-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    [Tafsir] Ketika Menderita Berdoa, Ketika Kaya Durhaka


    Ada dua fase dalam hidup ini yang datang silih berganti; menderita dan bahagia. Kadang menderita, kadang bahagia. Kadang Bahagia, kadang menderita. Begitu seterusnya.

    Islam menawarkan konsep paripurna untuk menghadapi keduanya. Yaitu, saat menderita, bersabar. Saat bahagia, bersyukur. Konsep ini akan membuat seorang hamba tetap dekat dengan Allah. Seperti apa pun kondisinya.

    wallpapercace.com

    Terlepas dari konsep itu, manusia tetaplah manusia. Kadang mendekat kepada Allah, kadang lupa kepada Allah. Kadang sangat dekat saat menderita, tapi lupa ketika bahagia. Itulah yang terjadi pada seseorang yang bernama Tsa’labah bin Hathib. Karena perilakunya itulah, kemudian turunlah Surat at-Taubah ayat 75-77.




    Doakan Aku agar Menjadi Orang Kaya

    Imam Ibnu Katsir menulis dalam tafsirnya, ayat di atas memang turun menjawab masalah Tsa’labah bin Hathib al-Anshari. Berikut ini ceritanya:

    Kala itu, Tsa’labah sowan kepada Rasulullah saw.. Di hadapan baginda, dia meminta agar didoakan menjadi orang kaya. “Ya Rasulullah, doakan aku agar Allah memberiku harta,” kata Tsa’labah.

    Rasulullah tampaknya keberatan dengan permintaan Tsa’labah. Bisa jadi Tsa’labah akan menjadi orang durhaka ketika memiliki banyak harta. Kata Rasulullah kepada Tsa’labah:

    “Celakalah dirimu wahai Tsa’labah! Harta yang sedikit tapi kau syukuri itu lebih baik dari pada harta banyak tapi kau tak mampu mensyukuri.”

    Tsa’labah tidak putus asa. Dia tetap ingin didoakan menjadi orang yang banyak harta. Rasulullah tetap tidak mengiakan. Rasulullah malah mengatakan, “Apakah engkau tidak ingin menjadi seperti nabi Allah. Andaikan aku mau, gunung-gunung itu bisa menjadi emas dan perak.”

    Tsa’labah masih bersikukuh agar didoakan menjadi orang kaya. Kata Tsa’labah, “Demi Allah yang mengutusmu, jika engkau mendoakan aku, lalu Allah memberiku banyak harta, aku akan memberikan semua hak harta itu!”

    Akhirnya, Rasulullah pun berdoa sesuai permintaan Tsa’labah.

    Waktu berlalu. Tsa’labah benar-benar menjadi kaya. Kambing yang dia ternak berkembang luar biasa. Bahkan, tempatnya di Madinah sudah tidak mencukupinya. Terpaksa dia membuat kandang di sebuah tempat yang jauh dari Madinah.

    Lambat laun, Tsa’labah menjadi sibuk. Dia tidak bisa shalat berjemaah kecuali shalat Dzuhur dan ‘Ashar. Lama ke lamaan, dia tidak shalat berjemaah kecuali shalat Jumat. Dan akhirnya dia pun tidak melaksanakan shalat Jum’at.

    Ketika Rasulullah mengetahui apa yang dilakukan Tsa’labah, beliau berucap, “Celaka Tsa’labah, celaka Tsa’labah, celaka Tsa’labah!”

    Bahkan, ketika Rasulullah mengirim utusan agar mengambil zakat dari harta Tsa’labah itu, Tsa’labah tidak memberikan sesuai arahan Rasulullah.

    Penjelasan Ayat

    Ayat ini menjelaskan, bahwa ada orang munafik yang berjanji kepada Allah. Isi janjinya, jika Allah memberinya karunia, dia akan bersedekah dari karunia itu. Dia juga akan menjadi orang yang salih (baik).

    Akan tetapi, ketika Allah benar-benar memberinya karunia, dia melupakan janjinya. Dia tidak bersedekah bahkan menjadi orang yang durhaka.

    Oleh sebab itu, lahirlah kemunafikan dalam hati mereka. Kemunafikan itu tertanam dalam hati mereka sampai mereka menjemput kematian.

    Penyebab kemunafikan ini, sebagaimana dalam tafsir al-Baidhawi, adalah ingkar janji dan berbohong.

    Sebagaimana dalam hadis, “Tanda munafik ada tiga; ketika berbicara dia berdusta, ketika berjanji dia mengingkari, dan ketika dipercayai dia mengkhianati.”

    Posting Komentar

    Posting Komentar