam Syarh Ibn Bathal, setiap aktivitas yang membuat kita bisa meraih rida Allah, seperti salat, doa, dan sesamanya, lebih baik dari aktivitas selama 1000 bulan yang bukan Lailatul Qadar.

    Namun demikian, Allah tidak menjelaskan dengan detail kapan Lailatul Qadar akan terjadi. Karena itulah, para ulama berbeda pendapat mengenai wakut Lailatul Qadar ini.

    Ada yang mengatakan, Lailatul Qadar bisa terjadi kapan saja. Di bulan Ramadan atau bukan Ramadan. Mayoritas ulama berpendapat, Lailatul Qadar akan terjadi di bulan Ramadan. Terlebih di 10 akhir bulan Ramadan.

     

    Hakikat Meraih Lailatul Qadar

    Lalu seperti apakah Lailatul Qadar itu? Apakah berbentuk seperti orang, berbentuk cahaya, atau apa?

    Jika mengacu pada al-Quran surat al-Qadr, saat tejadi Lailatul Qadar, para malaikat dan Jibril turun membawa kebaikan-kebaikan dan berkah (menurut sebagian pendapat). Kebaikan-kebaikan itu akan diberikan pada hamba-hamba yang mengingat-Nya.

    Pada malam itu juga, setan tidak bisa mengganggu umat manusia. Tidak ada penyakit yang menimpa. Pada malam itu kondisi alam penuh dengan keselamatan.

    Menurut pendapat lain, di malam itu para mailakat memberi salam kepada segenap umat Islam yang mereka temui.

    Al-Habib Alwi al-Haddad menjelaskan dalam kitab Nasa’ih ad-Diniyah, hakikat meraih Lailatul Qadar bukan dengan menyaksikan malaikat-malaikat itu. Hakikat meraih Lailatul Qadar adalah ketika Lailatul Qadar terjadi, kita sedang beribadah, sedang ingat Allah, dan tidak sedang melalaikan-Nya.

    Hal ini senada dengan apa yang dilakukan Rasulullah saw.. Yakni, Rasulullah saw. suka beri’tikaf di malam 10 terakhir. Beliau juga bersabda,

    تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

    “Carilah Lailatul Qadar pada 10 terakhir bulan Ramadan.” (HR. Muttafaq Alaih)

     

    Meraih Lailatul Qadar Meski Tidur, Bisakah?

    Setiap orang memiliki aktivitas dan kesibukan sendiri. Ada yang bekerja dari pagi baru pulang sore hari, menjelang maghrib. Ada yang pulang larut malam. Bahkan ada yang bekerja di malam hari.

    Tentu, kesempatan untuk beri’tikaf atau berada di atas sajadah tidak sama dengan orang yang tidak memiliki kesibukan. Namun, hal itu bukan halangan untuk meraih Lailatul Qadar. Karena semua aktivitas kita (asal bukan perkara haram atau makruh) bisa bernilai pahala.

    Misalnya, ketika kita bekerja dengan niat untuk menafkahi keluarga, menyekolahkan anak, dan membahagiakan orang tua, maka aktivitas bekerja kita bernilai pahala.

    Rasulullah bersabda sebagaimaan dikutip Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin,

    لا تقولوا هذا فإنه إن كان يسعى على نفسه ليكفها عن المسئلة ويغنيها عن الناس فهو في سبيل الله وإن كان يسعى على أبوين ضعيفين أو ذرية ضعاف ليغنيهم ويكفيهم فهو في سبيل الله وإن كان يسعى تفاخرا وتكاثرا فهو في سبيل الشيطان

    “Jangan berkata begitu. Karena sesungguhnya, jika dia bekerja untuk dirinya agar tidak minta-minta dan tidak butuh pada orang lain, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia bekerja untuk kedua orang tuanya atau keturunannya yang lemah untuk mencukupi mereka, maka dia berada di jalan Allah. Tapi, jika dia bekerja untuk menyombongkan diri dan menumpuk harta, maka dia berada di jalan setan.”

    Begitu juga ketika tidur, bisa dibuat ladang pahala. Ketika kita bekerja seharian, lalu kita tidur untuk istirahat dengan tujuan agar tetap sehat, agar semangat bangun sahur, agar semangat tahajjuud, maka tidur kita bernilai pahala. Apa lagi jika disempurnakan dengan adab-adab tidur ala Islam.

    Baca juga:

    Maka, jika berpedoman pada pendapat al-Habib Alwi al-Haddad di atas, orang yang tidur masih bisa meraih Lailatul Qadar. Orang yang sedang bekerja masih bisa meraih Lailatul Qadar.

    Pahala tidurnya atau pahala bekerjanya lebih banyak dari pahala tidur atau bekerja 1000 bulan di lain Lailatul Qadar.

    Maka, ketika jasad tak bisa beri’tikaf, masih ada lisan atau hati yang bisa menyebut-Nya dalam senyap. Bismillah!

    1 komentar

    1 komentar

    • Unknown
      Unknown
      7 Mei 2021 pukul 12.21
      Semoga tambah jaya Ust,dan semoga di ridhoi oleh allah.
      Reply