Saya Pernah Di-PHP Layaknya Pak Mahfud MD

https://www.saifuddinsyadiri.com/2018/08/saya-pernah-di-php-layaknya-pak-mahfud-md.html
Ada yang
mempertanyakan kemaduraan Pak Mahfud MD. Pasalnya beliau tidak seperti orang
Madura pada umumnya. Beliau punya sifat pemaaf, legowo, lembut, dan tidak
kecewaan. Walau pun di-PHP-in oleh Pak Jokowi.
Orang
Madura biasanya memiliki prinsip, “Angok pote tolang deri pada pote matah”.
Adgium ini menggambarkan orang Madura sangat menjunjung harga diri. Sehingga
jika harga diri seseorang direndahkan, maka dia akan melawan. Meski nyawa
taruhannya. Artinya lebih baik mati dari pada menanggung malu.
Tapi,
hal demikian tidak ada dalam diri Pak Mahfud. Beliau tidak dendam pada Pak
Jokowi. Ada yang berceletuk, orang Madura yang berperinsip “lebih baik mati dari
pada malu” itu kalau tidak berpendidikan. Kalau berpendidikan maka berubah
menjadi lembut dan pemaaf. Seperti Pak Mahfud MD.
Nyatanya,
Pak Mahfud tidak seperti yang dituduhkan orang-orang; kemaduraannya luntur. Pak
Mahfud masih orang Madura dan berprinsip “Lebih baik mati dari pada menanggung
malu”. Tapi, caranya berbeda. Bukan dengan Carok seperti lumrahnya. Beliau melawan
dengan Blak-Balakan di ILC. Membeberkan kornologis tersingkirnya beliau dari
Cawapres.
Lalu,
apakah yang disampaikan oleh Pak Mahfud boleh kita percayai seratus persen ?
Terserah ! Tapi saran saya, ‘dikunyah’ dulu baru ditelan. Saya masih percaya,
KH. Makruf orang baik.
Oea,
saya pernah loh memiliki nasib seperti Pak Mahfud. Di-PHP-in. Di-PHP-in
itu sakit kawan. Sesakit sakit gigi waktu nyut-nyutan.
Waktu
itu, ada teman bilang ke saya, kamu masuk dalam organisasi saya ya. Saya sebagai
sekretaris dan butuh anggota. Saya langsug mengiakan. Karena organisasi ini
termasuk orgnaisasi yang saya suka.
Saya
menunggu undangan. Siap menjadi anggota sekaligus menempa diri di organisasi
itu. Namun, undangan itu tak kunjung datang. Saya sabar menunggu. Lama-kelamaan,
saya mendengar bahwa pelantikan sudah selesai. Walah, saya gak
jadi dimasukkan dalam organisasi neh.
Saya
kecewa berat. Saya merasa ditipu. Hati saya menggerutu. Gimana teman saya ini?
Kok, saya di-PHP. Bisa jadi teman saya itu seperti Pak Jokowi. Tidak punya
kekuatan mempertahankan pilihannya. Karena teman saya itu bukan ketua.
Tapi
saya tegar. Bahkan, saya semakin semangat belajar. Mungkin benar kata Pak Roky
Gerung, bahwa secara psikologis, orang yang jiwanya tergores maka dia akan semakin
kuat dan tangguh. Seperti saya kala itu dan Pak Mahfud baru-baru ini.
Ah,
dalam hidup ini memang kita tidak boleh menggantungkan harapan kita pada orang
lain. Tidak boleh menggantungkan masa depan kita kepada siapa pun. Kita harus
bergantung kepada diri sendiri dengan dasar tawakkal dan ikhtiar kepada Allah. Bismillah
!
Posting KomentarDefault CommentsFacebook Comments