-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    "Suatu Saat" dari Kakek Tua

    Seusai salat Ashar, Ustadz mengajak saya membaca Surat Yasin di rumah salah seorang warga. Katanya, beliau diminta keluarga. Saya ikut saja. Selain saya, juga ada 3 orang lagi.

    Sesampainya di rumah itu, saya mendapati orang tua yang sedang berbaring. Dia sakit. Tak berdaya. Bergerak saja sulit. Mau apa-apa harus dibantu. 

    Aku melihat orang tua itu dengan tatapan berkaca-kaca. Kasihan dia. Kata orang, dia baik. Gampang memberi. Juga berjasa pada pembangunan Musholla tempat saya mengajar. Memang, dia sedikit berada. Anggaplah dia orang beruang.

    Aku terus melihat kakek tua itu. Tampaknya, wanita yang ada di sampingnya begitu perhatian. Mungkin dia anaknya. Kalau saya taksir, mungkin berumur 30-an. Mungkin beginilah gunanya punya anak. Menjadi perawat saat kita hampir sekarat.

    Pembacaan Yasin pun akan dimulai. Sesepuh yang menjadi pemimmpin mulai membaca Al-Fatihah. Saya ikut saja. Bibirku membaca, hatiku berbicara; Inilah kehidupan. Pada saatnya, kita menjadi orang yang benar-benar tidak berdaya. Seperti orang tua yang ada di hadapan saya ini.

    Seketika saya berfikir. Ternyata, hidup ini sederhana. Lahir, remaja, pemuda, ayah, tua, dan meninggal. Sederhana. Tapi, kadang kita mengannggap hidup ini luar biasa. Sehinngga kita lupa segalanya. Lupa bahwa kita akan binasa. Lupa kewajiban Tuhan. Lupa larangan Tuhan. Impian kita mencapai hidup yang luar biasa. Memiliki segalanya. Padahal, hidup ini begitu sederhana.

    Hidup ini bukan hanya sekedar harta. Harta, setelah kita meninggal tiada artinya. Mungkin hanya berharga bagi anak-anak. Itu saja. Profesi, jabatan, dan kepopuleran tidak ada artinya. Setelah meninggal, kita tidak membutuhkannya. Apakah profesi, jabatan dan ketenaran bisa kita bawa ke alam kubur? Tidak. Kenapa kita menjadikannya tujuan utama? 

    Allah memberi kehidupan bukan untuk hal kecil dan sementara. Tapi, sesuatu yang besar dan selamanya; Akhirat. Maka, setiap yang kita kerjakan orentasinya adalah akhirat. Bekerja bukan hanya untuk mencari kekayaan, tapi memang kewajiban. Kalau lebih dari kebutuhan, bisa disedekahkan pada yang membutuhkan. Jabatan, profesi dan kepopuleran bukan tujuan. Tapi, sarana untuk untuk menjadi orang yang berarti, orang yang berguna. Tentunya, bagi sesama dan agama. Sehingga ketika nanti kita ditanya tetntngag hidup kita, kita bisa menjawab dengan begitu tenangnya.

    Begitulah, kakek tau itu memberi pelajaran hidup pada saya. Suatu saat, sama sekali kita tidak membutuhkan dunia. Suatu saat, kita benar-benar tidak berdaya. Suatu saat, kita hanya membutuhkan amal baik kita. "suatau saat" yang begitu berharga dari kakek tua.

    Posting Komentar

    Posting Komentar