-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tak Ingin Cinta Menjadi Penghalang Surga

     

    “Dia pergi meninggalkan kekasihnya dengan cucuran air mata”

    ***

    Dialah seorang laki-laki yang sedang tergila-gila. Hatinya telah dirundung cinta tiada tara. Kisah asmaranya itu pun menyebar ke mana-mana. Masyarakat seantero Makkah tiada henti menggunjing namanya dan nama kekasihnya.


    Cinta suci yang tak ingin menodai/fr.freepik


    Pemuda itu bernama Qas. Seorang laki-laki biasa yang masih bujang. Dia senang beribadah dan sering i’tikaf di masjid. Kecintaannya dalam beribadah diakui oleh banyak orang. Sampai-sampai orang Makkah menjulukinya “Orang yang paling baik ibadahnya”.

    Namun, pada suatu hari, Qas tidak sengaja melihat seorang wanita cantik. Dia memandanginya dari jauh. Ada sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Lirih, tapi sudah cukup untuk membuatnya berhenti melangkah.

    Sayup-sayup Qas mendengar suara wanita itu. Merdua dan syahdu. Telinga Qas terus menikmati alunan lagu itu. Getaran-getaran lirih mulai berganti menjadi guncangan kecil.

    Tanpa Qas sadari, ada seseorang yang memerhatikan Qas. Ternyata tuan wanita itu. Ya, wanita itu seorang budak. Namanya Sallamah. Qas tak peduli dengan statusnya. Qas terus menikmati alunan lagunya dengan hati berkaca-kaca.

    “Apakah kamu ingin masuk ke dalam agar bisa leluasa mendengar suaranya?” Tuan Sallamah menawarkan.

    “Tidak. Aku di sini saja,” jawab Qas.

    Tuan Sallamah terus membujuknya agar masuk. Qas akhirnya luluh. Dia berkenan masuk, tapi dengan syarat; dirinya tidak melihat Sallamah dan Sallamah tidak melihat dirinya.

    Qas pun memasuk ruangan itu. Ada sekat antara dirinya dan Sallamah. Tetapi, suara Sallamah terdengar sangat jelas. Lebih jelas dari sebelumnya. Hatinya semakin tertarik pada Sallamah. Qas merasa tentram mendengar suaranya.

    “Apakah aku akan memanggil Sallamah agar mendatangimu?” Tuan Sallamah menawarkan lagi.

    “Tidak usah. Mendengar suaranya sudah cukup bagiku,” jawab Qas.

    Tuan Sallamah menawarkan lagi dan lagi. Akhirnya Qas menyetujui. Sallamah dipanggilnya. Sallamah memenuhi panggilan tuannya. Kini, Qas dan Sallamah saling bertapat muka. Lalu saling bertatap mata.

    Sallamah menyanyikan lagi lagu-lagunya. Qas mendengarkannya. Lagu itu benar-benar membuat hati Qas bergetar kencang. Tidak! bukan karena lagunya, tapi karena wanita yang membawakannya. Qas jatuh hati pada wanita itu.

    Sallamah terus saja bernyanyi. Pandangan yang menggoda ia hantamkan pada Qas. Tapi di lubuk hati yang paling dalam, Sallamah juga menyukai pemuda itu. Dua insan itu diterpa gelombang asmara tidak berkesudahan. Semakin ditekan semakin meneggelamkan. Semakin dilepas, semakin menyesakkan nafas.

    Setiap hari, Qas dan Sallamah selalu berjumpa. Sallamah bernyanyi, Qas mendengarkannya. Kisah cinta mereka mulai tersebar dari mulut ke mulut. Masyarakat Makkah pun mulai menggunjingnya.

    Suatu hari, Sallamah tiada mampu lagi menahan rasa tanpa kata. Sallamah tak bisa menjalani kisah tanpa asa. Sallamah ingin memastikan hati Qas. Benarkah cintanya tidak bertepuk sebelah.

    “Qas….”sapa Sallamah.

    “Iya,” jawab Qas.

    “Demi Allah, aku mencintaimu,” Sallamah mengucapkannya dengan jelas dan tegas.

    “Demi Allah, aku juga mencintaimu,” Qas menjawab Sallamah.

    “Aku ingin meletakkan bibirku di atas bibirmu,” kata Sallamah.

    “Aku juga,” jawab Qas.

    “Aku ingin dadaku mencumbui dadamu, perutku memeluk perutmu,” kata Sallamah lagi.

    “Aku juga,” Qas menginginkan hal yang sama.

    “Kenapa tidak kau lakukan wahai Qas?” Sallamah memulai mempertanyakan keseriusan Qas. Karena Qas masih saja diam.

    “Sungguh, hanya kita berdua di tempat ini,” lanjut Sallamah.

    “Aku pernah mendengar, kelak seorang kekasih akan menjadi musuh bagi kekasihnya kecuali mereka yang bertakwa. Aku tak ingin cinta ini malah membuat kita saling bermusuhan di hari kiamat,” Qas memaparkan alasanya.

    “Mas… Bukankah Tuhan itu Maha Menerima taubat orang-orang yang bertaubat,” kata Sallamah lagi. Ia ingin meyakinkan, jika pun harus berdosa karena cinta, masih ada jalan taubat untuk menghapusnya.

    “Betul dek, tapi bagaimana kalau kita tidak sempat betaubat lalu meninggal dunia?”

    Lalu Qas berdiri dari tempatnya. Dia melangkah pergi sambil meneteskan air mata. Maaf kekasih…

    Dikisahkan, Qas kembali beribadah kepada Allah dan tak lagi mendatangi Sallamah. Qas ingin cintanya tak menjadi penghalang kebersamaan di surga.

    *Disarikan dari kitab Dzam al-Hawa dan Tarikh Dimsyiq.

    Posting Komentar

    Posting Komentar