-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    4 Dalil Maulid Nabi: Esensi Maulid Nabi yang Dilakukan Rasulullah SAW hingga Abu Lahab

    Setiap bulan Rabi’ul Awal, sebagian umat Islam berbondong-bondong memperingati Maulid Nabi.

    Acara Maulid Nabi ini dilakukan beragam. Ada yang mengundang tetangga untuk membaca al-Quran, tahlil, lalu salawatan. Ada juga dengan cara mengadakan pengajian.

    Lalu apakah acara Maulid Nabi ada dalilnya?

    Dalil Maulid Nabi

    Tentu ada. Bahkan dalil Maulid Nabi ini melimpah. Kelompok yang menuduh acara Maulid Nabi ini bid’ah perlu membaca kitab-kitab para ulama.

    Karena begitu banyak ulama terkemuka yang memperbolehkan mengadakan acara Maulid Nabi sekaligus menjelaskan dalilnya.

    Di antara ulama-ulama yang memperbolehkan al-Hafidh Ibn al-Jauzi, al-Hafidh al-Dzahabi, al-Hafidh Imam Ibnu Katsir, al-Hafid Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Hafidh Imam Suyuthi, dan lain-lain.

    Berikut ini 5 dalil maulid nabi yang perlu banget kita fahami:

    1. Dalil Maulid Nabi: Allah Memerintah agar Kita Bahagia dengan Kelahiran Rasulullah SAW

    Allah swt. memerintah agar kita berbahagia atas anugerah dan rahmat yang Allah berikan kepada kita. Allah berfirman:

    قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا } [يونس : 58] .

    "Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.”" (QS. Yunus: 58)

    Sayidina Ibnu ‘Abbas menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Dur al-Manthur, bahwa yang dimaksud dengan fadlillah (karunia Allah) dalam ayat ini adalah ilmu agama.

    Sedangkan yang dimaksud dengan rahmah Allah (kasih sayang Allah) adalah Nabi Muhammad SAW..

    Artinya, kita diperintah untuk bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

    Bahagia itu bisa kita ekpresikan dengan mengikuti ajaran Rasulullah, memperbanyak baca salawat, dan amal-amal baik lainnya.

    Tentu, ayat ini menjadi dalil acara maulid nabi. Seseorang yang mengadakan acara maulid nabi merupakan ekspresi dari kebahagiaan mereka terhadap lahirnya Rasulullah saw..


    1. Dalil Maulid Nabi: Rasulullah SAW Memperingati Hari Kelahirannya dengan Puasa

    Sebuah waktu bisa mulia karena ada peristiwa penting di dalamnya. Misalnya bulan Ramadan itu mulia, karena ada pahala yang melimpah di dalamnya.

    Atau hari Asyura itu mulia, karena pada hari itu Nabi Musa diselamatkan dari Firaun.

    Atau juga seperti hari Senin itu mulia, karena pada hari itu Rasulullah saw dilahirkan. 

    Oleh karenanya, Rasulullah sering berpuasa pada hari Senin. Sebagaimana dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim.

    Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang puasa pada hari Senin. Rasulullah saw. Menjawab,

    فيه ولدت وفيه أنزل علي

    “Pada hari Senin aku dilahirkan dan pada hari Senin wahyu diturunkan kepadaku.”

    Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa Rasulullah memuliakan hari kelahirannya.

    Terbukti Rasulullah menghususkan hari kelahirannya dengan memperbanyak amal baik yang berupa puasa.

    Dengan berlandaskan pada hadis ini, al-Imam Abu ‘Abdillah bin al-Haj berpendapat sebagaimana dikutip oleh Imam Suyuthi dalam al-Hawi al-Fatawa, bahwa ketika datang bulan kelahiran Rasulullah, seyogyanya kita juga memuliakannya, karena ikut pada Rasulullah yang memuliakan hari kelahirannya.

    Sebab, memuliakan hari kelahiran secara otomatis juga memuliakan bulan kelahiran Rasulullah saw..

    Lalu, dengan apa kita mesti memuliakan hari kelahiran Rasulullah? Tentu dengan memperbanyak ibadah dan perbuatan baik.

    Bisa dengan memperbanyak salawat, membaca sirah nabawiyah, sedekah, dan amal-amal baik lainnya.

    Amal baik itu kita niati bersyukur kepada Allah atas nikmat agung yang berupa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

    Dengan adanya Nabi Muhammad, kita bisa merasakan nikmat Iman dan Islam.

    Ternyata, Rasulullah sendiri memperingati hari lahirnya dengan berpuasa.

    Tentu hal ini juga menjadi dalil maulid nabi yang sering dilakukan umat Islam di belahan dunia.


    1. Dalil Maulid Nabi: Rasulullah SAW Memperingati Hari-Hari Bersejarah

    Diriwayatkan dalam kitab Bukhari dan Muslim, bahwa ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Rasulullah saw. mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura’.

    Lalu Rasulullah saw bertanya, “Hari apa ini, kenapa kalian berpuasa?”

    Orang-orang Yahudi menjawab, “Hari ini adalah hari agung. Pada hari ini Allah memnyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya.

    Lalu Nabi Musa berpuasa pada hari ini karena bersyukur kepada Allah. Maka kami ikut berpuasa pada hari ini.”

    Lalu Rasulullah bersabda:

    فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ

    “Kami lebih berhak dan lebih utama kepada Musa dari pada kalian”

    Akhirnya Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura’ dan memerintah umatnya untuk berpuasa juga pada hari itu.

    Lalu pelajaran apa yang bisa kita petik dari hadis ini?

    Menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, salah satu ulama ahli hadis terkemuka, hadis ini mengajarkan kepada kita untuk bersyukur pada hari tertentu, di mana kita mendapatkan nikmat atau dijauhkan dari mala petaka di hari tersebut.

    Syukur ini di ulangi setiap tahun di hari yang sama. 

    Sebagaimana orang-orang Yahudi bersyukur pada hari Asyura’ karena pada hari itu mereka mendapatkan nikmat dan dijauhkan dari marah bahaya.

    Tentu, nikmat terbesar bagi umat Islam adalah kelahiran Rasulullah.

    Maka, dengan berlandaskan hadis ini, seyogyanya kita harus bersyukur di setiap hari kelahiran Rasulullah saw.. 

    Syukur ini bisa dilakukan dengan membaca al-Quran, memberi makan duafa, membaca salawat, membaca sanjung madah kepada Rasulullah saw., dan amal-amal baik lainnya.

    Hadis ini dijadikan dalil maulid nabi oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani sebagaimana dikutip oleh cucu muridnya, Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Hawi li al-Fatawa.


    1. Dalil Maulid Nabi: Abu Lahab Diringankan Siksaannya karena Bahagia Saat Rasulullah Dilahirkan

    Dikisahkan, ketika Rasulullah saw. dilahirkan, seorang budak milik Abu Lahab yang bernama Tsuwaibah mengabarkannya kepada Abu Lahab. Abu Lahab bahagia.

    Maka Abu Lahab memerdekakan Tuswaibah. Di kemudian hari, Tsuwaibah menyusui keponakan Abu Lahab itu.

    Luar biasa. Amal baik Abu Lahab itu membuatnya mendapat keringanan siksaan dari neraka.

    Sebagaimana diriwayatkan dalam sahih bukhari, bahwa suatu ketika salah satu keluarganya bermimpi Abu Lahab. Dalam riwayat lain, orang yang bermimpi ini adalah Sayidina ‘Abbas.

    Dalam mimpi itu, Abu Lahab dalam seburuk-burunya keadaan. Lalu, Sayidina ‘Abbas bertanya, “Apa yang kau dapatkan Wahai Abu Lahab?”

    Abu Lahab menjawab:

    لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ

    “Setelah mati aku tidak pernah merasakan kenyamanan. Hanya saja aku diberi minum dari celah bawah jempolku ini, karena aku dulu pernah memerdekakan Tsuwaibah.” (HR. Imam Bukhari)

    Imam Ibnu Bathal mengatakan dalam kitab Syarah Ibnu Bathal, hadis ini menunjukkan bahwa kadang orang kafir diberi balasan kebaikan di akhirat atas amal-amal baiknya di dunia.

    Imam Ibnu Hajar al-Asqalani juga mengatakan dalam Fath al-Bari, hadis ini menunjukkan bahwa amal baik yang dilakukan oleh orang kafir dapat memberi manfaat nanti di akhirat.

    Namun demikian, Imam al-Baihaqi menegaskan, orang yang mati kafir nanti di akhirat pasti masuk neraka dan sama sekali tidak bisa masuk surga.

    Sebab amal baik orang kafir hanya bisa meringankan siksaan yang disebabkan dosa-dosa selain kekufuran. Adapun siksa sebab dosa kekufuran sama sekali tidak bisa diringankan.

    Lalu al-Imam al-Hafidz al-Jazari, salah satu Imam bacaan al-Quran mengatakan sebagaimana dikutip oleh al-Imam al-Zarqani dalam Syarah al-Mawahib, “Jika Abu Lahab yang dicela dalam al-Quran, tapi karena dia pernah bahagia dengan kelahiran Rasulullah SAW, lalu siksaannya diringankan.

    Maka, bagaimana dengan seorang muslim yang bahagia dengan kelahiran Rasulullah saw., lalu berusaha mencintai Rasulullah. Sungguh, balasan untuknya adalah surga dari Allah swt..”

    Alakullihal, memperingati maulid nabi bukan bid’ah. Karena esensi maulid nabi sudah ada sejak zaman Rasulullah saw.. Bahkan dilakukan sendiri oleh Rasulullah.

    Tentu, memperingati mualid nabi haruslah dengan amalan-amalan yang diridai Syariat, misalnya bersedekah, membaca al-Quran, membaca sirah nabi, bersalawat, dan lain-lain. 

    Posting Komentar

    Posting Komentar