-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Anak Berkebutuhan Khusus dan Ibu Berkorban

    Pagi tadi, saya bertemu dengan anak berkebutuhan khusus. Saya tidak sengaja bertemu dengannya. Saya berolahraga di sebuah taman (entah apa nama tamannya). Kemudian, datanglah anak itu ditemani ibunya.


    Ketika melihat kelakuannya, saya bersyukur berkali-kali. Allah telah menjadikan saya normal. Bisa bicara. Bisa berpikir. Dan, bisa apa yang orang lain bisa.
    Anak itu banyak bicara. Bicaranya cendrung ngelantur. Semaunya. Berjalan tidak normal. Kami diatur semaunya. Kami ikut saja. Kami bermain dengannya.

    Hebatnya, sang ibu begitu sabar. Bahkan, dia masih memiliki optimesme. Katanya, anaknya itu dulu seperti Tarzan. Tidak bisa bicara. Tarik sana, tarik sini tanpa bicara. Hanya kata ha-hi-hu yang keluar dari mulutnya. Tapi Alhamdulillah, setelah diajari dengan tekun, anak itu bisa bicara. Bahkan bisa membaca.
    "Selama ini saya nangani sendiri. Saya buat materi sendiri." Kurang lebi begitu ucapnya dengan semangat.

    Memang, akhir-akhir ini sang ibu down. Pasalnya, sudah tiga sekolah (SLB) yang tidak menerima anaknya itu. Sebab, anaknya tergolong parah. Sulit cara menanganinya.

    Alhamdulillah, ada seorang bapak yang memberi tahu kabar SLB. Namanya Bapak Nur. Kata beliau, di sekolah yang ditunjuk beliau Insyaallah diterima.
    Saya juga melihat betapa berkorbannya sang ibu untuk anak itu. Dia menemani sang anak. Mengejarnya saat lari begitu saja. Memberi arahan ketika melakukan sesuatu yang kurang sopan. Dengan suara lembut. Dengan suara manja. Begitulah sang ibu. Begitu berkorban untuk masa depan anaknya.

    Semuga kita pandai mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Nikmat sehat. Nikmat tubuh kita yang normal. Semuga kita juga pandai berterimakasih kepada orang tua kita. Amin....


    Posting Komentar

    Posting Komentar