Silaturahim dalam Islam
adalah disyariatkan. Banyak hadis yang menjelaskannya. Namun, apakah kamu sudah
tahu arti silaturahim? Apa keutamaannya? Bagaimana caranya?
Jika belum tahu, bisa
dilanjutkan baca ya.
Arti
Silaturahim dalam Islam
![]() |
Keutamaan Silaturrahim |
“Silah” artinya adalah
menyambung. Sedangkan kalimat “Rahim” memiliki arti sanak famili atau
kekerabatan. Dengan demikian, arti silaturahim adalah menyambung kekerabatan.
Lalau siapakah yang dimakus
kalimat “Rahim” (kerabat) wahai sobat?
Menurut Imam Ibnu Hajar
al-‘Asqalani dalam kitab Fath al-Bari, kalimat “Rahim” adalah seseorang
yang memiliki hubungan nasab dengan kita.
Baik orang itu bisa
menerima warisan dari kita atau tidak. Baik dia masih mahram dengan kita atau
tidak. Pokoknya kita memiliki nasab dengan orang itu. Maka dia kerabat.
Tapi, ada juga yang
mengatakan, yang dimaksud kerabat dalam silaturahim ini adalah mereka yang
masih mahram kita. Selain mahram, maka tidak termasuk orang yang wajib
disilaturrahimi.
Mahram adalah orang yang
tidak bisa kita nikahi.
Menurut Imam Ibnu Hajar
al-‘Asqalani, pendapat yang pertama itu yang lebih kuat. Artinya, kita memiliki
kewajiban untuk silaturahim pada orang-orang yang ada hubungan nasab dengan
kita.
Yang
Benar Silaturahim Apa Silaturahmi?
Nah, sobat-sobat pasti
pernah denganar kata silaturami kan? Lalu, mana neh yang benar? Silaturahim apa
silaturahmi?
Yuk lanjut baca!
Dalam kitab Fath al-Bari
itu, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani menulis, yang benar adalah silaturahim.
Ini tulisannya beliau:
"باب فضل صلة الرحم" بفتح الراء وكسر الحاء المهملة
“Bab ini menjelaskan
tentang keutamaan silaturahim. Kalimat “Rahim” ini huruf Ra’nya dibaca fathah,
sedangkan huruf “Ha’-nya” dibaca kasrah.”
Jadi, cara bacanya yang benar adalah
silaturahim bukan silaturahmi. Andaikan dibaca silaturahmi, gak apa-apa juga
sih. Gak dosa kok. Ini hanya perbedaan
dalam bahasa saja.
Keutamaan
Silaturahim dalam Islam
Keutamaan silaturahim ini
menurut Islam sangat besar sekali. Setidaknya ada dua keutamaan menurut Islam.
Yaitu, silaturahim bisa memanjangkan umur dan memperbanyak rezeki.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Barang siapa yang menginginkan
rizqinya lancar (mudah) dan umurnya
(menjadi) panjang, maka lakukanlah silaturahim.” (HR. Imam Bukhori)
Jadi, menurut hadis ini,
jika kita suka silaturahim, maka umur kita akan lebih panjang. Rezeki kita juga
akan lancar dan mudah.
Bukankah
Umur dan Rezeki Itu Allah yang Ngatur?
Betul juga ya. Rezeki dan
umur itu Allah yang ngatur. Rezeki yang ditentukan oleh Allah kepada seseorang
tidak akan tertukar.
Umur pun juga demikian.
Umur tidak bisa dimajukan ataupun diakhirkan. Sedikitpun.
Lalu, maksud hadis di atas
gimana? Lanjut baca yuk. Biar tahu.
Gini, mengenai pertanyaan
sobat di atas, ada dua penjelasan dari para ulama. Pertama, yang dimaksud lancarnya
rezeki adalah berkah. Ya, berkah.
Orang yang bersilaturahim,
maka rezekinya akan berkah. Berkah berarti penuh dengan kebaikan. Artinya,
rezeki yang diberikan kepada kita akan membawa kebaikan kepada kita.
Bisa juga, karena rezeki
kita berkah, maka rezeki kita semakin banyak. Harta kita semakin berkembang.
Lalu apa yang dimaksud
dengan umur semakin panjang?
Orang yang menjaga
silaturahim akan dianggap orang baik oleh banyak orang. Oleh karenanya,
orang-orang akan selalu mengingatnya. Orang-orang sering menyebut namanya.
Dengan demikian, dia
seakan-akan tidak mati. Karena namanya selalu disebut oleh orang banyak.
Itulah maksudnya orang yang
menjaga seilaturahim akan lebih panjang umurnya.
Pendapat tersebut adalah
pendapat Imam al-Mahlab. Pendapat ini dikutip oleh Imam Ibnu Bathal dalam kitab
Syarah Sahih Bukharinya.
Pendapat yang kedua
mengatakan, boleh saja Allah memang memberi rezeki lebih lancar dan umur lebih
panjang.
Misalnya, ketika kita
berada di dalam perut ibu, takdir kita ditulis, bhwa umur kita sekian jika
tidak bersilaturahim. Dan umur kita sekian jika bersilaturahim.
Intinya, orang yang
bersilaturahim itu hartanya akan berkah. Hartanya akan membawanya kepada
ketaatan. Oleh karenanya, hartanya seakan-akan lancar dan lapang.
Begitu juga umurnya. Orang
yang bersilaturahim akan mendapatkan pertolongan dari Allah agar menghabiskan
umurnya dengan kebaikan. Dia pun menjadi orang taat berkah bersilaturahim.
Karenanya, umur orang yang
bersilaturahim disebut lebih panjang.
Cara
Silaturahim di Zaman Milenial
Oke sobat, kita sekarang sudah
sampai pada pembahasan cara menjaga silaturahim. Ya, cara bersilaturahim dalam
Islam itu seperti apa?
Terlebih, sekarang kita
berada di zaman yang canggih. Zaman milenial. Tentu, ada perubahan-perubahan
dalam cara silaturahim.
Baiklah, agar silaturahimmu
tetap terjaga, kamu bisa melakukan silaturahim dengan beberapa hal berikut:
1.
Memberi
kebaikan dan menghilangkan kemudaratan pada kerabat-kerabat
Cara pertama ini sebenarnya
cara silaturahim paling dasar. Jadi, kita berikan kebaikan-kebaikan kepada
kerabata-kerabat kita. Juga, kita hilangkan marah bahaya yang akan mengenai
mereka.
Misalnya, kita membantu
mereka mengejar cita-cita mereka. Atau membantu mereka menyelesaikan masalah
mereka.
Semua itu kita lakukan
dengan semampunya. Cara ini temaktub dalam kitab Tuhfah al-Ahwadzi.
2.
Memberi
mereka senyuman paling indah
Cara yang kedua adalah
bersilaturahim dengan cara tersenyum. Jadi, ketika kita bertemu dengan kerabat
kita, kita tampakkan wajah yang berseri-seri. Kita juga berikan senyum yang
paling indah.
Tentu, hal ini bisa
dilakukan laki-laki sama laki-laki. Atau perempuan sama perempuan.
Boleh juga laki-laki sama
perempuan, tapi masih dalam ikatan mahram.
Adapun lawan jenis yang
bukan mahram, ya biasa saja. Gak usah senyum manis-manis.
3.
Menyebut
nama mereka dalam doa panjang kita
Cara silaturahim
selanjutnya adalah mendoakan mereka. Ya, ketika kita berdoa dalam munjat
panjang, kita sebut nama mereka.
Semog mereka selamat dunia
akhirat. Semoga mereka husnul khotimah. Dan seterusnya.
4.
Berkunjung
pada kerabat kita adalah salah satu cara silaturahim
Cara silaturahim berikutnya
adalah berkunjung pada rumah mereka. Atau mendatangi tempat di mana mereka
berada di situ.
Kita bisa ngobrol santai
dengan mereka. Membicarakan masa lalu, membicarakan bisnis, dan seterusnya.
Begitulah yang ditulis oleh
Imam Nawawi dalam kitabnya ketika men-syarahi Sahih Muslim.
5.
Menyapa
mereka di dunia lewat telpon, sms, atau WA
Cara silaturahim yang
kelima ini sangat cocok buat milenial. Jika kita tidak bisa berkunjung, kita
bisa menyapa famili-famili kita lewat HP kita.
Apakah dianggap
silaturahim? Iya. Sebab dalam kajian fikih, berkomunikasi dengan HP itu sama
saja dengan komunikasi secara langsung.
Hukuman
untuk Orang yang Memutus Tali Sialturahim
Bagaimana dengan orang yang
memutus tali silaturahim? Hukum memutus silaturahim itu tidak boleh.
Dalam kitab az-Zawajir,
Imam Ibnu Hajar mengatakan, memutus tali silaturahim itu termasuk dosa besar. Naudzubillah.
Rasulullah juga bersbda:
لايد
خل الجنة قاطع
“Tidak
masuk surga orang yang memutus (tali silaturahim).” (HR. Syaikhoni)
Nah sobat, itulah arti
silaturahim, keutamaan, dan cara menjaga silaturahim sesuai zaman milenial.
Semoga bermenfaat!
Posting Komentar