-->
lm2ehI3jonma4uzm1pDxTuKLeJW1muj7wMTB5q1K

Ngaji[combine]

Baper[oneright]

Review[oneleft]

Cerpen[three](3)

Lifestyle[hot](3)

Kisah[two]

Aksara[dark](3)

    Page

    Bookmark

    5 Teladan Sahabat Abu Bakar as-Shiddiq yang Relevan hingga Akhir Zaman

     

    Sayidina Abu Bakar adalah salah satu sahabat Rasulullah saw sejak zaman jahiliyah. Ketika Rasulullah di utus, Sayidina Abu Bakar adalah orang pertama kali yang masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa. 

    Bahkan, Sayidina Abu Bakar juga membantu menyebarkan Islam.

    Ilustrasi: Sahabat Abu Bakar as-Shiddiq


    Tentu, sangat banyak teladan dari sahabat yang mendapat julukan as-Shiddiq ini. Di antaranya sebagaimana berikut:

    1.      Orang Mandiri dan Baik Sejak Jahiliyah

    Di masa jahiliyah, Abu Bakar bekerja sebagai pebisnis. Tak heran jika beliau termasuk orang yang mandiri dan kaya. Kekayaan itu beliau gunakan dalam kebaikan dan membantu sesama. 

    Di masa Jahiliyah, Sayidina Abu Bakar mengusahakan sesuatu yang belum ada menjadi ada agar bisa bermanfaat untuk orang lain. 

    Abu Bakar juga suka silaturrahim, memikul beban orang lain, menjamu tamu dan menolong kebenaran.

    Karakter baik Sayidina Abu Bakar ini berlanjut hingga beliau masuk Islam. 

    Ketika ada sahabat Rasulullah yang masih budak dan disiska oleh majikannya, Sayidina Abu Bakar membelinya lalu memerdekakannya. 

    Tercatat ada tujuh budak muslim yang dimerdekakan oleh Abu bakar, di antaranya Sahabat Bilal, Amin bin Fahirah, dan lainnya.

    Ketika Madinah akan diserang musuh dan butuh biaya untuk menghadapinya, maka Sayidina Abu Bakar adalah salah satu sahabat yang menyumbangkan banyak harta. 

    Beliau juga suka membantu orang lemah untuk memenuhi kebutuhannya. Dikisahkan dari Sayidina Umar, bahwa Sayiidna Abu Bakar merawat seorang tua yang buta. 

    Abu Bakar memberinya minum dan mencukupi keperluannya.

     

    2.     Doa Sayidina Abu Bakar ketika Dipuji

    Meski termasuk orang baik, tapi Sayidina Abu Bakar tidak gila pujian. 

    Sayidina Abu Bakar melakukannya karena memang beliau orang baik dan ingin menjalankan perintah Allah. 

    Oleh karenanya, ketika dipuji, beliau tidak bahagia malah berdoa:

    اللَهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّيْ بِنَفْسِيْ وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِي مِنْهُمْ اللَهُمَّ اجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَعْلَمُوْنَ وَلَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْن

    “Ya Allah, Engkau Maha Tahu tentang aku dari diriku, aku lebih tahu pada diriku dari pada mereka. Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari pada apa yang mereka sangkakan, maafkan aku tentang apa yang mereka tidak tahu (tentang aku), dan jangan siksa aku sebab ucapan mereka (tentang aku).”

     

    3.     Menjauhi Perkara Haram dan Syubhat

    Sayidina Abu Bakar sangat menjauhi perkara haram dan syubhat. Beliau berusaha keras agar makanan yang masuk ke dalam perutnya benar-benar murni halal. 

    Oleh karenanya, ketika ada makanan haram atau syubhat masuk ke dalam perutnya tanpa sengaja, maka beliau akan berusaha mengeluarkannya.

    Sebagaimana dikisahkan dalam Sahih Bukhari, suatu hari budak Sayidina Abu Bakar mendatanginya. 

    Ia ingin membayar kewajiban yang telah disekapati dengan Sayidina Abu Bakar. Budak itu menyerahkan barangnya pada Abu Bakar. Abu Bakarpun menerima dan memakannya.

    “Tahukah engkau dari mana aku mendapatkan makanan ini?” tanya si budak. “Tidak, memangnya dari mana engkau mendapatkannya?” Abu Bakar bertanya.

    “Dulu, di zaman jahiliyah, aku pernah mendukuni seseorang. Sebenarnya, aku tidak ahli dalam perdukunan. Aku menipu orang itu. Kemudian aku berjumpa dengannya dan memberiku sesuatu. Makanan yang kau makan tadi termasuk pemberian orang yang aku tipu itu,” jelas budak itu panjang lebar.

    Seketika Sayidina Abu Bakar memasukkan tangannya ke mulut. Beliau korek-korek tenggorokan sedalam-dalamnya hingga beliau memuntahkan semua isi perutnya. 

    Dalam riwayat Imam al-Baihaqi, Sayidina Abu bakar berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ”Setiap daging yang tumbuh dari perkara haram, nerakalah yang lebih utama baginya.””

    4.     Jangan bersedih karena Allah bersama kita

    Diantara keutamaan Sayidina Abu Bakar adalah Rasulullah saw. memilihnya untuk menemani beliau hijrah ke Madinah. 

    Dalam perjalanan, Sayidina Abu Bakar kadang berjalan di hadapan Nabi, kadang di belakang nabi. 

    Terus begitu bergantian, karena takut ada orang yang menyerang nabi dari depan atau belakang.

    Untuk menghindari kejaran orang-orang kafir Quraisy, Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi di gua Tsur. Sebelum masuk ke dalam gua, Sayidian Abu Bakar masuk terlebih dahulu. 

    Lau mengecek setiap dinding gua. Jika ada lobang hewan, maka Sayidina Abu Bakar menutupnya dengan sobekan kain. Ketika dirasa aman, maka Sayidina Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah masuk.

    Namun, keesokan harinya, kaum Quraisy mencari Rasulullah dan Abu Bakar. Bahkan, di antara mereka ada yang sudah sampai di gua Tsur. Sayidina Abu Bakar sedih dan takut. 

    Jika kaum kafir Quraisy berhasil menemukan mereka, maka dakwah Islam akan berhenti. Ketika Rasulullah tahu kegundahan Sayidina Abu Bakar, Rasulullah bersabda:

    “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

    Rasulullah saw. menenangkan Sayidina Abu Bakar. Abu Bakar jangan takut dan jangan sedih. Karena Allah akan selalu menolong Rasul-Nya. Maka setelah itu, Sayidina Abu Bakar merasa tenang.

     

    5.     Orang Terbaik dan Pemimpin Amanah

    Sayidina Abu Bakar adalah orang terbaik setelah Rasulullah saw.. Di antara tandanya, Rasulullah saw. menyuruh Sayidina Abu Bakar untuk menjadi Imam Salat di masjid Nabawi di masa Rasulullah sakit. 

    Sayidina Ali juga berkata dalam salah satu pidatonya, sebagaiamana ditulis dalam kitab Tarikh al-Islam karya Imam Adz-Dzahabi:

    “Paling utamanya manusia setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan paling utamanya manusia setelah Abu Bakar adalah Umar…”

    Oleh karenanya, ketika nama Sayidina Abu Bakar disodorkan untuk menjadi pemimpin menggantikan Rasulullah, para sahabat setuju dan sepakat. 

    Meski demikian, Sayidina Abu Bakar tidak mencalonkan diri untuk menjadi Khalifah. Bahkan setelah beliau dibaiat oleh para sahabat, beliau sempat meminta agar baiat itu ditari kembali.

    Tapi, Sayidina Ali menegaskan bahwa beliau tidak akan menarik kembali baiat itu. 

    Sebab, Rasulullah saw. telah meletakkan Abu Bakar sebagai orang terdepan, maka tidak mungkin ada orang yang berani meletakkan Abu Bakar di belakangnya. 

    Maka, Abu Bakar menerima jabatan itu dan menjalankannya dengan sebaik-baiknkya.

     

    Posting Komentar

    Posting Komentar