Berbicara
tentang takwa, erat kaitannya dengan keimanan kita kepada Nabi Muhammad saw..
Nabi yang lahir pada bulan Rabiul Awal. Menurut mayoritas ulama Ahlus Sunnah
Wal Jamaah, beliau lahir pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal, tahun Gajah.
Tentu, dalam peristiwa
kelahiran Rasulullah saw. ada banyak kejadian yang bisa kita jadikan ibrah.
Setidaknya, ada dua peristiwa besar yang patut kita garis bawahi.
sumber foto: alif.id |
Pertama, Abu Lahab
memerdekakan budak perempuannya yang bernama Tsuwaibah.
Setelah Rasulullah lahir,
Abu Lahab bahagia sekali. Saking bahagianya, dia memerdekakan budak
perempuannya itu.
Namun, ketika Rasulullah
diutus, Abu Lahab termasuk orang-orang yang menentang dakwah Rasulullah. Abu
Lahab juga menyakiti, menuduh, bahkan meletakkan kotoran di depan pintu
Rasulullah saw..
Akhir dari kejahatan Abu
Lahab itu, Allah menurunkan sebuah surat yang berbunyi Tabbat Yada Abi
Lahabiw Watab. Ayat ini menjelaskan, Abu Lahab dan istrinya adalah orang
yang celaka. Orang yang akan kekal kelak di neraka.
Lalu apa yang terjadi
ketika Abu Lahab meninggal? Diceritakan dalam Sahih Bukhari, salah satu
keluarga nabi bermimpi Abu Lahab. Dalam riwayat lain, yang bermimpi itu adalah
Sayidina ‘Abbas. Paman Rasulullah. Saudara Abu Lahab.
Dalam mimpinya, Sayidina
‘Abbas bertanya, “Bagaimana kabarmu?”
Abu Lahab menjawab,
“Sangat buruk. Siksaan begitu pedih dan dahsyat. Hanya saja, aku diberi minum
dari celah-celah antara jempol dan telunjuk. Karena aku dulu pernah
memerdekakan Tsuwaibah.”
Dalam riwayat lain, Abu
Lahab diringankan siksaannya setiap hari Senin. Karena pada hari Senin itulah
Abu Lahab bahagia atas kelahiran Rasulullah. Lalu memerdekakan budak.
Oleh karenanya, al-Hafidz
Ibnu Nashiruddin membuat puisi mengenai hal ini. Kata beliau sebagaimana
dikutip oleh Sayid Muhammad al-Maliki dalam kitab adz-Dzakhair al-Muhammdiyah:
اذا كان هذا كافرا جاء ذمه # بتبت يداه في
الجحيم مخلدا
أتى انه في يوم الاثنين دائما # يخفف عنه
للسرور بأحمدا
فماالظن بالعبد الذي طول عمره # وبأحمد سرورا
ومات موحدا
“Jika orang ini kafir yang telah dicela
Dengan Tabbat yadah, di
neraka selamanya
Lalu ada riwayat, bahwa
orang itu setiap hari Senin
Diringankan (siksaannya)
karena bahagia pada Ahmad (Nabi Muhammad)
Maka, bagimana kiranya
dengan seorang hambah yang panjang umurnya
Bahagia dengan kelahiran
baginda dan mati dalam keadaan mengesakan Tuhan yang Maha Esa?”
Jawaban dari pertanyaan
ini adalah pasti lebih diringankan. Jika kita memang masuk neraka, kita akan
diringankan.
Maka, ketika kita melakukan
Maulid Nabi, niatnya karena kita bahagia akan kelahiran Rasulullah. Ketika kita
membaca shalawat, hadirkan dalam hati kebahagiaan kita atas kelahiran
Rasulullah.
Keberadaan Rasulullah itu anugerah. Kehadiran Rasulullah itu rahmah. Allah memerintah kita untuk berbahagia atas anugerah dan rahmat yang diberikan kepada kita. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 58.
Kedua, peristiwa hancurnya
Abrahah dan pasukannya
Beberapa bulan sebelum
Rasulullah saw. lahir, Abrahah bersama pasukannya ingin menghancurkan Kakbah.
Abrahah terkenal raja yang kuat. Memiliki militer yang hebat. Ditambah pasukan
gajahnya yang bisa bikin sebuah negara tamat.
Akan tetapi, Allah
menghancurkan Abrahah bersama tentaranya. Allah mengirimkan burung Ababil.
Membawa tiga batu dari neraka. Satu di mulut, dua di kaki. Batu itu dilemparkan
kepada Abrahah dan pasukannya. Mereka mati mengenaskan. Peristiwa itu kemudian
diabadikan dalam surat Al-Fil.
Menurut ulama, peristiwa
penghancuran Abrahah dan pasukannya karena memuliakan kelahiran Rasulullah.
Karena pada tahun itu, Rasulullah akan lahir.
Oleh karenanya, pada bulan
ini adalah momentum bagi kita untuk menghancurkan keangkuhan kita.
Menghancurkan kesombongan kita. Sehingga kita sadar, kita seorang hambah. Kita
makhluk yang tercipta. Kita diciptakan hanya untuk menghamba kepada-Nya.
Maka penting bagi kita,
untuk merenungi sebuah ayat ini:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ
تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ
Ayat ini mempertanyakan,
apakah belum waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk saat
berdzikir kepada Allah. Apakah belum waktunya bagi orang-orang yang beriman
untuk khusyuk saat mendengar mauidzah. Apakah belum waktunya bagi orang yang
beriman untuk khusyuk saat mendengar ayat suci Alquran.
Jika kita kembangkan lagi,
apakah belum waktunya bagi kita untuk rajin ke masjid? Apakah belum waktunya
bagi kita untuk salat fardu tepat waktu? Apakah belum waktunya? Padahal umur
kita terus berkurang hitungannya?
Jika kita membaca sejarah,
betapa ulama itu sangat khuysuk saat berdzikir kepada Allah. Sebut saja Sayid
Ali Zainal Abidin. Cicit Rasulullah yang sangat wara’ dan alim.
Baca juga:
Setiap ingin salat, beliau
putih pucat. Beliau gematar. Setelah ditanya penyebabnya, beliau menjawab,
bagaimana tidak pucat? Bagaimana tidak gemetar? Sebentar lagi beliau menghadap
kepada Allah swt..
Jadi, ada dua pelajaran
yang bisa diambil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di sebelum atau setelah
kelahiran Rasulullah. Yaitu, kita berbahagia dengan kelahiran Rasulullah dan
kita musnahkan keangkuhan sehingga kita menyadari kita ini hamba Allah.
*Disarikan dari khutbah
Jumat di Masjid Al-Hidayah, Simo Mulyo Baru, Surabaya Barat. Alhamdulillah,
kali ini saya tidak tidur. hehe
Posting Komentar