-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Apa Hikmah Nabi Muhammad Yatim?

     Kita tahu Nabi Muhammad adalah yatim, tapi jarang ada yang tahu hikmah Nabi Muhammad Yatim. Tapi sebelumnya, saya tulis segelintir kisah hidup masa kecil Rasulullah.

    ***

    Hikmah Nabi Muhammad Yatim/islamicmedia.org

    Seperti bayi pada umumnya, Nabi Muhammad saw. juga disusukan pada perempuan desa. Nabi Muhammad disusui oleh Halimah Sa’diyah, seorang perempuan dari kampung Bani Sa’ad. Halimah Sa’diyah termasuk perempuan yang beruntung. Sebab, berkah bayi yang kelak akan menjadi rasul itu, kehidupannya menjadi lebih baik.

    Karena Nabi Muhammad yatim, maka biaya ditanggung oleh ibu dan kakek beliau, Abdul Mutthalib.

    Ketika Nabi Muhammad berumur empat atau lima tahun, terjadilah pembelahan dadanya oleh Malaikat Jibril. Halimah Sa’diyah pun hawatir terhadap Nabi Muhammad. Maka, Halimah Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad pada ibunda beliau di Makkah.

    Nabi Muhammad kecil dirawat oleh sang ibu sampai berumur enam tahun. Lalu, sang ibu ingin menzirahi makam suaminya di Yatsrib. Berangkatlah Sayidah Aminah ditemani pembantunya, Ummu Ayman. Dibawanya Nabi Muhammad kecil. Sayidah Aminah beserta rombongan berada di Yastrib selama enam bulan. Lalu kembali ke Makkah.

    Sayang, di tengah perjalanan, ibunda Nabi Muhammad saw. sakit. Lalu wafat di sebuah tempat yang bernama Abwa’. Rasulullah benar-benar ditinggal sendiri. Sang ayah wafat saat Nabi Muhammad berada dalam kandungan, kini ibunda beliau juga berpulang. Nabi Muhammad menjadi yatim piatu.

     

    Nabi Muhammad Diasuh oleh Kakeknya

    Selanjutnya, Nabi Muhammad dirawat oleh kakeknya, Abdul Mutthalib. Kakek Nabi Muhammad ini sangat menyayangi Nabi Muhammad. Rasa sayangnya pada Nabi Muhammad melebihi rasa sayangnya pada putra-putranya.

    Hal itu tergambar dalam sikap Abdul Mtthalib. Misalnya ketika Nabi Muhammad kecil duduk di tempat duduknya, Abdul Mutthalib membiarkannya. Ketika ada putra-putra Abdul Mutthalib yang ingin menyingkirkan Nabi Muhammad dari tempat duduknya itu, Abdul Mutthalib melarangnya. Padahal sebelumnya, tidak ada orang yang berani duduk di tempat duduk Abdul Mutthalib.

    Nabi Muhammad dirawat dan diasuh oleh Abdul Mutthalib sampai berumur delapan tahun. Setelah itu, kakek Rasulullah meninggal dunia.

     

    Nabi Muhammad Diasuh oleh Abu Thalib

    Setelah itu, Nabi Muhammad diasuh oleh pamanya, Abu Thalib. Banyak kisah-kisah menakjubkan saat beliau tinggal bersama pamannya ini.

    Imam Qadi Iyad bercerita dalam Kitab as-Syifa bahwa ketika Abu Thalib makan bersama keluarga dan di tempat itu ada Nabi Muhammad, maka mereka kenanyang. Tapi, ketika Nabi Muhammad tidak bersama mereka, mereka tidak kenyang. Hal itu karena berkah dari Nabi Muhammad.

    Dikisahkan juga, ketika bangun tidur, putra-putra Abu Thalib tidak rapi. Tapi, ketika Nabi Muhammad bangun tidur, wajah beliau tetap cerah, seperti sedang memakai minyak (sabun), dan bercelak.

     

    Nabi Muhammad dan Pendeta

    Ketika Nabi Muhammad berumur 12 tahun, Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Nabi Muhammad dibawa serta. Ketika Abu Thalib bersama rombongan tiba di sebuah tempat yang bernama Bahsra, seorang pendeta mendatangi Abu Thalib.

    “Anak ini apamu?” Tanya pendeta itu.

    “Anakku,” jawab Abu Thalib.

    “Tidak mungkin. Seharusnya ayah anak ini sudah meninggal,” kata pendeta itu.

    “Iya, ini sebenarnya keponakanku,” jawab lagi Abu Thalib.

    Lalu, pendeta itu meminta kepada Abu Thalib agar membawa Nabi Muhammad pulang. Pendeta itu takut orang-orang Yahudi melihat Nabi Muhammad dan mencalakai beliau.

    Rupanya, pendeta itu termasuk orang baik. Dia banyak mengetahui isi kitabnya sehingga mengetahui ciri-ciri nabi terakhir.

    Sebenarnya, kisah seperti ini banyak terjadi. Misalnya kisah yang dimuat dalam kitab adz- Dzakhair al-Muhammadiyah. Kitab ini ditulis oleh Sayid Muhammad al-Maliki.

    Dalam kitab tersebut dijelaskan, bahwa ada orang Yahudi yang lama tinggal di Makkah. Suatu malam, Orang Yahudi itu bertanya apa ada anak yang dilahirkan atau tidak. Orang-orang menjawab tidak tahu.

    Kemudian dikatakanlah bahwa Sayidah Aminah sedang melahirkan. Orang Yahudi itupun mendatangi rumah menantu Abdul Mutthalib itu. Ketika melihat Nabi Muhammad yang masih bayi, orang Yahudi itu pingsan. Setelah bangun, orang Yahudi itu mengatakan bahwa kenabian telah hilang dari Bani Israil.

     

    Ahlu Kitab Mengenal Nabi Muhammad seperti Mereka Mengenal Anak Mereka

    Kisah yang mirip juga apa yang dikatakan oleh Abdullah bin Salam. Dia orang Yahudi dan masuk Islam.

    Pada suatu ketika, turunlah ayat:

    الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ

    Ayat ini menjelaskan, bahwa Ahli Kitab mengenal Nabi Muhammad sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka. Lalu Sayidina Umar bin Khattab bertanya pada Abdullah bin Salam. Apakah Abdullah bin Salam mengenal Nabi Muhammad seperti mengenal anaknya.

    Jawaban Abdullah bin Salam, iya. Bahkan lebih mengenal Nabi Muhammad dari pada anak-anaknya. Sifat-sifat Rasulullah tertulis jelas dalam kitabnya, sedang anaknya tidak ada kejelasan. Bisa saja anaknya bukan anaknya karena istrinya selingkuh.

    ***

    Nabi Muhammad diasuh oleh Abu Thalib sampai dewasa. Bahkan kelak ketika Nabi Muhammad diutus, Abu Thalib termasuk orang yang membela Nabi Muhammad. Meski Abu Thalib tidak beriman kepada beliau.

     

    Hikmah Nabi Muhammad Yatim

    Dari penjelasan di atas, Nabi Muhammad adalah sosok anak yatim. Ayah beliau meninggal saat beliau masih berumur dua bulan dalam kandungan. Lalu, pada umur enam tahun ibu beliau juga meninggal. Pada umur delapan tahun, kakek yang merawat beliau juga meninggal.

    Lalu apa hikmah Nabi Muhammad Yatim?

    Hikmah Nabi Muhammad Yatim dijelaskan oleh Dr. Said Ramadan al-Buthi dalam kitabnya, Fiqh Sirah.

    Kata beliau, Allah menjadikan Nabi Muhammad Yatim itu banyak hikmahnya. Hikmah dan rahasia yang paling tampak adalah orang-orang yang membenci Islam tidak bisa menuduh bahwa Nabi Muhammad ingin menjadi pemimpin karena mengikuti jejak ayah-kakek beliau.

    Sebagaimana yang kita tahu, Abdul Mutthalib adalah orang yang dituakan. Dia termasuk pemimpin masyarakat Makkah. Tentu, pada biasanya, kepemimpinan dan kemuliaan seorang ayah akan diturunkan pada anaknya.

    Akan tetapi, ayah Nabi Muhammad wafat sejak Nabi Muhammad masih dalam kandungan. Karenanya, orang yang benci pada Islam tidak bisa menuduh bahwa Nabi Muhammad mendapatkan doktrin dari ayahnya.

    Mereka juga tidak bisa mengatakan Nabi Muhammad mendapatkan doktrin dari kakeknya. Sebab, kakek Nabi Muhammad, Abdul Mutthalib wafat saat nabi masih kecil.

    Baca juga:

    Orang yang membenci Islam juga tidak bisa menuduh bahwa Nabi Muhammad mendapatkan doktrin dari pamannya, Abu Thalib. Karena paman Nabi Muhammad itu justru tidak beriman kepada Nabi Muhammad.

    Oleh karenanya, Nabi Muhammad mengaku nabi bukan karena doktrin dari keluarganya. Bukan pula karena ingin meneruskan kepemimpinan ayah-kakeknya. Tapi karena perintah dari Allah swt.. Itulah rahasia Nabi Muhammad yatim.

    Referensi:

    Rahiq al-Mahtum, Fiqh Sirah, As-Syifa dan adz-Dzakhair al-Muhammadiyah

    Posting Komentar

    Posting Komentar