-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tafsir Al-Baqarah 14-15: Ketika Allah Mengolok-Olok Orang Munafik


    وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
    ***

    Di masa Nabi Muhammad tinggal di Madinah, ada sekelompok orang yang menampakkan beriman. Akan tetapi sebenarnya mereka tidak beriman. Hati mereka tetap ingkar pada Rasulullan dan ajaran Rasulullah saw..


    Kelompok orang ini disebut munafik. Menurut para ulama, munafik itu ada dua macam.

    Ada yang munafik dalam keyakinan. Munafik ini berarti bukan muslim. Karena keyakinan mereka tidak beriman hanya saja menampakkan beriman. Orang munafik ini sebagaimana yang ada di zaman Rasulullah.

    Ada munafik fil ‘amal. Munafik dalam perilaku. Seperti orang yang berdusta, tidak menepati janji, dan tidak amanah. Mereka disebut munafik, tapi tetap muslim.

    Nah, ayat di atas menjelaskan kelakukan orang-orang munafik di masa Rasulullah ketika bertemu muslim.

    وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)

    “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."” (QS. Al-Baqarah: 14)

    Ayat ini menjelaskan, ketika orang-orang munafik itu bertemu orang yang beriman, mereka menampakkan keimanan. Kata mereka, “Kami juga beriman”. Kelakuan mereka juga sangat bersahabat. Layaknya orang yang benar-benar muslim.

    Imam Baidlowi menjelentrehkan bagaimana sikap mereka ketika bertemu para sahabat. Diceritakan, ketika orang-orang munafik itu bertemu Sayidina Abu Bakar, mereka langsung menyalaminya.

    Mereka juga berkata-kata manis di hadapan Sayidina Abu Bakar as-Siddiq. Begitu juga ketika bertemu dengan Sayidina Umar dan Sayidina ‘Ali. Kelebihan-kelebihan dua sahabat itu mereka sebutkan.

    Akan tetapi, ketika mereka kembali pada ‘setan-setan’ mereka, mereka mengatakan, “Kami bersama kalian. Kami hanya mengolok-olok mereka (orang-orang yang beriman)”.

    Yang dimaksud ‘setan-setan’ dalam ayat ini adalah pembesar-pembesar orang munafik. Tokoh-tokoh mereka. Ada juga yang mengatakan, ‘setan-setan’ di sini adalah mereka yang menampakkan kekufurannya.

    Intinya, ketika mereka kembali bersama komplotannya, mereka menampakkan kekufurannya. Akan tetapi ketika bertemu dengan muslim, mereka menampakkan keislamannya.

    Mereka mengira, apa yang mereka lakukan itu untuk mengolok-olok Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

    Akan tetapi, sejatinya yang terkena olok-olok adalah mereka sendiri. Allah berfirman:

    اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

    “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 15)

    Sebenarnya, Allahlah yang mengolok-olok mereka. Kata Imam Baidawi, Allah akan mengolok-olok orang munafik ini di dunia dan di akhirat.

    Di dunia dengan dibiarkan tetap dalam kesesatan. Jadi, mereka hidup di dunia tetap dalam kemunafikannya. Tidak sadar-sadar. Di sisi lain, fasilitas yang dirasakan oleh muslim juga dirasakan oleh mereka. Karena mereka menampakkan keislaman.

    Adapun di akhirat, mereka diolok-olok dengan dibukanya pintu surga. Ketika mereka mau masuk, pintu itu ditutup.

    Baca juga:


    Diceritakan dalam Tafsir Ibnu Abi Zamanin, kelak di akhirat pintu surga dibuka. Lalu orang munafik dipanggil agar memasukinya. Akan tetapi ketika mereka mau masuk, pintu itu ditutup.

    Pemanggilan orang-orang munafik untuk masuk surga itu terjadi berulang kali. Sehingga mereka putus asa dan tidak datang lagi saat dipanggil.

    Posting Komentar

    Posting Komentar