-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Dua Alasan Allah Menurunkan Musibah pada Orang Islam

    fr.freefik.com


    Dalam kehidupan ini, kadangkala Allah menurunkan musibah. Allah menurunkan bencana, dan yang sedang kita alamai adalah wabah Corona.

    Bencana sekecil apapun dan sebesar apa pun pasti atas izin Allah. Allah yang menghendaki. Jika Allah tidak menghendaki, apapun tidak akan terjadi.
    Allah berfirman:





    Kewajiban Manusia dalam Menjalani Hidup

    Ayat di atas menegaskan kepada kita, musibah itu datang dengan izin Allah. Sahabat Ibnu ‘Abbas menafsiri dengan “perintah Allah”. Artinya, musibah-musibah yang menimpa kita itu karena takdir dan kehendak Allah.

    Sekuat apapun penyakit Corona menyerang, jika Allah tidak berkehendak, kita tidak akan terkena. Sekuat apapun kita lari dari musibah Corona, tapi Allah berkehendak, kita pasti tertimpa.

    Jadi, semuanya terserah kehendak Allah. Allah mau menurukan musibah atau tidak.

    Namun demikian, Allah menimpakan musibah disertai dengan sebab-sebabnya. Allah menciptakan longsor, karena pohon ditebang. Allah ciptakan banjir karena sampah dibuang sembarangan. Dan seterusnya.

    Ada penjabaran sangat mengena dari Syaikh al-Maraghi tentang ayat di atas. Kata beliau dalam tafsirnya, dalam menjalani hidup ini manusia memiliki dua kewajiban.

    Pertama, berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kebaikan dan menolak sesuatu yang membahayakan.

    Maka, jika ingin sukses, berusahalah. Jika ingin selamat, hati-hatilah. Jika tidak ingin terjangkit Corona, tetaplah di rumah!

    Kedua, tawakkal kepada Allah. Setelah kita melakukan yang terbaik untuk kehidupan kita, selanjutnya adalah pasrah kepada Allah.

    Misalnya Allah memberikan kebahagiaan kepada kita, Alhamdulillah. Kita bersyukur kepada-Nya.

    Jika sebaliknya, Allah malah memberikan kesusahan atau menurunkan musibah, Innalillah. Kita bersabar. Kita pasrahkan kepada Allah.

    Rasulullah bersabda:

    عجبا للمؤمن، لا يقضي الله له قضاء إلا كان خيرا له، إن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له، وإن أصابته سراء شكر فكان خيرا له، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن

    Artinya: Takjub bagi orang yang beriman. Setiap keputusan Allah untuknya adalah baik baginya. Jika dia sedang susah nestapa, dia bersabar. Maka hal itu baik baginya.

    Jika dia sedang bahagia, dia bersyukur (kepada Allah). Maka hal itu baik baginya. Dan semua itu tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman.

    Alasan Allah Menurunkan Musibah

    Ketika Allah menurunkan musibah pada orang Islam, maka musibah menjadi hidayah. Maksudnya?

    Sebagaimana ayat di atas mengajarkan, ketika orang yang beriman tertimpa musibah, maka Allah memberi petunjuk pada hatinya. Yahdi Qalbah.

    Menurut Imam Ibnu Katsir, maksud “memberi petunjuk pada hati” ini adalah hatinya menyadari bahwa musibah itu datang dari Allah. Lalu dia bersabar dan menyerahkan semunya kepada Allah.

    Itulah maksud musibah menjadi hidayah. Allah menurunkan musibah di tubuh dan dunianya, kemudian Allah memberi hidayah dalam hatinya.

    Bahkan, -masih pendapat Imam Ibnu Katsir- kadangkala Allah mengganti apa-apa yang hilang dari kita dengan sesamanya. Kadang pula Allah menggantinya dengan hal yang lebih baik.

    Menurut Sahabat ‘Ikrimah, Allah menurunkan musibah itu memiliki alasan tersendiri.
    Allah menurukan musibah pada orang yang beriman itu mungkin karena dia banyak dosa. Allah ingin mengampuni dosanya. Makanya diberi musibah.

    Atau dia tidak memiliki banyak dosa, tapi Allah ingin mengangkat derajatnya. Lalu Allah menurukan musibah kepadanya.

    Kata beliau yang dikutip Imam al-Baghawi dalam tafsirnya,

    ما من نكبة أصابت عبدًا فما فوقها إلا بذنب لم يكن الله ليغفر له إلا بها، أو درجة لم يكن الله ليبلغها إلا بها.

    Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang hamba kecuali disebabkan dosa yang tidak bisa diampuni kecuali dengan musibah itu.

    Atau disebabkan derajat yang tidak bisa dicapai kecuali setelah menjalani musibah tersebut.

    Ya, mungkin saja Allah menurunkan musibah Corona ini karena kita terlalu banyak dosa. Allah ingin mengampuni kita. Atau karena Allah ingin memberikan kita pahala atau derajat tinggi setelah menjalaninya.

    Siksa yang Allah Turunkan di Bumi Tidak akan Dia Turunkan Lagi di Akhirat Nanti

    Imam ar-Razi juga mengatakan, kadangkala musibah itu karena dosa-dosa kita. Kata beliau, dosa orang yang beriman itu dibagi menjadi dua.

    Pertama, dosa yang diampuni oleh Allah melalui musibah-musibah yang Allah turunkan di dunia.

    Kedua, dosa yang diampuni oleh Allah di dunia dengan cuma-cuma. Jadi, tidak diberi musibah, tapi diampuni oleh Allah.

    Nah, musibah-musibah yang diberikan di dunia itu, tidak akan lagi Allah berikan di akhirat. Dosa-dosa yang diampuni di dunia, tidak akan Allah tagih lagi nanti di akhirat.

    Itulah sunnatullah (peraturan yang berlaku) terhadap orang-orang yang beriman.
    Sedangkan untuk orang-orang yang tidak beriman, Allah tidak menyiksa mereka di dunia. Allah akan menyiksa mereka kelak di akhirat.

    Baca juga: 

    Jadi, musibah itu dari Allah. Jika Allah berkehendak menimpakan Corona kepada kita, ya pasti kita tertimpa. Begitu juga sebaliknya. Jika Allah tidak berkehendak, kita tidak akan terkena.

    Namun, Kita harus berikhitar. Berusaha menjauhi penolaran Corona. Setelah itu bertawakkal. Sembari meminta ampun dan berdoa agar diselamatkan dari wabah ini. Amin!

    Posting Komentar

    Posting Komentar