Pembukuan hadis nabi secara resmi baru dilakukan di akhir masa tabiin yakni tahun 99 H. Sebagai penggerak utama adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memang menyukai ilmu agama. Umar bin Abdul Aziz menulis surat pada gubernurnya di Madinah, Abu Bakar bin Hazm untuk menulis hadis. Hanya saja Umar bin Abdul Aziz wafat sebelum hasil pengumpulan hadisnya dikirimkan.
Tipologi penulisan kitab hadis/www.alfalq.com |
Di sisi lain, di berbagai kota banyak ulama yang membukukan hadis. Diantaranya adalah Muhammad bin Muzlim az-Zuhri. Maka tercatatlah beliau sebagai orang pertama yang membukukan hadis. Setelah itu, pembukuan hadis digalakkan oleh para ulama[1]. Tentu, setiap ulama memiliki tipologi dan cara dalam pembukuan hadis tersebut. Penulis rangkum sebagaimana berikut:
1.
Al-Kutub
al-Mushannafah ala al-Bab (kitab-kitab yang dikarang memakai bab)
Tipologi
penulisan hadis yang pertama adalah penulisan kitab yang disusun dengan memakai
bab tertentu. Misalnya bab shalat, puasa dan lain-lain. Kemudian, setelah bab,
juga diberi sub judul yang lebih khusus. Misalnya, sub bab Takbiratul Ihram,
Fatihah, dan lain-lain. Penulisan hadis dengan cara ini memiliki menfaat, yaitu
lebih mudah untuk mempelajari dan mencari hadis yang diinginkan. Hanya saja,
cara ini dibutuhkan ketelitian, keahlian, ketaman, dan kedalaman ilmu untuk
menggolongkan sebuah hadis dalam satu bab tertentu[2]. Menurut Imam Suyuthi,
cara penulisan menggunakan bab ini adalah yang terbaik[3]. Penulisan berdasarkan bab
ini terbagi menjadi lima (5) macam sebagaimana berikut:
a. Al-Jawami’ (Al-Jami’)
Al-Jami’ memiliki arti mengumpulkan. Hal
ini bisa dimaklumi karena tipologi hadis al-Jami’ adalah kitab yang membahas
banyak hal (mabsuthah). Al-Jami’ kadang juga disebut dengan al-Jawami’[4]. Syaikh Nuruddin Itr
menulis definisi al-Jami’ dengan ulasan berikut,
الجامع
في اصطلاح المحدثين: هو كتاب الحديث المرتب على الأبواب الذي يوجد فيه أحاديث في جميع
موضوعات الدين وأبوابه وعددها ثمانية أبواب
رئيسية هي العقائد، الأحكام، السير،
الآداب، التفسير، الفتن، أشراط الساعة، المناقب
Artinya: Kitab hadis yang disusun
berdasarkan bab yang di dalamnya terdapat hadis tentang semua topik dan bab
agama. Topik yang paling pokok ada delapan, yaitu akidah, hukum, sejarah, adab,
tafsir, fitnah, tanda kiamat, dan manaqib.
Kitab hadis yang ditulis dengan tipologi
ini adalah:
· Al-Jami’
as-Shahih Li al-Imam al-Bukhari (Shahih Bukhari)
· Al-Jami’
as-Shahih Li al-Imam al-Muslim (Shahih Muslim)
· Al-Jami’
as-Shahih Li al-Imam at-Turmudzi (Sunan Turmudzi). Kitab al-Jami’ as-Shahih
karya Imam Turmudzi ini disebut sunan karena lebih fokus pada hukum-hukum
Islam.
b. As-Sunan
As-Sunan adalah bentuk jamak dari kata
Sunnah. Sedang definisi As-Sunan adalah:
الكتب
التي تجمع أحاديث الأحكام المرفوعة مرتبة على أبواب الفقه[5]
Artinya: Kitab yang mengumpulkan
hadis-hadis marfu’ (hadis yang sanadnya sampai pada nabi) yang berkaitan dengan
hukum yang disusun berdasarkan bab kitab Fiqh.
Kitab yang paling tereknal yang ditulis
dengan cara ini adalah:
· Sunan
Abu Daud
· Sunan
at-Turmudzi
· Sunan
an-Nasasi’
· Sunan
Ibnu Majah[6]
c. Al-Mushannafat
Al-Mushannafat adalah bentuk jamak
mu’annats salim dari kata “Mushannaf”. Artinya karangan. Sedangkan definisi
al-Mushannafat dalam istilah ilum hadis adalah:
كتب
مرتبة على الأبواب لكنها تشتمل على الحديث الموقوف والحديث المقطوع، بالإضافة إلى الحديث
المرفوع[7].
Artinya: Kitab-kitab yang disusun
berdasarkan bab-bab hanya saja hadis yang dimuat juga mencakup pada hadsi
mauquf dan maqthu’ di samping hadis
marfu’.
Kitab yang paling terkenal yang ditulis
menggunakan manhaj ini adalah:
· Mushannaf
Abdurrazzaq bin Himam as-Shan’ani
· Mushannaf
Abi Bakar bin Abi Syaibah
Kitab
al-Muwattah’ karya Imam Malik termasuk dalam tipologi mushannafat. Arti
al-Muwattha’ secara bahasa adalah al-Muhayya’ (yang dipersiapkan) atau
al-Muyassar (yang dipermudah). Adapun secara terminologi, Mushannafat dan
Muwattha memiliki arti yang sama[8].
d. Al-Mustadrakat
Al-Mustadrak memiliki arti yang
disusulkan. Dalam istilah ilmu hadis, al-Mustadrak adalah:
أن
يعمد مصنفه إلى شرط صاحب كتاب، ويسحب هذا الشرط على أحاديث ليست في الكتاب، فإذا انطبقت
أدرجها في كتاب[9]
Artinya: pengarang kitab al-Mustadrak
berpatokan pada sebuah syarat pengarang kitab lain (yang shahih) dan syarat ini
dijadikan ukuruan untuk hadis-hadis lain yang tidak ada dalam kitab tersebut.
Jika hadis tersebut memenuhi syarat, maka hadis tersebut dimasukkan dalam
kitabnya.
Menurut Dr. Mohamed Khalaf Abdel Fahdewi dalam
lembaran makalah seminarnya, menulis bahwa arti al-Mustadrak adalah sebuah
kitab yang memuat hadis-hadis di mana hadis tersebut memenuhi syarat-syarat
salah seorang pengarang kitab hadis (sahih) hanya saja pengarang tidak
mencantumkan hadis tersebut[10].
Kitab paling terkenal yang penulisannya
termasuk al-Mustadrakat adalah:
· Al-Mustadrak
ala as-Shahihain Li al-Hakim
e. Al-Mustakhrajat
Al-Mustakhrajat atau al-Mustakhrajat dalam
istilah ilmu hadis adalah:
كتاب
يروي فيه المصنف احاديث كتاب مشهور بأسانيد لنفسه من غير طريق صاحب الكتاب ويلتقي
مع مصنف الكتاب في شيخه أوشيخ شيخه[11]
Artinya: sebuah kitab yang mana
pengarang meriwayatkan hadis-hadis (yang terdapat dalam) kitab terkenal dengan
menggunakan sanad pada dirinya dari selain jalur pengarang kitab terkenal
tersebut dan bertemu di guru atau gurunya guru.
2.
Kitab
Hadis yang Disusun Berdasarkan Nama Sahabat
Manhaj
atau tipologi penulisan hadis bagian kedua adalah kitab hadis yang ditulis
berdasarkan nama-nama para sahabat nabi. Kitab hadis yang ditulis dengan metode
ini juga bermacam-macam, penulis jelaskan sebagaimana berikut:
a. Al-Masanid (Musnad)
Secara bahasa, arti musnad adalah yang
disandarkan. Sedang dalam istilah ilum hadis adalah:
الكتاب
الذي تذكر فيه الأحاديث على ترتيب الصحابة رضي الله عنهم، بحيث يوافق حروف الهجاء،
أو يوافق السوابق الإسلامية، أو شرافة النسب[12]
Artinya: Kitab yang di dalamnya
terdapat hadis-hadis yang disusun berdasarkan nama sahabat nabi dengan
menggunakan hufur hijaiyah, lebih dulum masuk Islam, atau lebih mulianya nasab.
Hal senada juga ditulis oleh M. Hasibi
as-Shiddiqi. Menurutnya, kitab Musnad adalah kitab yang di dalamnya tertulis
hadis menurut nama sahabat berdasarkan sejarah mereka memeluk Islam[13].
Kitab hadis yang paling terkenal
menggunakan tipologi penulisan ini adalah:
· Musnad
Imam Ahman bin Hanbal
· Musnad
Abi Ya’la al-Mausili
b. Al-Athraf
Al-Athraf bentuk jamak dari kata Tharf
yang berarti pinggir. Adapun Tharf al-Hadis adalah bagian hadis yang
menunjukkan pada semua hadis atau sebuah ibarat (ungkapan) yang menunjukkan
pada seluruh hadis. Seperti hadis Innamal A’malu bin Niyat.
Adapun difinisi Kitab Al-Athraf adalah:
كتب
يقتصر مؤلفوها على ذكر طرف الحديث الدال عليه، ثم ذكر أسانيده في المراجع التي ترويه
بإسنادها، وبعضهم يذكر الإسناد كاملا، وبعضهم يقتصر على جزء من الإسناد
Artinya: Sebuah kitab yang mana
mushannifnya hanya menyebut bagian (pinggir/pangkal) hadis yang menunjukkan
pada (keseluruhan) hadis tersebut. Kemudian pengarang menyebutkan sanadnya di
maraji’ (rujukan) dengan sanadnya. Sebagian ulama ada yang menulis sanadnya dengan
lengkap, sebagian yang lain menulisnya sebagian saja.
Diantara faedah menulis hadis dengan
sistem ini adalah:
· Mudah
mengetahui sanad hadis karena ada di satu tempat
· Mudah
mengetahui orang yang men-takhri hadis
Kitab
yang diutlis menggunakan metode ini adalah:
· Tuhfah
al-Asyraf Bi Ma’rifah al-Athraf, karya Imam Abi Hajaj Yusuf bin Abdurrahman.
· Dzakhair
al-Mawarits Fi ad-Dalalah ala Mawadi al-Hadits, karya Syaikh Abdul Ghani
an-Nablisi[14].
3.
Al-Ma’ajim
Tipologi
penulisan hadis yang ketiga adalah al-Ma’ajim. Lafal Al-Maajim bentuk jamak
dari kata al-Mu’jam. Dilihat dari bahasa, Al-Mu’jam memiliki arti kamus dan
huruf hijaiyah (alphabet). Sedangkan menurut istilah ulama hadis adalah:
والمعجم
الذي يذكر فيه أحاديث الشيوخ مرتبة كالترتيب في المسند[15]
Artinya:
kitab yang di dalamnya terdapat hadis-hadis guru yang disusun (tersusun
berdasar nama guru) seperti halnya musnad.
Syaikh
Nuruddin Itr mengartikan Al-Mu’jam sebagaimana berikut:
كتاب
تذكر فيه الأحاديث على ترتيب الشيوخ، والغالب عليها اتباع الترتيب على حروف الهجاء،
فيبدأ المؤلف المعجم بالأحاديث التي يرويها عن شيخه أبان، ثم إبراهيم، وهكذا[16]
Artinya:
Kitab yang di dalamnya terdapat hadis-hadis berdasarkan urutan guru.
Galibnya urutan itu mengikuti urutan huruf hijaiyah. Maka pengarang memulai
dengan hadis yang diriwayatkan dari gurunya yang bernama ‘Abban, lalu Ibrahim,
dan seterusnya.
Adapun
kitab yang paling terkenal yang ditulis dengan cara ini adalah:
· Al-Mu’jam
as-Shaghir
· Al-Mu’jam
al-Ausath
· Al-Mu’jam
al-Kabir
Ketiga
kitab ini disusun oleh Imam at-Thabrani. Kitab al-Mu’jam as-Shaghir dan
al-Ausath disusun berdasarkan nama gurunya, sedang al-Mu’jam al-Kabir disusun
berdasarkan nama sahabat. Dengan demikian, al-Mu’jam al-Kabir juga bisa disebut
dengan tipologi al-Musnad[17].
4.
Kitab
Hadis yang Disusun Berdasarkan Kalimat Pertama Hadis
Tipologi
penulisan hadis yang keempat adalah kitab yang di dalamnya terdapat hadis
berdasarkan kalimat pertama hadis tersebut. Cara menulisnya dimulai dari huruf
hamzah, huruf ba’, dan seterusnya. Penulisan hadis dengan tipe ini dapat
memudahkan untuk murajaah, tapi harus mengetahui awalan hadis[18].
Kitab
yang termasuk tipologi ini adalah:
· Al-Maqashid
al-Hasanah fi al-Ahadis al-Musytahirah ala al-Sinah, karya Imam Syamsuddin
as-Sakhawi.
· Kasyf
al-Khafa wa Muzil al-Ilbas amma Isytahara min al-Hadis ala Alsinah an-Nas,
karya Imam Isma’il al-‘Ajluni.
Contoh
yang tertera dalam kitab as-Sakhawi:
1.
آخر
الدواء الكي
2.
آفة
الكذب النسيان
3. آفة العلم النسيان وإضاعته أن تحدث به غير أهله
5.
Al-Majami’
Tipologi
penulisan hadis al-Majami’ adalah kitab hadis yang mengumpulkan hadis-hadis
dari beberapa kitab rujukan. Tipolgi penulisan hadis ini memiliki dua cara,
penulis jelaskan sebagaimana berikut:
a. Ditulis
dengan menggunakan bab
Termasuk dalam tipologi penulisan hadis
ini adalah kitab:
· Jami’
al-Ushul min Ahadis ar-Rasul, karya Ibnu al-Atsir al-Jazari. Kitab ini
menggabungkan kitab Bukhari, Muslim, dan Muwatta’. Dalam kitab ini tidak
disebutkan sanad dan kualitas hadis.
· Kanzu
al-‘Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, karya Syaikh Ali al-Muttaqi al-Hindi.
Dalam kitab ini dikumpulkan banyak kitab bahkan sampai 93 kitab hadis[19].
b. Hadis
disusun berdasarkan awalan hadis sesuai alphabet
Termasuk kitab yang menggunakan cara
penulisan ini adalah:
· Al-Jami’
al-Kabir atau Jami’ al-Jawami’, karya Imam as-Suyuthi. Kitab ini merupakan
kumpulan dari banyak kitab, seperti Kitab Muwattah, Musnad Syafi’i, Musnad Imam
Ahmad, dll[20].
6.
az-Zawaid
az-Zawaid
adalah bentuk jamak dari kata zaidah yang memiliki arti tambah. Dengan
demikian, arti Zawaid adalah tambahan-tambahan. Menurut istilah ulama hadis
adalah kitab yang berisi kumpulan hadis tambahan terhadap hadis yang ada pada
sebagian kitab-kitab lain[21].
Sedangkan
menurut Nuruddin Itr, Az-Zawaid adalah
وهي مصنفات تجمع الأحاديث الزائدة في بعض الحديث
على أحاديث كتب أخرى، دون الأحاديث المشتركة بين المجموعتين.
Artinya:
sebuah karangan yang mengumpulkan hadis yang lebih/tambah dalam sebagian
hadis pada hadis kitab lain, selain hadis-hadis yang musytarak (sama-sama ada)
diantara dua kitab yang dikumpulkan.
Contoh
penulisan hadis tipe ini adalah:
· Majma’
az-Zawaid wa Manba’u al-Fawaid, karya Imam al-Haitsami. Kitab ini merupakan
kumpulan dari tambahan Musnad Ahmad,
Musnad Abu Ya’la, Musnad al-Bazzar, Mu’jam yang tiga, dikumpulkan pada tambahan
kitab kutubus sittah[22].
7.
Kutub
at-Takhrij
Tipologi
penulisan hadis berikutnya adalah at-Takhrij. Tipologi ini menurut ulama hadis
adalah:
كتب
تؤلف لتخريج أحاديث كتاب معين
Artinya:
kitab yang dikarang untuk men-takhrij hadis-hadis dalam kitab tertentu.
Diantara
kitab yang mengikuti metodologi ini adalah:
· Al-Mughni
an Hamli al-Asfar Fi al-Asfar Fi Takhrij Ma Fi al-Ihya Min al-Akhbar, karya
Imam Abdurrahim bin Husain al-Iraqi. Kitab ini mentakhrij hadis-hadis yang ada
dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Hal itu dengan cara pengarang menuliskan
bagian/pangkal hadis lalu menjelaskan rawi-rawinya serta menyebutkan kualitas
hadis, seperti shahih, hasan, atau daif[23].
8.
Al-Ajza’
(Juz)
Tipologi
penulisan hadis al-Ajza’ adalah kitab hadis yang memuat hadis yang diriwayatkan
oleh satu orang baik dari generasi sahabat atau setelahnya[24]. Contohnya, kitab Juz
Hadis Abu Bakar. Atau juga bisa diartikan kumpulan hadis-hadis dalam satu tema
tertentu yang bersifat juz (bagian kecil). Seperti kitab Juz’ al-Qiraah Khalfa
al-Imam, karya Imam Bukhari. Juga bisa diartikan, sebuah kitab yang memuat hadis-hadis
pilihan yang dipilih sendiri oleh pengarang kitab tersebut, seperti kitab
Isyrinat, Arbainat, dan seterusnya[25].
9.
Al-‘Ilal
Al-Ilal
bentuk jamak dari illah yang memiliki arti sakit/cela. Adapun menurut istilah
ulama hadis adalah:
الكتب
التي يجمع فيها الأحاديث المعلة مع بيان عللها
Artinya:
kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang terkena illat (cela yang membuat
hadis menjadi cacat) serta menjelaskan illat-illatnya.
Penulisan
hadis dengan metode ini tergolong sulit. Dibutuhkan usaha yang keras, kesabaran
yang panjang, ketelitian yang mendalam, dan berulang-ulang agar bisa mengungkap
edentitas hadis-hadis tersebut[26].
Termasuk
dalam kategori al-Ilal adalah:
· Ilal
Ali al-Madini
· Ilal
ad-Daruqutni
[1]
As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, (Maktabah ar-Riyad al-Haditsah, Riyad) juz
1, hlm. 90.
[2]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 199.
[3]
As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, (Maktabah ar-Riyad al-Haditsah, Riyad) juz
2, hlm. 153
[4]
Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz
3, hlm. 60
[5]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 200.
[6]
Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz
3, hlm. 263
[7]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 200.
[8]
Idri, Studi Hadis (Kencana, Jakarta) hlm. 115
[9]
Syaikh Musthafa al-Adwai, Musthalah al-Hadis Fi Su’al Wa Jawab,
(Maktabah Syamilah) juz 1, hlm. 13
[10]
Mohamed Khalaf Abdel Fahdewi, Thuruq al-Muhadditsin Fi at-Tashnif,
(Makalah Seminar Berbentuk PDF).
[11]
Ibid
[12]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 200.
[13]
M. Hasbi As-Shiddieqiy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis (PT. Bulan Bintang,
Jakarta) hlm. 323
[14]
Ibid
[15]
Muhammad Anwar Syah, al-Urf as-Syadzi Syarh Sunan at-Turmudzi
(Mu’assasah Dhuha Li an-Nasyri Wa at-Tauzi’, India) juz 1, hlm. 8
[16]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 203.
[17]
Muhammad Khalaf Salafah, Lisan al-Muhadditsin, (Maktabah Syamilah) juz
5, hlm. 133
[18]
Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah)
juz 1, hlm. 203.
[19]
Ibid hlm. 205
[20]
Ibid 206
[21]
Andi Yaqub, Metodologi Pengumpulan Hadis, (al-Riwayah dan al-Buhusi)
hlm. 20
[22] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 206.
[23]
Ibid … hlm. 28
[24]
Abi Abdillah Muhammad bin Ja’far, ar-Risalah al-Mustathrafah (Dar al-Bisya’ir,
Beirut) juz 5, hlm. 70
[25] Nuruddin Itr, Manhaj an-Naqdi Fi Ulum al-Hadis, (Dar al-Fikr, Suriyah) juz 1, hlm. 209.
[26]
Ibid … 210
Posting Komentar