-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Tafsir Surat Al-Adiyat; Ketika Isi Hati Tak Bisa Ditutupi


    Assalamualaikum sahabat-sahabat…

    Kali ini, kita akan membahas penjelasan dan tafsir Surat Al-‘Adiyat. Surat yang tergolong pendek. Ayatnya berjumlah 11 ayat.

    Surat Al-Adiyat ini Makkiyah (ayat yang diturunkan sebelum hijrah). Hal ini sesuai dengan pendapt Imam Ibnu Katsir.

    doc. saif

    Tapi, juga ada yang mengatakan, Surat Al-Adiyat ini Madaniyah (surat yang diturunkan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah). Oleh karenanya, dalam tafsir Jalalain, Surat Al-Adiyat ini disebut dengan Makkiyah atau Madaninyah.


    Begitulah sekilas penjelasan tentang Surat Al-Adiyat ini.

    Sebab Turunnya Surat Al-Adiyat

    Dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini penting kiranya ditulis juga asbab an-nuzulnya.

    Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Marah Labid, mengutip sebuah hadis yang menjelaskan sebab turunnya Surat Al-Adiyat ini.

    Diriwayatkan,

    أنه صلّى اللّه عليه وسلّم بعث خيلا فمضى شهر لم يأته منهم خبر ، فنزلت هذه الآيات

    “Sesungguhnya Rasulullah saw. mengirim pasukan berkuda. Lalu, lewatlah satu bulan tidak ada kabar mengenai pasukan berkuda nabi itu. Lalu, turunalah ayat ini (Surat Al-Adiyat).”
    Begitulah sebab turunnya Surat Al-Adiyat dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini.

    Surat Al-‘Adiyat

    بسم الله الرحمن الرحيم
    وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا (5)  إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8) أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (10) إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (11)

    Arti Surat Al-‘Adiyat


    1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
    2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
    3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
    4. maka ia menerbangkan debu,
    5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
    6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
    7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
    8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
    9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
    10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
    11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.


    Keutamaan Membaca Surat Al-Adiyat


    Keutamaan membaca Surat Al-Adiyat juga besar sekali. Hal ini sebagaimana dikutip oleh banyak ulama tafsir. Syaikh Nawawi al-Banteni juga mengutip hadis ini.

    Rasulullah bersabda,

    «من قرأها أعطي من الأجر بعدد من بات بالمزدلفة وشهد جمعا»

    “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Adiyat, maka akan diberi pahala sesuai hitungan orang yang mabit di Muzdalifah dan orang yang menghadiri sebuah perang.”

    Begitulah keutamaan membaca Surat Al-Adiyat yang dapat penulis kutip dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Aidyat” ini.


    Penjelasan dan Tafsir Surat Al-Adiyat
    Tafsir Surat Al-Adiyat; Demi Kuda yang Berlari

    وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1)
    Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,


    Allah bersumpah dengan kuda yang berlari cepat dalam perang. Sehingga nafas kuda itu berbunyi.

    Menurut Imam As-Shawi, ayat ini sebagai kinayah untuk memuji dan mengangungkan orang yang berperang.

    Ini sumpah yang pertama dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini.


    فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا
    2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),


    Allah juga bersumpah demi kuda yang memercikkan api dengan kuku kakinya. Ketika kuda berlari cepat dan kuku kakinya menginjak batu-batu dan krikil, memerciklah api.

    Menurtu Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, api dalam ayat ini sama dengan api yang dinyalakn oleh seorang Arab.

    Ceritanya begini, ada seorang laki-laki orang Arab. Dia ikut dalam pertempuran. Tapi, dia sangat kikir. Dia tidak mau menyalakan api kecuali orang-orang sudah tertidur.

    Jika mereka terbangun, maka api itu dipadamkan. Agar teman-temannya tidak merasakan menfaat api itu.

    Lalu, Allah menyamakan api yang menyala dari kaki kuda dengan api yang dinyalakan oleh laki-laki Arab itu. Kesamaannya adalah sama-sama tidak bermenfaat.

    Begitulah penjelasan ayat kedua dalam penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat ini.


    فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
    3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,


    Ini sumpah yang ketiga. Allah bersumpah demi kuda yang menyerang tiba-tiba. Serangan itu dilakukan saat pagi agar musuh tidak memiliki persiapan yang matang.


    فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
    4. maka ia menerbangkan debu,

    Lalu, setelah kuda itu menyerang, maka bertebaranlah debu-debu karena gerakannya yang dahsyat. Debu itu berterbangan di tempat musuh.

    Juga bisa dikatakan, debu itu berterbangan di waktu pagi.


    فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
    5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,


    Kuda-kuda itu menyerbu musuh sehingga tiba di tengah-tengah mereka. Lalu musuh itu terpecah-pecah. Kekuatannya hancur.

    Lalu, kenapa Allah bersumpah dengan kuda-kuda yang memiliki kriteria di atas? Menurut Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya, Allah memiliki beberapa tujuan tertentu untuk hal itu.

    Pertama, agar menjadi inspirasi bagi orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi orang yang sungguh-sungguh dan bersemangat.

    Kedua, agar orang yang beriman melatih kuda untuk berlari.

    Ketiga, agar orang yang beriman berlatih menunggang kuda sehingga siap bertempur ketika terpaksa berperang.

    Keempat, orang yang beriman wajib memiliki kuda dengan tujuan di atas yang mana menfaatnya sangat banyak. Bukan untuk sombong-sombongan atau hanya hiasan.

    Untuk zaman sekarang, bisa jadi yang lebih relevan bukanlah kuda. Tapi, alat-alat perang yang lain. Misalnya pesawat tempur, tank, dan lain-lain. Karena kuda sudah tidak lagi digunakan dalam pertempuran.

    Intinya, umat Islam juga harus siap bertempur. Umat Islam harus memiliki kekuatan agar tidak diinjak-injak oleh musuh.

    Tentu, kekuatan tersebut tidak hanya senjata perang. Bisa juga kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seterusnya.


    Tafsir Surat Al-Adiyat; Sungguh Manusia Itu Tidak Bersyukur

    إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
    6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,

    Sungguh manusia itu tidak tahu berterimakasih. Yang dimaksud manusia dalam ayat ini adalah orang kafir. Berarti maksudnya, orang kafir itu sungguh tidak bersyukur kepada Allah.

    Menurut Syaikh Shawi dalam tafsirnya, ada ulama tafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksud manusia dalam ayat ini jenis. Artinya semua manusia itu memiliki potensi besar untuk tidak bersyukur dan tidak tunduk kepada Tuhannya.

    Mereka yang bersyukur kepada tuhannya adalah mereka yang mendapatkan pertolongan dari Allah. Yaitu mereka yang melatih dirinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji dan meninggalkan hal-hal yang tercela.

    Adapun arti kanud (كَنُودٌ) dalam ayat di atas adalah kufur nikmat atau tidak mensyukuri nikmat.

    Hal ini sesuai dengan sebuah hadis,

    الكنود الذي يأكل وحده ، ويضرب عبده ، ويمنع رفده
    “Al-Kanud adalah orang yang hanya makan sendirian, memukul budaknya, dan mencegah untuk memberi (tidak bersedekah)”

    Maksud hadis ini adalah ada orang yang tidak memberikan (bersedekah) sedikit pun dari nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Dia juga tidak memiliki rasa kasih sayang sama sekali kepada hambanya. Orang seperti ini disebut kanud.

    Orang seperti ini adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dia kufur nikmat.
    Begitulah kata Syaikh Al-Maraghi ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini.

    Lebih lanjut Syaikh Al-Marghi mengatakan, seseorang bisa memiliki karakter di atas disebabkan melupakan dua hal; masa lalu dan masa depan. Dia hanya fokus pada apa yang di depan mata.

    Dia lupa masa lalunya yang penuh perjuangan, tangisan, dan doa yang dipanjatkan. Dia juga lupa pada masa depan sesungguhnya, yaitu akhirat.

    Ada juga yang mengatakan, yang dimaksud al-kanud dalam ayat ini adalah orang yang hanya menghitung musibah dan lupa pada nikmat yang diberikan Allah.

    Menurut Imam Fudail bin Iyad sebagaimana dikutip oleh Imam al-Khazin dalam tafsirnya, yang dimaksud al-kanud adalah orang yang melupakan ribuan kebaikan hanya karena satu keburukan.

    Kebalikan dari al-kanud ini adalah syakur. Yakni, orang yang banyak bersyukur kepada Allah swt..

    Begitulah penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini. Lanjut ya…


    وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
    7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,


    Sungguh Allah menyaksikan atas semua itu. Allah tahu pada orang-orang yang tidak bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh-Nya.

    Ayat ini juga bisa diartikan bahwa manusia itu sendiri yang bersaksi atas kelakuannya. Yakni, pekerjaan dan perbuatannya di dunia menunjukkan bahwa dia orang yang tidak bersyukur.


    وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
    8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.

    Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat ini memiliki dua makna. Pertama, manusia sangat mencintai harta. Kedua, manusia sangat kikir disebabkan mencintai harta. Dua makna ini sama-sama benar.

    Syaikh al-Maraghi juga mengatakan ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat 8 tersebut bahwa manusia sangat mencintai harta sehingga kikir luar biasa.


    Tafsir Surat Al-Adiyat; Ketika Isi Hati Tak Bisa Ditutupi

    Setelah menjelaskan manusia yang memiliki kondisi seperti di atas, Allah menunjukkan bagaimana seharusnya seorang manusia.

    Allah memberi petunjuk agar manusia senang akhirat, tidak terlalu cinta dunia, dan mengingat masa depan yang sesungguhnya. Yakni akhirat.

    Kita lanjut ke penjelasan tafsir Surat Al-Adiyat ayat berikutnya ya…

    Allah berfirman,

    أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
    9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

    Ayat ini bertanya, apakah manusia yang tidak bersyukur di atas tidak tahu bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur?

    Ya, semua manusia akan dibangkitkan dari kubur. Lalu, mereka akan dihisab dan dibalaslah semua perbuatannya.

    وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ
    10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

    Ayat ini menjelaskan, kelak isi hati akan diungkapkan. Apa yang disimpan dalam hati akan ditampakkan. Tidak bisa disembunyikan lagi. Entah itu keburukan atau kebaikan.

    Lalu, kenapa Allah menyebut isi hati secara khusus dalam Surat Al-‘Adiyat ini?

    Menurut Imam Khazin dalam tafsirnya, anggota tubuh itu ikut hati. Anggota tubuh tidak bisa melakukan apa-apa kecuali ada keinginan yang menggerakkan. Keinginan ini tempatnya dalam hati.

    Benarlah kata Rasulullah, jika hati ini baik, maka biak pulalah semua jasad kita. Termasuk amal perbuatan yang dilakukan oleh jasa kita.

    Begitulah penjelasan tafsir Surat Al-Adiyat ayat 10 ini.


    إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
    11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.


    Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengetahui kondisi umat manusia kala itu. Yakni, di hari kiamat.

    Apakah di selain hari kiamat Allah tidak mentetahui? Ya mengetahui juga. Hanya saja ayat ini menegaskan bahwa Allah akan membalas semua perbuatan manusia di waktu itu.

    Menurut Sayid Thontowi dalam tafsirnya, Al-Wasith, tiga ayat terakhir dalam Surat Al-Adiyat ini mengajarkan tiga hal.

    Pertama, memberi peringatan kepada kita yang tidak bersyukur. Kedua, memotivasi kita untuk bertafakkur dan i’tibar (merenung). Ketiga, mengingat kedahsyatan hari kiamat.

    Itulah penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat. Semoga kita bisa merenungi dan mengamalkannya. Amin!

    Referensi:
    Tafsir Hasyiyah as-Shawi
    Tafsir Ibnu Katsir
    Tafsir Al-Maraghi
    Tafsir Al-Wasith
    Tafsir Marah Labid
    Tafsir Al-Khazin

    Posting Komentar

    Posting Komentar