-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Jangan Sakiti Orang Tuamu karena Kelak Anakmu Juga akan Menyakitimu


    Dulu sekali, saya pernah membaca sebuah kisah. Sangat menginspirasi dan sedih. Kisah seorang tua yang ‘dibuang’ oleh anaknya. Ya, dibuang ke Panti Jumpo.

    Tampaknya, si anak tidak sudi merawat ibunya. Dia tidak mau berbakti kepada orang tuanya. Bahkan, dia telah menyakiti hati orang tua yang telah membesarkannya.

    telemundo.com

    Ceritanya begini:

    Terdapatlah sebuah keluarga. Ada ayah, ibu, anak, dan seorang nenek. Suatu hari, mereka bepergian. Baju sang nenek dimasukkan ke dalam koper dan dibawanya.

    Siapa sangka, ternyata sang nenek ingin dimasukkan ke dalam Panti Jumpo. Sang nenek menatap sedih. Ternyata di sanalah akhir dari hidupnya.

    Setelah administrasi selesai, mereka bertiga pulang. Si nenek ditinggal sendirian. Tapi, tak selang beberapa langkah, cucu si nenek lari ke kamar nenek. Lalu dia kembali lagi. Dibawanya koper yang dibuat wadah baju nenek.

    Si ayah dan ibu heran. Ngapain anaknya alias cucu nenek itu mengambil koper.

    “Loh ngapain diambil kopernya sayang?” tanya mereka berdua.

    “Koper ini buat wadah baju ibu dan ayah saat aku ingin mengantar ayah dan ibu ke tempat ini,” jawab si anak.

    Keduanya terperanjat. Mereka sadar, apa yang mereka lakukan tidak benar. Maka mereka kembali lagi. Menjemput sang ibu. Ingin berbakti kepadanya. Tidak ingin menyakiti orang tua lagi.

    Mereka takut, kelak mereka juga mendapatkan perlakuan yang sama dari anaknya. Ya, mereka takut anaknya juga akan menyakitinya.

    Ayah Tidak Usah Menangis

    Ada kisah lagi. Tentang bakti seorang anak kepada orang tuanya. Tepatnya kepada ayahnya. Sampai-sampai si ayah meneteskan air mata.

    Kisah ini saya baca dalam sebuah blog. Sepertinya milik blogger Arab. Bahasanya juga menggunakan bahasa Arab.

    Ceritanya begini:

    Ada seorang anak berangkat haji bersama ayahnya. Mereka berangkat dengan Qafilah (rombongan).

    Di tengah jalan, sang ayah minta turun dari kendaraan. Sang ayah ingin qadil hajat (buang air atau semacamnya). Si anak menurunkannya.

    “Kamu berangkat duluan dengan rombongan. Nanti ayah nyusul!” Kata si ayah.

    “Baiklah ayah!”

    Si anak pergi terlebih dulu. Tapi, si ayah tak kunjung datang. Perasaan si anak tidak tenang. Dia pun kembali mencari sang ayah.

    Kemudian, dia bertemu dengan ayahnya. Lalu menggendongnya. Karena kendaraannya berada bersama rombongan.

    Di saat menggendong si ayah, ada air menetes membasahi wajah si anak. Ternyata air mata si ayah.

    “Ayah tidak usah menangis. Ayah tidak berat kok,” kata si anak.

    “Aku tidak menangis karena itu,” balas si ayah.

    “Lalu?”

    “Aku menangis karena di tempat inilah dulu aku menggendong ayahku!” si ayah menjelaskan.

    Berbuat Baiklah kepada Orang Tuamu, Maka Kelak Anakmu akan Berbakti kepadamu

    Dua kisah di atas menggambarkan seorang anak yang durhaka kepada orang tua. Juga, berbakti kepada mereka.

    Anak yang menyakiti orang tuanya, memiliki karma akan disakiti oleh anaknya. Seorang anak jika berbakti kepada orang tuanya, nescaya kelak anaknya juga berbakti kepadanya.

    Hal demikian memang ada hadisnya. Bunyi petikan hadisnya sebagaimana berikut:

    Menurut Imam al-Munawi dalam At-Taisir, sanad hadis ini berstaus Hasan. Bahkan ada yang mengatakan Sahih.

    Hadis tersebut mengajak kepada kita agar berbuat baik kepada orang tua. Jika kita berbuat baik kepada mereka, berbakti kepada mereka, maka anak kita juga akan berbakti kepada kita.

    Begitu juga sebaliknya, jika kita menyakiti kedua orang tua kita atau durhaka kepada mereka, maka anak kita juga akan menyakiti kita.

    Pepatah Arab mengatakan, kamâ tadînu tudânu. Sebagaimana engkau berperilaku, seperti itu pulalah engkau akan diperlakukan.

    Oea, yang dimakus aba’ukum (bapak-bapak kalian) dalam hadis di atas mencakup ibu. Juga mencakup nenek-kakek kita. Sampai ke atas.

    Artinya, kita juga memiliki kewajiban berbuat baik kepada nenek, kakek, buyut, dan seterusnya.
    Keterangan ini, sebagaimana yang ditulis oleh Imam al-Munawi.

    Itulah kisah dan hadis tentang karma berbakti kepada orang tua. Pula, tentang karma durhaka atau menyakiti orang tua. Semoga bermenfaat!

    Posting Komentar

    Posting Komentar