-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tipologi Penulisan Kitab Hadis dari Masa ke Masa


    Pembukuan hadis nabi secara resmi baru dilakukan di akhir masa tabiin yakni tahun 99 H. Sebagai penggerak utama adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memang menyukai ilmu agama. Umar bin Abdul Aziz menulis surat pada gubernurnya di Madinah, Abu Bakar bin Hazm untuk menulis hadis. Hanya saja Umar bin Abdul Aziz wafat sebelum hasil pengumpulan hadisnya dikirimkan. 

    Tipologi penulisan kitab hadis/www.alfalq.com

    Di sisi lain, di berbagai kota banyak ulama yang membukukan hadis. Diantaranya adalah Muhammad bin Muzlim az-Zuhri. Maka tercatatlah beliau sebagai orang pertama yang membukukan hadis. Setelah itu, pembukuan hadis digalakkan oleh para ulama[1]. Tentu, setiap ulama memiliki tipologi dan cara dalam pembukuan hadis tersebut. Penulis rangkum sebagaimana berikut:

          1.     Al-Kutub al-Mushannafah ala al-Bab (kitab-kitab yang dikarang memakai bab)

    Tipologi penulisan hadis yang pertama adalah penulisan kitab yang disusun dengan memakai bab tertentu. Misalnya bab shalat, puasa dan lain-lain. Kemudian, setelah bab, juga diberi sub judul yang lebih khusus. Misalnya, sub bab Takbiratul Ihram, Fatihah, dan lain-lain. Penulisan hadis dengan cara ini memiliki menfaat, yaitu lebih mudah untuk mempelajari dan mencari hadis yang diinginkan. Hanya saja, cara ini dibutuhkan ketelitian, keahlian, ketaman, dan kedalaman ilmu untuk menggolongkan sebuah hadis dalam satu bab tertentu[2]. Menurut Imam Suyuthi, cara penulisan menggunakan bab ini adalah yang terbaik[3]. Penulisan berdasarkan bab ini terbagi menjadi lima (5) macam sebagaimana berikut:

    a.     Al-Jawami’ (Al-Jami’)

    Al-Jami’ memiliki arti mengumpulkan. Hal ini bisa dimaklumi karena tipologi hadis al-Jami’ adalah kitab yang membahas banyak hal (mabsuthah). Al-Jami’ kadang juga disebut dengan al-Jawami’[4]. Syaikh Nuruddin Itr menulis definisi al-Jami’ dengan ulasan berikut,

    الجامع في اصطلاح المحدثين: هو كتاب الحديث المرتب على الأبواب الذي يوجد فيه أحاديث في جميع موضوعات الدين وأبوابه وعددها ثمانية أبواب رئيسية هي العقائد، الأحكام، السير، الآداب، التفسير، الفتن، أشراط الساعة، المناقب

    Artinya: Kitab hadis yang disusun berdasarkan bab yang di dalamnya terdapat hadis tentang semua topik dan bab agama. Topik yang paling pokok ada delapan, yaitu akidah, hukum, sejarah, adab, tafsir, fitnah, tanda kiamat, dan manaqib.

    Kitab hadis yang ditulis dengan tipologi ini adalah:

    ·       Al-Jami’ as-Shahih Li al-Imam al-Bukhari (Shahih Bukhari)

    ·       Al-Jami’ as-Shahih Li al-Imam al-Muslim (Shahih Muslim)

    ·       Al-Jami’ as-Shahih Li al-Imam at-Turmudzi (Sunan Turmudzi). Kitab al-Jami’ as-Shahih karya Imam Turmudzi ini disebut sunan karena lebih fokus pada hukum-hukum Islam.

    b.     As-Sunan

    As-Sunan adalah bentuk jamak dari kata Sunnah. Sedang definisi As-Sunan adalah:

    الكتب التي تجمع أحاديث الأحكام المرفوعة مرتبة على أبواب الفقه[5]

    Artinya: Kitab yang mengumpulkan hadis-hadis marfu’ (hadis yang sanadnya sampai pada nabi) yang berkaitan dengan hukum yang disusun berdasarkan bab kitab Fiqh.

    Kitab yang paling tereknal yang ditulis dengan cara ini adalah:

    ·       Sunan Abu Daud

    ·       Sunan at-Turmudzi

    ·       Sunan an-Nasasi’

    ·       Sunan Ibnu Majah[6]

    c.     Al-Mushannafat

    Al-Mushannafat adalah bentuk jamak mu’annats salim dari kata “Mushannaf”. Artinya karangan. Sedangkan definisi al-Mushannafat dalam istilah ilum hadis adalah:

    كتب مرتبة على الأبواب لكنها تشتمل على الحديث الموقوف والحديث المقطوع، بالإضافة إلى الحديث المرفوع[7].

    Artinya: Kitab-kitab yang disusun berdasarkan bab-bab hanya saja hadis yang dimuat juga mencakup pada hadsi mauquf dan  maqthu’ di samping hadis marfu’.

    Kitab yang paling terkenal yang ditulis menggunakan manhaj ini adalah:

    ·       Mushannaf Abdurrazzaq bin Himam as-Shan’ani

    ·       Mushannaf Abi Bakar bin Abi Syaibah

    Kitab al-Muwattah’ karya Imam Malik termasuk dalam tipologi mushannafat. Arti al-Muwattha’ secara bahasa adalah al-Muhayya’ (yang dipersiapkan) atau al-Muyassar (yang dipermudah). Adapun secara terminologi, Mushannafat dan Muwattha memiliki arti yang sama[8].

     

    d.     Al-Mustadrakat

    Al-Mustadrak memiliki arti yang disusulkan. Dalam istilah ilmu hadis, al-Mustadrak adalah:

    أن يعمد مصنفه إلى شرط صاحب كتاب، ويسحب هذا الشرط على أحاديث ليست في الكتاب، فإذا انطبقت أدرجها في كتاب[9]

    Artinya: pengarang kitab al-Mustadrak berpatokan pada sebuah syarat pengarang kitab lain (yang shahih) dan syarat ini dijadikan ukuruan untuk hadis-hadis lain yang tidak ada dalam kitab tersebut. Jika hadis tersebut memenuhi syarat, maka hadis tersebut dimasukkan dalam kitabnya.

    Menurut Dr. Mohamed Khalaf Abdel Fahdewi dalam lembaran makalah seminarnya, menulis bahwa arti al-Mustadrak adalah sebuah kitab yang memuat hadis-hadis di mana hadis tersebut memenuhi syarat-syarat salah seorang pengarang kitab hadis (sahih) hanya saja pengarang tidak mencantumkan hadis tersebut[10].

    Kitab paling terkenal yang penulisannya termasuk al-Mustadrakat adalah:

    ·       Al-Mustadrak ala as-Shahihain Li al-Hakim

    e.     Al-Mustakhrajat

    Al-Mustakhrajat atau al-Mustakhrajat dalam istilah ilmu hadis adalah:

    كتاب يروي فيه المصنف احاديث كتاب مشهور بأسانيد لنفسه من غير طريق صاحب الكتاب ويلتقي مع مصنف الكتاب في شيخه أوشيخ شيخه[11]

    Artinya: sebuah kitab yang mana pengarang meriwayatkan hadis-hadis (yang terdapat dalam) kitab terkenal dengan menggunakan sanad pada dirinya dari selain jalur pengarang kitab terkenal tersebut dan bertemu di guru atau gurunya guru.

          2.     Kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Nama Sahabat

    Manhaj atau tipologi penulisan hadis bagian kedua adalah kitab hadis yang ditulis berdasarkan nama-nama para sahabat nabi. Kitab hadis yang ditulis dengan metode ini juga bermacam-macam, penulis jelaskan sebagaimana berikut:

    a.     Al-Masanid (Musnad)

    Secara bahasa, arti musnad adalah yang disandarkan. Sedang dalam istilah ilum hadis adalah:

    الكتاب الذي تذكر فيه الأحاديث على ترتيب الصحابة رضي الله عنهم، بحيث يوافق حروف الهجاء، أو يوافق السوابق الإسلامية، أو شرافة النسب[12]

    Artinya: Kitab yang di dalamnya terdapat hadis-hadis yang disusun berdasarkan nama sahabat nabi dengan menggunakan hufur hijaiyah, lebih dulum masuk Islam, atau lebih mulianya nasab.

    Hal senada juga ditulis oleh M. Hasibi as-Shiddiqi. Menurutnya, kitab Musnad adalah kitab yang di dalamnya tertulis hadis menurut nama sahabat berdasarkan sejarah mereka memeluk Islam[13].

    Kitab hadis yang paling terkenal menggunakan tipologi penulisan ini adalah:

    ·       Musnad Imam Ahman bin Hanbal

    ·       Musnad Abi Ya’la al-Mausili

    b.     Al-Athraf

    Al-Athraf bentuk jamak dari kata Tharf yang berarti pinggir. Adapun Tharf al-Hadis adalah bagian hadis yang menunjukkan pada semua hadis atau sebuah ibarat (ungkapan) yang menunjukkan pada seluruh hadis. Seperti hadis Innamal A’malu bin Niyat.

    Adapun difinisi Kitab Al-Athraf adalah:

    كتب يقتصر مؤلفوها على ذكر طرف الحديث الدال عليه، ثم ذكر أسانيده في المراجع التي ترويه بإسنادها، وبعضهم يذكر الإسناد كاملا، وبعضهم يقتصر على جزء من الإسناد

    Artinya: Sebuah kitab yang mana mushannifnya hanya menyebut bagian (pinggir/pangkal) hadis yang menunjukkan pada (keseluruhan) hadis tersebut. Kemudian pengarang menyebutkan sanadnya di maraji’ (rujukan) dengan sanadnya. Sebagian ulama ada yang menulis sanadnya dengan lengkap, sebagian yang lain menulisnya sebagian saja.

    Diantara faedah menulis hadis dengan sistem ini adalah:

    ·       Mudah mengetahui sanad hadis karena ada di satu tempat

    ·       Mudah mengetahui orang yang men-takhri hadis

    Kitab yang diutlis menggunakan metode ini adalah:

    ·       Tuhfah al-Asyraf Bi Ma’rifah al-Athraf, karya Imam Abi Hajaj Yusuf bin Abdurrahman.

    ·       Dzakhair al-Mawarits Fi ad-Dalalah ala Mawadi al-Hadits, karya Syaikh Abdul Ghani an-Nablisi[14].

          3.     Al-Ma’ajim

    Tipologi penulisan hadis yang ketiga adalah al-Ma’ajim. Lafal Al-Maajim bentuk jamak dari kata al-Mu’jam. Dilihat dari bahasa, Al-Mu’jam memiliki arti kamus dan huruf hijaiyah (alphabet). Sedangkan menurut istilah ulama hadis adalah:

    والمعجم الذي يذكر فيه أحاديث الشيوخ مرتبة كالترتيب في المسند[15]

    Artinya: kitab yang di dalamnya terdapat hadis-hadis guru yang disusun (tersusun berdasar nama guru) seperti halnya musnad.

    Syaikh Nuruddin Itr mengartikan Al-Mu’jam sebagaimana berikut:

    كتاب تذكر فيه الأحاديث على ترتيب الشيوخ، والغالب عليها اتباع الترتيب على حروف الهجاء، فيبدأ المؤلف المعجم بالأحاديث التي يرويها عن شيخه أبان، ثم إبراهيم، وهكذا[16]

    Artinya: Kitab yang di dalamnya terdapat hadis-hadis berdasarkan urutan guru. Galibnya urutan itu mengikuti urutan huruf hijaiyah. Maka pengarang memulai dengan hadis yang diriwayatkan dari gurunya yang bernama ‘Abban, lalu Ibrahim, dan seterusnya.

    Adapun kitab yang paling terkenal yang ditulis dengan cara ini adalah:

    ·       Al-Mu’jam as-Shaghir

    ·       Al-Mu’jam al-Ausath

    ·       Al-Mu’jam al-Kabir

    Ketiga kitab ini disusun oleh Imam at-Thabrani. Kitab al-Mu’jam as-Shaghir dan al-Ausath disusun berdasarkan nama gurunya, sedang al-Mu’jam al-Kabir disusun berdasarkan nama sahabat. Dengan demikian, al-Mu’jam al-Kabir juga bisa disebut dengan tipologi al-Musnad[17].

          4.     Kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Kalimat Pertama Hadis

    Tipologi penulisan hadis yang keempat adalah kitab yang di dalamnya terdapat hadis berdasarkan kalimat pertama hadis tersebut. Cara menulisnya dimulai dari huruf hamzah, huruf ba’, dan seterusnya. Penulisan hadis dengan tipe ini dapat memudahkan untuk murajaah, tapi harus mengetahui awalan hadis[18].

    Kitab yang termasuk tipologi ini adalah:

    ·       Al-Maqashid al-Hasanah fi al-Ahadis al-Musytahirah ala al-Sinah, karya Imam Syamsuddin as-Sakhawi.

    ·       Kasyf al-Khafa wa Muzil al-Ilbas amma Isytahara min al-Hadis ala Alsinah an-Nas, karya Imam Isma’il al-‘Ajluni.

    Contoh yang tertera dalam kitab as-Sakhawi:

    1.     آخر الدواء الكي

    2.     آفة الكذب النسيان 

    3.     آفة العلم النسيان وإضاعته أن تحدث به غير أهله

          5.     Al-Majami’

    Tipologi penulisan hadis al-Majami’ adalah kitab hadis yang mengumpulkan hadis-hadis dari beberapa kitab rujukan. Tipolgi penulisan hadis ini memiliki dua cara, penulis jelaskan sebagaimana berikut:

    a.      Ditulis dengan menggunakan bab

    Termasuk dalam tipologi penulisan hadis ini adalah kitab:

    ·       Jami’ al-Ushul min Ahadis ar-Rasul, karya Ibnu al-Atsir al-Jazari. Kitab ini menggabungkan kitab Bukhari, Muslim, dan Muwatta’. Dalam kitab ini tidak disebutkan sanad dan kualitas hadis.

    ·       Kanzu al-‘Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, karya Syaikh Ali al-Muttaqi al-Hindi. Dalam kitab ini dikumpulkan banyak kitab bahkan sampai 93 kitab hadis[19].

    b.     Hadis disusun berdasarkan awalan hadis sesuai alphabet

    Termasuk kitab yang menggunakan cara penulisan ini adalah:

    ·       Al-Jami’ al-Kabir atau Jami’ al-Jawami’, karya Imam as-Suyuthi. Kitab ini merupakan kumpulan dari banyak kitab, seperti Kitab Muwattah, Musnad Syafi’i, Musnad Imam Ahmad, dll[20].

          6.     az-Zawaid

    az-Zawaid adalah bentuk jamak dari kata zaidah yang memiliki arti tambah. Dengan demikian, arti Zawaid adalah tambahan-tambahan. Menurut istilah ulama hadis adalah kitab yang berisi kumpulan hadis tambahan terhadap hadis yang ada pada sebagian kitab-kitab lain[21].

    Sedangkan menurut Nuruddin Itr, Az-Zawaid adalah

     وهي مصنفات تجمع الأحاديث الزائدة في بعض الحديث على أحاديث كتب أخرى، دون الأحاديث المشتركة بين المجموعتين.

    Artinya: sebuah karangan yang mengumpulkan hadis yang lebih/tambah dalam sebagian hadis pada hadis kitab lain, selain hadis-hadis yang musytarak (sama-sama ada) diantara dua kitab yang dikumpulkan.

    Contoh penulisan hadis tipe ini adalah:

    ·       Majma’ az-Zawaid wa Manba’u al-Fawaid, karya Imam al-Haitsami. Kitab ini merupakan kumpulan dari tambahan  Musnad Ahmad, Musnad Abu Ya’la, Musnad al-Bazzar, Mu’jam yang tiga, dikumpulkan pada tambahan kitab kutubus sittah[22].

          7.     Kutub at-Takhrij

    Tipologi penulisan hadis berikutnya adalah at-Takhrij. Tipologi ini menurut ulama hadis adalah:

    كتب تؤلف لتخريج أحاديث كتاب معين

    Artinya: kitab yang dikarang untuk men-takhrij hadis-hadis dalam kitab tertentu.

    Diantara kitab yang mengikuti metodologi ini adalah:

    ·       Al-Mughni an Hamli al-Asfar Fi al-Asfar Fi Takhrij Ma Fi al-Ihya Min al-Akhbar, karya Imam Abdurrahim bin Husain al-Iraqi. Kitab ini mentakhrij hadis-hadis yang ada dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Hal itu dengan cara pengarang menuliskan bagian/pangkal hadis lalu menjelaskan rawi-rawinya serta menyebutkan kualitas hadis, seperti shahih, hasan, atau daif[23].

          8.     Al-Ajza’ (Juz)

    Tipologi penulisan hadis al-Ajza’ adalah kitab hadis yang memuat hadis yang diriwayatkan oleh satu orang baik dari generasi sahabat atau setelahnya[24]. Contohnya, kitab Juz Hadis Abu Bakar. Atau juga bisa diartikan kumpulan hadis-hadis dalam satu tema tertentu yang bersifat juz (bagian kecil). Seperti kitab Juz’ al-Qiraah Khalfa al-Imam, karya Imam Bukhari. Juga bisa diartikan, sebuah kitab yang memuat hadis-hadis pilihan yang dipilih sendiri oleh pengarang kitab tersebut, seperti kitab Isyrinat, Arbainat, dan seterusnya[25].

          9.     Al-‘Ilal

    Al-Ilal bentuk jamak dari illah yang memiliki arti sakit/cela. Adapun menurut istilah ulama hadis adalah:

    الكتب التي يجمع فيها الأحاديث المعلة مع بيان عللها

    Artinya: kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang terkena illat (cela yang membuat hadis menjadi cacat) serta menjelaskan illat-illatnya.

    Penulisan hadis dengan metode ini tergolong sulit. Dibutuhkan usaha yang keras, kesabaran yang panjang, ketelitian yang mendalam, dan berulang-ulang agar bisa mengungkap edentitas hadis-hadis tersebut[26].

    Termasuk dalam kategori al-Ilal adalah:

    ·       Ilal Ali al-Madini

    ·       Ilal ad-Daruqutni

     



    [1] As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, (Maktabah ar-Riyad al-Haditsah, Riyad) juz 1, hlm. 90.

    [2] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 199.

    [3] As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, (Maktabah ar-Riyad al-Haditsah, Riyad) juz 2, hlm. 153

    [4] Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz 3, hlm. 60

    [5] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 200.

    [6] Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz 3, hlm. 263

    [7] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 200.

    [8] Idri, Studi Hadis (Kencana, Jakarta) hlm. 115

    [9] Syaikh Musthafa al-Adwai, Musthalah al-Hadis Fi Su’al Wa Jawab, (Maktabah Syamilah) juz 1, hlm. 13

    [10] Mohamed Khalaf Abdel Fahdewi, Thuruq al-Muhadditsin Fi at-Tashnif, (Makalah Seminar Berbentuk PDF).

    [11] Ibid

    [12] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 200.

    [13] M. Hasbi As-Shiddieqiy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis (PT. Bulan Bintang, Jakarta) hlm. 323

    [14] Ibid

    [15] Muhammad Anwar Syah, al-Urf as-Syadzi Syarh Sunan at-Turmudzi (Mu’assasah Dhuha Li an-Nasyri Wa at-Tauzi’, India) juz 1, hlm. 8

    [16] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 203.

    [17] Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz 5, hlm. 133

    [18] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 203.

    [19] Ibid hlm. 205

    [20] Ibid 206

    [21] Andi Yaqub, Metodologi Pengumpulan Hadis, (al-Riwayah dan al-Buhusi) hlm. 20

    [22] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 206.

    [23] Ibid … hlm. 28

    [24] Abi Abdillah Muhammad bin Ja’far, ar-Risalah al-Mustathrafah (Dar al-Bisya’ir, Beirut) juz 5, hlm. 70

    [25] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 209.

    [26] Ibid … 210

    Posting Komentar

    Posting Komentar