-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    Sayidina Umar bin Khattab Lari di Perang Uhud? Menjawab Tuduhan Syi'ah


    Ilustrasi: Umar bin Khattab di Perang Uhud

    Apakah Sayidina Umar lari di perang Uhud? Apakah Sayidina Umar lebih meninggalkan nabi di perang Uhud?

    Ada sebuah kelompok (Syi’ah) yang menuduh bahwa Sayidina Umar lari dari perang Uhud. Setelah menuduh, kelompok ini meremahkan dan merendahkan Sayidina Umar bin Khattab. Seakan tidak ada perjuangan berarti yang dilakukan oleh Sayidina Umar untuk Islam.

    Untuk melemparkan tuduhan kepada sahabat dekat Nabi, tentu harus merujuk pada riwayat yang sahih. Maka, penulis tegaskan, dengan berlandaskan pada riwayat yang sahih, Sayidina Umar tidak lari dari perang Uhud.

    Bahkan, Sayidina Umar adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki andil besar dalam menjaga Rasulullah saw, hingga Rasulullah bisa naik gunung Uhud dengan selamat.

    Sekilas Perang Uhud

    Perang Uhud adalah salah satu perang besar yang terjadi antara umat Islam dan orang-orang Musyrik Makkah. Awalnya, umat Islam menang. Tapi, kemudian kalah karena pasukan panah turun dari gunung. Maka, pasukan Khalid bin Walid mengamabil alih gunung lalu menyerang umat Islam dari belakang. Maka, pasukan Islam terkepung dari depan dan belakang.

    Maka, pasukan muslimin kocar-kacir. Ada pula dari mereka yang lari. Menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, pasukan muslimin kala itu terbagi menjadi tiga. Pertama, pasukan yang lari hingga sampai ke Madinah.

    Kedua, pasukan muslimin yang bingung karena mendengar berita Rasulullah sudah terbunuh. Maka tujuan utama mereka kala itu adalah membela diri dari serangan musuh atau terus berperang hingga terbunuh. Kelompok yang kedua ini mayoritas sahabat Rasulullah saw..

    Ketiga, kelompok yang bersama Rasulullah saw.. Dan ketika kelompok yang kedua tahu bahwa Rasulullah masih hidup, maka sedikit demi sedikit mereka bergabung dengan kelompok Rasulullah saw..

    Sahabat yang Tetap Bersama Rasulullah SAW

    Menurut Sayid Zaini Dahlan (Mufti Haramain, keturunan Rasulullah dari jalur Sayidina Hasan) dalam kitab Sirah Nabawiyahnya, sahabat yang tetap bersama Rasulullah ada 7 dari Muhajirin dan 7 dari Ansar. Dari Muhajirin adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Abdurrahman bin Auf, Saad, Talhah, Zubair, dan Abu Ubaidah. Dari Ansar, Abu Dujanah, Hubab bin Mundzir, Asim bin Tsabit, Harist bin Simah, Sahal bin Hunaif, Saad bin Muadz, dan Usaid bin Hudair.

    Dalam riwayat lain, juga dimasukkan nama lain selain yang disebutkan di atas, seperti sahabat Saad bin Muadz, sahabat Miqdad, dan lainnya. Menurut Sayid Zaini Dahlan, bahkan  ada riwayat yang bisa dijadikan hujjah bahwa sahabat yang tetap bersama Nabi itu ada 30 orang. Semuanya berkata, “Wajahku menjadi tameng wajahmu, diriku menjadi tameng dirimu.”

    Perbedaan jumlah dan nama sahabat yang tetap bersama Nabi di perang Uhud ini tidak saling bertentangan. Sebab, situasi perang memang sedang genting. Barangkali, sahabat yang datang kepada nabi silih berganti lalu berperang melindungi nabi. Setelah itu, sahabat yang satunya. Setelah itu, sahabat yang satunya.

    Syaikh al-Mubarakfuri menjelaskan dalam Rahiq al-Makhtum, ketika pasukan muslimin kocar-kacir dan ada yang lari, ada sekelompok sahabat Rasulullah yang di pikirannya hanyalah Rasulullah saw.. Di antara mereka adalah Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayidina Ali.

    Di kala perang, mereka berada di barisan terdepan. Ketika mereka merasa Rasulullah terancam, maka mereka menjadi terdepan menjaga Rasulullah saw..

    Sayidina Umar termasuk Sahabat yang Menjaga Nabi

    Di antara sahabat yang segera mencari dan mendatangi Rasulullah saw. ketika pasukan muslimin kocar-kacir adalah Sayidina Umar bin Khattab. Sayidina Umar ditemani beberapa sahabat yang lain berada di dekat Rasulullah saw. menghalau serangan musuh.

    Sebagaimana cerita sahabat Ka’ab bin Malik, bahwa orang pertama yang melihat Rasulullah saw.. masih hidup adalah sahabat Ka’ab bin Malik. Lalu, sahabat Ka’ab berteriak kepada para sahabat bahwa Rasulullah masih hidup.

    Seketika para sahabat mendatangi Rasulullah saw. lalu mereka membawa nabi naik ke gunung Uhud.  Kala itu, Rasulullah saw bersama Abu Bakar, Umar, Ali, Talhah, Zubair, dan Haris.

    Riwayat ini bisa kita baca dalam Kitab Dalail al-Nubuwah karya Imam Abu Nuaim al-Asbihani dan kitab Dalail al-Nubuwah karya Imam al-Baihaqi. Riwayat ini diriwayatkan oleh para rawi yang tsiqah. Jadi, bisa kita jadikan hujjah.

    «دلائل النبوة لأبي نعيم الأصبهاني» (ص482):

    «٤١٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ ثنا أَبُو شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ ثنا أَبُو جَعْفَرٍ النُّفَيْلِيُّ ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ الزُّهْرِيُّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ كَعْبٌ أَوَّلَ مَنْ عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الْهَزِيمَةِ وَقَوْلِ النَّاسِ: قُتِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ كَعْبٌ: ‌عَرَفْتُ ‌عَيْنَيْهِ تَزْهَرَانِ مِنْ تَحْتِ الْمِغْفَرِ فَنَادَيْتُ بِأَعْلَى صَوْتِي: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ أَبْشِرُوا هَذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَشَارَ إِلَيَّ أَنْ أَنْصِتْ فَلَمَّا عَرَفُوا رَسُولَ اللَّهِ نَهَضُوا بِهِ مَعَهُمْ نَحْوَ الشِّعْبِ مَعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعَلِيٌّ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَالْحَارِثُ بْنُ الصِّمَّةِ فِي رَهْطٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَلَمَّا أُسْنِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشِّعْبِ أَدْرَكَهُ أُبَيُّ بْنُ خَلَفٍ وَهُوَ يَقُولُ: يَا مُحَمَّدُ لَا نَجَوْتُ إِنْ نَجَوْتَ. فَقَالَ الْقَوْمُ: أَيَعْطِفُ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجُلٌ مِنَّا؟ فَقَالَ: دَعُوهُ. فَلَمَّا دَنَا تَنَاوَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَرْبَةَ مِنَ الْحَارِثِ بْنِ الصِّمَّةِ يَقُولُ بَعْضُ الْقَوْمِ فِيمَا ذُكِرَ لِي: فَلَمَّا أَخَذَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتَفَضَ بِهَا انْتِفَاضَةً تَطَايَرْنَا عَنْهُ تَطَايُرَ الشَّعْرِ عَنْ ظَهْرِ الْبَعِيرِ إِذَا انْتَفَضَ ثُمَّ اسْتَقْبَلَهُ فَطَعَنَهُ بِهَا طَعْنَةً تَدَأْدَأَ مِنْهَا عَنْ ظَهْرِ فَرَسِهِ مِرَارًا»

    “ Dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik, dia berkata: Ka’ab bin Malik adalah orang pertama yang tahu Rasulullah masih hidup setelah pasukan muslimin lari dan orang-orang berkata bahwa Rasulullah sudah terbunuh.

    Ka’ab berkata: Aku mengenal kedua mata Nabi bersinar dari bawah topi besi. Lalu aku memanggil dengan suara keras, “Wahai umat Islam, kalian berbahagialah. Ini Rasulullah SAW.” Lalu Rasulullah saw. memberi isyarah agar dia diam.

    Ketika Umat Islam tahu Rasulullah saw masih hidup, mereka bangikit membawa Rasulullah ke bukit. Rasulullah disertai Abu Bakar, Umar, Ali, Talhah, Zubair, dan Harits dan sekelompok muslimin.”

     

    دلائل النبوة ـ للبيهقى موافقا للمطبوع *  (3/ 237)

     أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب قال حدثنا أحمد بن عبد الجبار قال حدثنا يونس عن ابن إسحاق قال وذكر الزهري قال كان أول من عرف رسول الله بعد الهزيمة وقول الناس قتل رسول الله كعب بن مالك أخو بني سلمة قال قد عرفت عينيه الشريفتين تزهران من تحت المغفر فناديت بأعلى صوتي يا معشر المسلمين أبشروا هذا رسول الله فأشار إلي أن أنصت فلما عرف المسلمون رسول الله نهضوا ونهض معهم نحو الشعب معه علي بن أبي طالب وأبو بكر الصديق وعمر بن الخطاب وطلحة والزبير والحارث ابن الصمة في نفر من المسلمين

     فلما أسند رسول الله في الشعب أدركه أبي بن خلف وهو يقول يا محمد لا نجوت إن نحوت فقال القوم يا رسول الله أيعطف عليك رجل منا فقال دعوه فلما دنا تناول رسول الله الحربة من الحارث بن الصمة فقال بعض القوم كما ذكر لي فلما أخذها رسول الله منه انتفض بها انتفاضة

    Imam al-Baladzuri, salah satu sejarawan Muslim abad ke tiga juga menegaskan bahwa Sayidina Umar adalah salah satu sahabat Rasulullah yang tidak lari di perang Uhud. Sayidina Umar berada bersama sahabat-sahabat yang lain menemani nabi dan menjaga nabi ketika orang-orang musyrikin menyerang Rasulullah.

    Penjelasannya sebagaimana berikut:

    «أنساب الأشراف للبلاذري» (١/ 318):

    «فلما رَأَى المشركون فعلهم، كرّوا عَلَى المسلمين، فانحدر خَالِد بْن الوليد من الجبل فِي كتيبة، وألحّ المشركون عَلَى المسلمين بالحرب وأكثروا فيهم القتل.

    فلم يثبت مَعَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلا خمسة عشر رجلًا، فكانوا لا يفارقونه وحموه حين كرّ المشركون. وهم أَبُو بَكْر، وعمر، وعلى، وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ، وَسَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ، وَطَلْحَةَ بْن عُبَيْد اللَّه، وَالزُّبَيْرِ بْن الْعَوَّامِ، وأبو عبيدة ابن الجراح. ومن الأنصار: الْحُبَاب بْن المنذر، وأبو دجانة، وعاصم بن ثابت ابن أَبِي الأقلح، والحارث بْن الصمة، وسهل بْن حنيف، وأسيد بن حضير، وسعد بْن مُعَاذِ. وكان رافع بْن خديج يحدّث أن الرماة لما انصرفوا، نظر خَالِد إلى خلا الجبل، وإخلال الرماة بمكانهم، فكرّ عَلَى الخيل. واتبعه عكرمة ابن أَبِي جهل. وبايع رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْم أحد عَلَى [٢] الموت ثمانيةُ: عليّ بْن أَبِي طَالِب، والزبير، وطلحة، وأبو دجانة، والحارث ابن الصمة، وحباب بْن المنذر، وعاصم بْن ثابت، وسهل بْن حنيف، فلم يقتل أحد منهم.

    “Maka tidak menetap bersama Rasulullah saw (di perang Uhudu) kecuali 15 orang. Mereka tidak meninggalkan Rasulullah bahkan mereka menjaga Rasulullah ketika orang-orang musyrik menyerang. Mereka dari Muhajirin adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqaas, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Abu Ubaidah bin Jarrah.

    Sementara dari sahabat Ansar adalah Hubab bin Mundzir, Abu Dujanah, ‘Asim bin Tsabit, Harits bin Shimah, Sahal bin Hainf, Usaid bin Hudair, dan Sa’ad bin Muadz.

     

    Sayidina Umar bin Khattab Menghadang Pasukan Musyrik agar Tidak Mengejar Rasulullah SAW

    Ketika Rasulullah saw. mulai naik ke gunung Uhud, sekelompok pasukan musyrikin sempat mengejar. Di antara mereka ada Khalid bin Walid. Lalu Rasulullah saw bersabda: Ya Allah, sesungguhnya mereka tidak boleh sampai pada kita.”

    Maka Sayidina Umar bin Khattab bersama sekelompok muhajirin memerangi musyrikin itu, sehingga mereka turun dari gunung. Penjelasaan ini bisa kita baca dalam kitab berikut:

    الروض الأنف (3/ 273)

    صُعُودُ قُرَيْشٍ الْجَبَلَ وَقِتَالُ عُمَرَ لَهُمْ

    [ ص 272 ] قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ : فَبَيْنَا رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ بِالشّعْبِ مَعَهُ أُولَئِكَ النّفَرُ مِنْ أَصْحَابِهِ إذْ عَلَتْ عَالِيَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ الْجَبَلَ . قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : كَانَ عَلَى تِلْكَ الْخَيْلِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ . قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ : فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ اللّهُمّ إنّهُ لَا يَنْبَغِي لَهُمْ أَنْ يَعْلُونَا فَقَاتَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطّابِ وَرَهْطٌ مَعَهُ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ حَتّى أَهْبَطُوهُمْ مِنْ الْجَبَلِ .

    Ibnu Ishaq berkata: Ketika Rasulullah ada di lembah gunung Uhud, kala itu Rasulullah bersama segolongan sahabatnya, tiba-tiba sebagian pasukan Quraisy naik ke gunung (untuk mengejar Rasulullah). Ibnu Hisyam berkata: “Di antara mereka ada Khalid bin Walid”. Lalu, Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah, jangan sampai mereka dapat mengejar kita.”

    Lalu Sayidina Umar bin Khattab bersama sekelompok Muhajirin memerangi mereka, sehingga mereka turun dari gunung.

    Sayidina Umar Menjadi Juru Bicara Rasulullah SAW

    Ketika ingin pulang dari perang Uhud, Abu Sufyan bin Harb masih sempat-sempatnya menaiki gunung mendatangi Nabi. Lalu dia mencaci muslimin dan memuji patungnya sendiri yang bernama Hubal.

    Lalu, Rasulullah menyuruh Sayidina Umar untuk menjawab dan membalas opini Abu Sufyan itu. Berikut ini redaksinya:

    الروض الأنف (3/ 280)

    شَمَاتَةُ أَبِي سُفْيَانَ بِالْمُسْلِمِينَ بَعْدَ أُحُدٍ وَحَدِيثُهُ مَعَ عُمَرَ

    ثُمّ إنّ أَبَا سُفْيَانَ بْنَ حَرْبٍ حِينَ أَرَادَ الِانْصِرَافَ أَشْرَفَ عَلَى الْجَبَلِ ثُمّ صَرَخَ بِأَعْلَى صَوْتِهِ فَقَالَ أَنِعْمَتْ فَعَالِ وَإِنّ الْحَرْبَ سِجَالٌ يَوْمٌ بِيَوْمِ أَعْلِ هُبَلُ أَيْ اظْهَرْ دِينك ، فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قُمْ يَا عُمَرُ فَأَجِبْهُ ، فَقُلْ اللّهُ أَعَلَى وَأَجَلّ ، لَا سَوَاءَ قَتْلَانَا فِي الْجَنّةِ وَقَتْلَاكُمْ فِي النّارِ . فَلَمّا أَجَابَ عُمَرُ أَبَا سُفْيَانَ قَالَ لَهُ أَبُو سُفْيَانَ هَلُمّ إلَيّ يَا عُمَرُ فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِعُمَرِ ائْتِهِ فَانْظُرْ مَا شَأْنُهُ ؛ فَجَاءَهُ فَقَالَ لَهُ أَبُو سُفْيَانَ أَنْشُدُك اللّهَ يَا عُمَرُ أَقَتَلْنَا مُحَمّدًا ؟ قَالَ عُمَرُ اللّهُمّ لَا ، وَإِنّهُ لَيَسْمَعَ كَلَامَك الْآنَ قَالَ أَنْتَ أَصْدَقُ عِنْدِي مِنْ ابْنِ قَمِئَةَ وَأَبَرّ لِقَوْلِ ابْنِ قَمِئَةَ لَهُمْ إنّي قَدْ قَتَلْت مُحَمّدًا . قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : وَاسْمُ ابْنِ قَمِئَةَ عَبْدُ اللّهِ .

    Ketika Abu Sufyan hendak pulang, dia menyempatkan diri untuk naik gunung Uhud. Kemudian berteriak dengan suara sangat keras, “Tepat sekali undiannya dan sesungguhnya perang itu adalah kompetisi. Di perang Badar kami kalah, di perang Uhud kalian kalah. Tinggilah patung Hubal.”

    Lalu Rasulullah berkata, “Berdirilah wahai Umar, dan jawablah: Allah lebih tinggi dan lebih mulia. Tidak sama antara kami dan kalian. Orang yang terbunuh dari kami akan masuk surga, sementara orang terbunuh dari kalian akan masuk neraka.”

    Ketika Sayidina Umar menjawab, Abu Sufyan memanggil, “Ke sinilah wahai Umar!” Lalau Rasulullah saw. berkata kepada Sayidina Umar, “Datangilah dia dan lihat apa maunya?” Sayidina Umar pun datang kepada Abu Sufyan. Abu Sufyan bertanya, “Wahai Umar, Apakah kami membunuh Muhammad?” Sayidina Umar menjawab: Demi Allah tidak. Dan sesungguhnya beliau mendengar ucapanmu sekarang ini.

    Abu Sufyan berkata: “Kamu lebih jujur menurutku dari Ibnu Qamiah yang berkata, “Aku telah membunuh Muhamlmmad.””

    (Saat perang berkecamuk, Ibnu Qamiah berteriak bahwa dia telah membunuh Rasulullah saw.. Orang-orang musyrik tentu percaya. Bahkan, hal itu pula yang membuat pasukan umat Islam kehilangan semangat tempur).

    Sayidina Umar adalah Salah Seorang yang Menjadi Kekuatan Muslimin

    Dalam Sahih Bukhari juga disebutkan, ketika Abu Sufyan datang kepada kaum muslimin yang ada di gunung Uhud, ada tiga orang yang dia cari. Yaitu Nabi Muhammad saw., Sayidina Abu Bakar, dan Sayidina Umar.

    Hal ini menunjukkan, bahwa Sayidina Umar adalah salah satu kekuatan yang diperhitungkan oleh musuh Islam kala itu. Berikut ini riwayatnya:

    صحيح البخاري- طوق النجاة (4/ 66)

    فَمَا تَنْتَظِرُونَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جُبَيْرٍ أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا وَاللَّهِ لَنَأْتِيَنَّ النَّاسَ فَلَنُصِيبَنَّ مِنْ الْغَنِيمَةِ فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ فَأَقْبَلُوا مُنْهَزِمِينَ فَذَاكَ إِذْ يَدْعُوهُمْ الرَّسُولُ فِي أُخْرَاهُمْ فَلَمْ يَبْقَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا فَأَصَابُوا مِنَّا سَبْعِينَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ أَصَابُوا مِنْ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ بَدْرٍ أَرْبَعِينَ وَمِائَةً سَبْعِينَ أَسِيرًا وَسَبْعِينَ قَتِيلًا فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجِيبُوهُ ثُمَّ قَالَ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ أَمَّا هَؤُلَاءِ فَقَدْ قُتِلُوا فَمَا مَلَكَ عُمَرُ نَفْسَهُ فَقَالَ كَذَبْتَ وَاللَّهِ يَا عَدُوَّ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ عَدَدْتَ لَأَحْيَاءٌ كُلُّهُمْ وَقَدْ بَقِيَ لَكَ مَا يَسُوءُكَ قَالَ يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ وَالْحَرْبُ سِجَالٌ إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي الْقَوْمِ مُثْلَةً لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي ثُمَّ أَخَذَ يَرْتَجِزُ أُعْلُ هُبَلْ أُعْلُ هُبَلْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تُجِيبُوا لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَقُولُ قَالَ قُولُوا اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ قَالَ إِنَّ لَنَا الْعُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تُجِيبُوا لَهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَقُولُ قَالَ قُولُوا اللَّهُ مَوْلَانَا وَلَا مَوْلَى لَكُمْ

    (Di akhir perang Uhud itu), Abu Sufyan berkata, “Apakah di antara kalian ada Muhammad.” Abu Sufyan mengatakannya sebanyak tiga kali, tapi Rasulullah saw melarang para sahabat untuk menjawabnnya.

    Kemudian Abu Sufyan berkata lagi, “Aapakah di antara kalian ada Abu Quhafah, maksudnya Abu Bakar,” sebanyak tiga kali. Kemudian Abu Sufyan berkata, “Apakah di antara kalian ada Umar bin Khattab,” sebanyak tiga kali.

    Kemudian Abu Sufyan kembali pada teman-temannya, lalu berkata, “Mereka semua telah terbunuh.”

    Maka, Sayadina Umar tidak bisa menahan diri untuk menjawab. Sayidina Umar berkata, “Demi Allah kamu dusta wahai musuh Allah. Sesungguhnya orang yang kamu sebutkan tadi masih hidup semuanya dan akan tetap membuatmu merasakan keburukan.”

    Dalam riwayat lain sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Kitab Fathul Bari, ketika Abu Sufyan mengatakan ketiga kalinya, Sayidina Umar meminta izin untuk menjawab, maka Rasulullah mengizinkan.

    Alakullihal, menurut sejarawan dan menurut riwayat-riwayat yang bisa dijadikan pijakan, Sayidina Umar termasuk sahabat yang tetap bersama Rasulullah saw.. Bahkan menjadi sahabat yang memiliki andil besar dalam menjaga kesalamatan Rasulullah saw.. Wallahu A’lam.

    Posting Komentar

    Posting Komentar