-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Kisah Seorang Anak Merawat Sang Ayah, Rezekinya Jadi Melimpah

     Terdapatlah seorang laki-laki yang sudah tua. Dia tidak bisa sendiri lagi. Harus ada yang merawatnya. Untungnya dia memiliki empat anak. Dia bisa dirawat oleh mereka.

    Suatu hari, salah satu anaknya berencana merawat sang ayah. Anak itu meminta izin kepada saudara-saudaranya. Agar diberi izin, anak tersebut rela tidak mendapatkan harta warisan.

    “Saudara-saudaraku, kalian boleh merawat ayah tapi kalian tidak boleh meminta warisan. Kalau tidak mau, saya saja yang merawat ayah dan saya rela tidak mendapatkan warisan,” kata anak tersebut.


    Merawat orang tua itu berkah /fr.freefik.com

    Tiga saudaranya memberi izin. Tentu dengan konsekuensi, dia tidak mendapatkan harta warisan.

    “Kamu saja yang merawat ayah dan kamu tidak mendapatkan harta warisan,” kata mereka.

    Anak itu pun merawat sang ayah dengan baik. Dia begitu hormat kepada orang yang pernah membesarkannya itu. Dia merawat sang ayah hingga sang ayah meninggal dunia.

    Dia pun tidak mengambil sedikit pun harta warisan. Baginya, merawat sang ayah adalah hal yang sangat membahagiakan.

    Suatu malam, anak itu bermimpi. Dia bertemu dengan ayah tercintanya. Dalam mimpi itu, sang ayah menyuruhnya mendatangi sebuah tempat. Di tempat itu ada uang 100 dinar.

    “Apakah uang 100 dinar itu berkah?” kata sang anak. Sang ayah tidak menjawab. Sang anak pun terbangun.

    Keesokan harinya, dia menceritakan mimpi itu pada istrinya. Si istri menyarankan agar mendatangi tempat yang ditunjuk oleh almarhum ayahnya. Tetapi, dia tidak mau. Sebab sang ayah belum memberi tahu, uang 100 dinar itu berkah atau tidak.

    Sang istri mengatakan, ketika uang 100 dinar itu diambil maka akan berkah. Sebab, ketika uang itu dipakai untuk kebutuhan hidup, berarti uang itu berkah. Anak itu tetap tidak mau mengambil uang itu.

    Di malam berikutnya, anak itu bermimpi lagi. Dia bertemu sang ayah tercinta. Lalu si ayah itu mengatakan, “Tidak.” Artinya uang 100 dinar itu tidak berkah.

    Di malam ketiga, anak itu bermimpi lagi. Dia bertemu sang ayah dan menyuruhnya mendatangi sebuah tempat. Dia disuruh mengambil uang dengan jumlah lebih kecil dari sebelumnya. Hanya satu dinar.

    “Apakah uang satu dinar itu berkah?” tanya anak itu.

    “Iya,” jawab sang ayah.

    Keesokan harinya, tanpa pikir panjang, anak itu pergi ke tempat yang ditunjuk ayahnya. Ternyata benar, ada uang satu dinar di tempat itu. Si anak langsung membawanya ke pasar. Buat belanja.

    Anak itu membeli dua ikan yang masih segar. Harganya satu dinar. Uang pemberian ayahnya ludes semua. Tetapi, tidak mengapa. Yang penting berkah. Ikan itu pun dibawa ke rumahnya.

    Ternyata, uang satu dinar itu benar-benar berkah. Karena di dalam perut ikan itu ada permata. Satu ikan satu permata. Berarti ada dua permata. Permata itu sangat indah tiada duanya. Belum pernah ada yang sebagus permata itu.

    Beberapa waktu kemudian, ada seorang raja sedang mencari permata. Banyak penjual yang sudah menawarkan kepadanya. Tetapi, raja hanya tertarik pada permata anak itu.

    Si anak menjual permatanya mahal sekali. Dia menjualnya dengan emas seberat 30 keledai.

    Lalu, si raja membeli permata satunya. Dengan harga berlipat dari harga yang pertama. Menurut sang raja, dua permata itu akan lebih indah jika dipajang bersama-sama.

    Baca juga:

    Dengan demikian, menjadi kayalah anak itu. Dia memang tidak mendapatkan warisan, tapi hartanya begitu banyaknya.

    Itulah berkah merawat orang tua. Allah akan mencukupkan rezekinya. Amin!

     

    *Disarikan dari kitab Alfu Qishshah Wa Qishshah Min Qashash al-Shalihin Wa Nawadir az-Zahidin, hlm 48 karya Syaikh Hani Al-Haj.

    Posting Komentar

    Posting Komentar