Perempuan Berpendidikan Tinggi, Tapi Takut Gak Dapat Jodoh

https://www.saifuddinsyadiri.com/2019/02/perempuan-berpendidikan-tinggi-takut-gak-dapat-jodoh.html
"Kak, aku takut, si
doi gak mau mendekat karena aku S-2."
Begitulah kira-kira
curhatan salah satu teman perempuanku. Kita ngopi bertiga. Aku, temanku
laki-laki, dan dia perempuan.
Kami akrab karena
organisasi. Ya, dulu kita pernah aktif di organisasi kepenulisan. Dia
organisasi kampusnya, aku di organisasi kampusku.
Sesekali kita ngopi
bareng. Dia yang bayarin. Hehe. Aku dan teman laki-lakiku itu sering dapat
gratisan.
Banyak tema yang kita
bicarakan. Mulai dari masalah akademik sampai masalah jodoh.
Yang menarik, dia takut
banget tidak dapat jodoh karena berpendidikan tinggi. Takut jodohnya sungkan
untuk melamarnya.
Waduh, perempuan
berpendidikan tinggi kok takut gak dapat jodoh? Iku piye. Seharusnya kan malah
gampang dapat jodoh.
Katanya, dia punya
tetangga yang gagal berjodoh karena si tetangga sudah lulus S-2. Calon suaminya
bukan lulusan S-2. Akhirnya minder.
"Ya aku takut jugalah
kak. Jodohku gak mau mendekat," katanya.
Sampai di sini saya masih
mendengarkan saja. Sesekali menimpali.
"Saya tuh kak, kuliah
S-2 cuma ingin ngisi waktu aja. Kan waktuku longgar. Selesai ngajar, aku
kuliah," katanya.
"Andai nanti nikah,
titelku gak akan saya masukkan di undangan," lanjutnya.
Aku tertawa mendengar
kalimatnya ini. Sampai segitunya. Aku pun mulai menjawab curhatannya sesuai
pengalaman dan pengetahuanku.
Memang, ada laki-laki yang
tidak berani mendekati perempuan yang lebih tinggi darinya. Baik itu secara
akademik, sosial, dan lainnya.
Bukan karena tidak ingin
punya istri yang berkualitas, tapi karena tahu diri. Kadang juga, karena takut
istrinya tidak bisa diajak kerja sama. Takut mau menang sendiri.
Mentang-mentang dia lebih
berpendidikan, dia tidak mau menerima masukan. Mentang-mentang dia lebih tinggi
sekolahnya, suaminya dia remehkan.
Cerita-cerita seperti ini
banyak terjadi di masyarakat. Aku pernah diceritain sama seseorang.
Tapi ada juga yang tidak
begitu. Temanku lulusan S-1. Istrinya S-2. Tidak masalah. Mereka baik-baik
saja.
Banyak perempuan yang
menerima apa adanya. Yang penting baik, bertanggung jawab, dan berani. Hehe
Kisah suksesnya Sayyidah
Khadijah sebagai perempuan berderajat tinggi juga menghiasi diskusi kami.
Sayyidah Khadijah adalah
perempuan yang sukses. Secara ekonomi, beliau lebih kaya dari Rasulullah. Tapi
keluarga Sayyidah Khadijah dan Rasulullah sakinah.
Begitulah diskusi kami.
Mungkin, yang terpenting adalah bukan tinggi-tidaknya akademik seorang
perempuan, tapi bagaimana dia bisa memposisikan diri ketika menjadi seorang
istri.
Kata Cak Nun,
"Jadilah perempuan yang keibu-ibuan!"
Baca juga: Susah Dulu, Sukses Kemudian
Kalau boleh dihubungkan
dengan curhatan teman saya di atas, apa salahnya perempuan berpendidikan
tinggi? Yang penting dia tidak melupakan fitrahny sebagai ibu, sebagai
perempuan.
Mau diajak berdiskusi, mau
diajak rembukan, mau diajak susah-bahagia bersama. Bukankah suami dan istri
bersatu untuk berjalan beriringan? Saling melengkapi?
Kata Ustadz Salim A.
Fillah:
"Hawa diciptakan dari
tulang rusuk Adam sebelah kiri. Bukan dari tulang kepala, karena tidak layak
hanya menjadikan istri sebagai objek saling berpuja."
Baca juga: Menjadi Pemuda Karir Fi Sabilillah
"Bukan pula dari tulang kaki, sebab bukan
untuk diinjak dan diperbudak."
"Tetapi wanita
diciptakan dari tulas rusuk sebelah kiri; dekat jantung, dekat hati untuk
dicintai, dekat ke tangan untuk dilindungi."
***
"Kalau kakak
gimana?" Tanyanya membuatku kaget.
"Yah, kalau
perempuannya kamu sih oke-oke aja," hehehe. Salam!
Wallahu A'lam...
*Dalam tulisan Perempuan
Berpendidikan Tinggi, Tapi Takut Gak Dapat Jodoh ini ada penambahan dan
pengurangan cerita.
Alhamdulillah, terima kasih kak saif. Artikel ini membantu sekali. membuat saya menyadari bahwa hakikat perempuan.
BalasHapusBacaan yang inspiratif dan manfaat.
Salam sukses untuk kak saif☺️☺️☺️
Alhamdulillah.... Semoga bermenfaat.
Hapus